Sampah Dijadikan Barang Rumah Tangga di Banyuwangi
Tahun ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengubah format acara Festival Green and Recycle. Sampah tidak lagi didaur ulang menjadi busana untuk peragaan, tetapi menjadi barang yang bisa dimanfatkan sehari-hari yang awet.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Setelah lima kali menggelar Festival Green and Recycle dalam format fashion, tahun ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengubah format acara menjadi Creative Green and Recycle. Sampah tidak lagi didaur ulang menjadi busana, tetapi menjadi barang yang bisa dimanfaatkan sehari-hari yang awet.
”Sebelumnya, peserta festival kami ajak untuk memanfaatkan sampah dan mengolahnya menjadi busana tematik. Busana tersebut lalu dipamerkan dalam sebuah fashion show,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Khotimah, Selasa, (16/7/2019).
Tahun ini, kata Husnul, peserta diajak membuat benda dari sampah yang bisa dimanfaatkan sehari-hari. Beberapa karya peserta adalah bantal leher, payung, tas belanja reusable, dan piring ingke (piring anyaman).
Husnul mengatakan, setelah lima tahun penyelenggaraan Green and Recycle Fashion Festival, pihaknya melakukan evaluasi. Hasilnya, busana dari daur ulang sampah hanya digunakan saat festival dan kurang bermanfaat.
”Memang ada semangat daya kreatif memanfaatkan sampah menjadi busana. Tetapi setelah festival, busana itu tetap saja menjadi sampah. Siapa yang mau memakai busana daur ulang sampah untuk pergi ke kantor atau pesta,” tuturnya.
Sampah styrofoam dan plastik yang susah terurai dapat ditekan penggunaannya.
Husnul berharap hasil dari Festival Green and Recycle kali ini bisa lebih bermanfaat. Ia mengapresiasi pembuatan piring ingke dan tas yang digunakan kembali (reusable). Menurut dia, kedua barang tersebut sangat bermanfaat dan bisa mengurangi penggunaan sampah.
”Piring ingke bisa mengurangi penggunaan styrofoam sebagai pengganti piring makan. Sementara tas reusable dari limbah plastik justru mampu mengurangi penggunaan plastik belanjaan. Dengan demikian, sampah styrofoam dan plastik yang susah terurai tersebut dapat ditekan penggunaannya,” kata Husnul.
Dalam festival tersebut hadir pula musisi Dik Doank. Kehadiran Dik Doank sebagai influencer untuk mengajak warga memerangi penggunaan plastik sekali pakai yang dapat mencemari lingkungan.
”Sampah yang kecil mari kita kantongi, sampah yang besar langsung kita buang ke tempat sampah. Ingat surga adalah tempat yang bersih, membuang sampah pada tempatnya ada salah satu cara mewujudkan surga,” ujar Dik Doank.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, Festival Creative Green and Recyle merupakan festival edukatif untuk warga Banyuwangi. Gelaran festival tidak hanya untuk mendatangkan wisatawan, tetapi juga untuk meningkatkan sumber daya manusia Banyuwangi.
”Festival juga tidak hanya untuk sekali gebyar pada hari pelaksanaan. Itulah mengapa tahun ini kami tidak mengadakan fashion show dari daur ulang sampah. Kami mencoba mewujudkan bagaimana sampah bisa dipakai setiap hari,” kata Anas.