Antara Promosi Pariwisata dan Kampanye Turunkan Polusi Udara
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – DKI Jakarta akan menjadi salah satu tuan rumah mobil balap mobil, Formula E, pada tahun 2020. Ajang ini dinilai bisa menjadi promosi penggunaan mobil listrik guna menurunkan polusi udara di Ibu Kota.
Melalui akun instagram, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dari Brooklyn, New York, Amerika Serikat, Minggu (15/7/2019), mengunggah foto suasana negosiasi penentuan tuan rumah balap mobil listrik, Formula E, pada tahun 2020 mendatang. Negosiasi dilakukan bersama dengan dua pemimpin tertinggi Formula E, Alejandro Agag dan Alberto Longo.
"Di ujungnya, kami bersepakat, Jakarta lebih dari layak dipilih menjadi tuan rumah. Ini artinya, mata dan kamera seluruh dunia akan datang dan menyorot Jakarta. Ribuan penonton dari seluruh dunia akan hadir langsung," tulis Anies.
Menurut studi pendahuluan, satu acara balapan di Jakarta ini akan menggerakkan perekonomian hingga lebih dari 78 juta Euro atau Rp 1,2 triliun.
Kritik polusi
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (PP IMI) Jeffrey JP mengapresiasi Pemprov DKI yang telah membuat terobosan baru dalam kejuaraan dunia balap internasional lewat Formula E.
Menurut Jeffrey, Jakarta akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari perhelatan tersebut, di antaranya promosi pariwisata dan kebudayaan. Dengan demikian, itu juga akan berdampak signifikan pada perekonomian dan devisa.
Jakarta akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari perhelatan Formula E, di antaranya promosi pariwisata dan kebudayaan
Di samping itu semua, lanjut Jeffrey, yang paling penting dari tujuan kejuaraan Formula E adalah kritik langsung terhadap polusi udara. Seperti diketahui, Jakarta memiliki tingkat polusi udara yang sangat parah.
"Justru Formula E itu lebih banyak masuk ke ibu kota yang memerlukan promosi bagaimana menekan tingkat polusi dan meningkatkan kesadaran warganya atas tingginya polusi di ibu kota. Itu karena mereka tidak menggunakan engine (mesin) seperti biasa, tetapi menggunakan electrical engine (mesin listrik)," tutur Jeffrey.
DKI Jakarta memang sudah termasuk gawat darurat polusi udara. Sejumlah bukti menunjukkan kualitas udara Jakarta sudah kotor.
Catatan Greenpeace Indonesia, pada 4 Juni atau sehari sebelum Lebaran, tingkat partikel debu atau particulate matter (PM) 2,5 di Jakarta mencapai 70,8 ug/m3. Angka itu lebih tinggi dari baku mutu udara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yakni 65 ug/m3.
Selama Januari-Desember 2018 ada 196 hari tergolong tidak sehat. Kualitas udara yang baik hanya 34 hari.
Tingkat partikel debu atau particulate matter (PM) 2,5 di Jakarta mencapai 70,8 ug/m3
Bahkan, karena kualitas udara yang kotor itu, sebanyak 31 warga mengajukan gugatan dengan model citizen lawsuit ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 Juli lalu. Gugatan ditujukan tak hanya kepada Gubernur DKI Jakarta sebagai otoritas kawasan Ibu Kota, tetapi juga kepada Presiden, tiga menteri, dan dua kepala daerah tetangga Jakarta, yakni Jawa Barat dan Banten. Itu karena mereka dinilai telah lalai menangani polusi udara.
Dua trek
Ada dua trek alternatif yang akan menjadi lintasan ajang Formula E pada 2020 mendatang. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, dua alternatif trek itu dipilih Federasi Otomotif Internasional (FIA) Formula E dari lima rute yang diusulkan Pemerintah Provinsi DKI.
"Kami telah memberikan usulan kepada panitia penyelenggara, kemudian tanggal 8 Juli itu pihak panitia sudah datang dan sudah melakukan survei. Kami sekarang masih menunggu dari penyelenggara karena masih belum konfirmasi rute yang fix (tetap). Setelah itu, kami akan bahas anggarannya seperti apa," kata Syafrin.
Syafrin menyebut, dua jalur itu hingga kini juga masih akan terus dikaji dari sisi keamanan bagi pengendara, kelayakan lintasan, dan manajemen kemacetan.
Adapun, dua trek alternatif yang disiapkan Pemprov DKI berada di kawasan Jakarta Pusat. Dua trek itu masing-masing memiliki panjang sekitar 3,2 kilometer.
Trek pilihan pertama itu dimulai dari Monas (Silang Monas Tenggara), Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Jalan MI Ridwan Rais, Jalan Merdeka Selatan, Wisma Antara, lalu berputar ke Kedutaan Besar AS dan kembali ke Monas.
Sementara itu, trek pilihan kedua dimulai dari Silang Monas Selatan, belakang Stasiun Gambir, Jalan MI Ridwan Rais, Jalan Merdeka Selatan, Bundaran Air Mancur, lalu kembali ke Silang Monas Selatan.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho menambahkan, terkait tataran teknis persiapan trotoar dan jalan, itu semua akan dibahas lebih lanjut antar-satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
"Nanti akan dibentuk kepanitiaan dan kaitan dengan prasarananya apa saja yang dibutuhkan, akan dibahas dalam rapat antar-SKPD," ujar Hari.