PT Angkasa Pura I (Persero) menggodok mekanisme pemberian insentif kepada maskapai berbiaya murah yang menurunkan harga tiket pesawat. Pemberian diskon dimaksudkan untuk mengurangi beban maskapai.
Oleh
Maria Clara Wresti
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Angkasa Pura I (Persero) masih menggodok mekanisme pemberian insentif kepada maskapai berbiaya murah yang menurunkan harga. Pemberian diskon itu dimaksudkan untuk mengurangi beban maskapai akibat penurunan harga tiket pesawat.
”Kami sudah sepakat memberikan insentif kepada maskapai saat rapat dengan Menteri Koordinator Perekonomian beberapa waktu lalu. Maskapai sepakat memberikan diskon harga tiket, lalu operator bandara memberikan insentif,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi seusai penandatanganan nota kesepahaman dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Menurut Faik, ada beberapa opsi yang sedang digodok, seperti memberikan diskon, cashback (pengembalian tunai), atau insentif lain. ”Kami masih membahas untuk mencari mana yang lebih baik bagi semua. Namun, pemberian insentif tidak terlalu signifikan membantu maskapai karena biaya layanan bandar udara sangat kecil, tak sampai 1 persen dari total biaya operasi,” ujarnya.
Apalagi, insentif hanya diberikan saat maskapai menurunkan tarif. Sesuai kesepakatan, maskapai hanya menurunkan tarif pada penerbangan hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pukul 10.00-15.00. ”Namun, walaupun belum diputuskan mekanismenya, insentif berlaku surut karena maskapai sudah mulai menurunkan harga sejak 11 Juli lalu,” kata Faik.
Pemberian insentif diharapkan mendorong bisnis penerbangan agar lebih ramai karena adanya tarif diskon. Seperti diketahui, animo masyarakat untuk naik pesawat terbang menurun karena harga tiket dianggap mahal.
Direktur Niaga Sriwijaya Air Joseph Tendean mengakui, saat ini penerbangan sedang mengalami penurunan jumlah penumpang. Selama libur sekolah lalu memang terjadi peningkatan dibandingkan hari-hari biasa, tetapi jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlahnya masih lebih kecil.
”Saat libur sekolah kemarin, tingkat keterisian kami rata-rata mencapai 84 persen, sedangkan di hari-hari biasa, tingkat keterisiannya cuma 71-72 persen. Sementara kalau tahun lalu, tingkat keterisiannya mencapai 90 persen,” kata Joseph.
Menghadapi penurunan jumlah penumpang, Sriwijaya melakukan sejumlah strategi, seperti melakukan efisiensi, menutup rute-rute sepi, dan menambah frekuensi di rute-rute yang ramai. Rute yang ditutup antara lain tujuan Banyuwangi, Merauke, dan Nabire. Sementara penambahan frekuensi dilakukan pada rute penerbangan ke Medan, Surabaya, Manado, Sorong, dan Samarinda. ”Ada 5-6 rute yang ditutup, sedangkan rute baru ada empat,” ujar Joseph.
Sementara itu, terkait penandatanganan nota kesepahaman dengan BPKP, Faik menilainya sangat perlu. Sebab, pada tahun 2019, Angkasa Pura I akan membelanjakan Rp 17,5 triliun untuk pembangunan infrastruktur. ”Selama ini, proyek-proyek yang dibangun hanya sebesar Rp 6 triliun. Sekarang, karena sangat besar, kami merasa perlu pendampingan agar pembangunan itu berjalan baik dan prudent,” kata Faik.
Pembangunan infrastruktur akan dilakukan, antara lain, di Bandara Samarinda, Surabaya, Kulon Progo, dan Denpasar.