JAKARTA, KOMPAS — Empat orang meninggal dan 971 rumah rusak berat akibat gempa M 7,2 yang melanda Halmahera Selatan, Maluku Utara, pada Minggu (14/7/2019). Sementara itu, gempa M 5,8 di Bali memicu kerusakan ringan sejumlah bangunan.
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, kerusakan bangunan akibat gempa di Halmahera Selatan terutama terjadi di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Barat, yaitu 380 unit. Kerusakan bangunan dengan kategori rusak berat juga terjadi di Desa Rangga Rangga sebanyak 300 unit, di Lemo Lemo sebanyak 131 rumah, di Tomara sebanyak 90 rumah, di Kua sebanyak 30 rumah, di Luaro sebanyak 22 rumah, di Caitu sebanyak 10 rumah, di Sawat sebanyak 6 rumah, dan di Tanjung Jere sebanyak 2 rumah. Kerusakan berat pada bangunan publik meliputi 6 sekolah, 2 masjid, 1 gereja, 1 polindes, 1 paud, dan 1 rumah guru.
Adapun korban meninggal yang telah didata bertambah dari sebelumnya 2 orang menjadi 4 orang, meliputi 1 orang dari Desa Rangga Rangga, 1 dari Desa Gane Dalam, dan 2 orang dari Desa Gane Luar. Selain itu, 2 orang luka berat dan 49 luka ringan. Para korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Korban meninggal yang telah didata bertambah dari sebelumnya 2 orang menjadi 4 orang.
Menurut Agus, 1.104 pengungsi di Kota Labuha, Halmahera Selatan, tersebar di sejumlah kantor pemerintah, masjid, dan sekolah. Pengungsian juga terjadi di Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur. Total warga yang mengungsi berjumlah 2.000 orang.
Menurut Agus, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah membentuk pos komando untuk melakukan penanganan darurat selama 7 hari, terhitung mulai 15 Juli hingga 21 Juli 2019.
Gempa Bali
Sementara itu, gempa berkekuatan M 5,8 yang melanda Bali pada Selasa pagi menyebabkan lima orang terluka. Tiga orang terluka di SD 1 Unggasan terdiri dari 2 siswa dan 1 guru, dan 2 orang terluka di SMPN 5 Mendoyo. Gempa ini juga menyebabkan kerusakan pada 13 sarana pendidikan, 2 kantor camat, 5 kantor, 1 hotel, 1 toko, 1 rumah, dan 1 pura.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan, gempa di Bali ini dipicu penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Sekalipun sumber gempa di laut dengan mekanisme sesar naik, tetapi kekuatannya tidak signifikan membangkitkan tsunami.
Gempa di Bali ini dipicu penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia.
Data BMKG, guncangan gempa ini dilaporkan dirasakan di daerah Badung dengan skala V Mercalli Modified Intensity (MMI), Nusa Dua IV-V MMI, Denpasar, Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat IV MMI, Banyuwangi, Karangkates, Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Utara III MMI, Jember, Lumajang II- III MMI.
Zona subduksi di selatan Jawa-Bali-Lombok-Sumba termasuk zona kegempaan aktif yang bisa dilanda gempa besar. Pada 19 Agustus 1977, gempa besar pernah melanda di selatan Sumba dan memicu tsunami yang merusak di pantai Lunyuk, Pulau Sumbawa, dan menewaskan sekitar 100 orang. Tinggi tsunami di selatan Bali saat itu juga tercatat sekitar 2 meter. Saat itu kawasan selatan Bali belum berkembang sebagai daerah wisata yang padat seperti sekarang.