Jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Kelurahan Rawua, Sampara, Konawe, Sulawesi Tenggara, bakal ditutup total selama beberapa hari. Penutupan itu menjadi bagian dari pemasangan jembatan bailey dengan panjang sekitar 60 meter di jalan itu.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KONAWE, KOMPAS — Jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Kelurahan Rawua, Sampara, Konawe, Sulawesi Tenggara, bakal ditutup total selama beberapa hari. Penutupan itu menjadi bagian dari pemasangan jembatan bailey dengan panjang sekitar 60 meter di jalan itu. Semua pihak diharapkan meminimalkan kemungkinan terhambatnya arus transportasi orang dan logistik akibat perbaikan itu.
Di lokasi jalan ambles, 40 panel jembatan terlihat ditumpuk di sisi jalan. Satu panel lebarnya mencapai 3 meter. Jembatan bailey dengan struktur baru ini baru didatangkan dari Jakarta.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan XXI Kendari Yohannis Tulak Todingara menyampaikan, penutupan jalan tidak bisa dicegah karena pihaknya harus memasang jembatan bailey hingga beberapa hari ke depan. Jembatan itu sangat dibutuhkan karena satu sisi jalan tidak bisa digunakan karena sedang diperbaiki.
”Mau tidak mau, jalan yang ada sekarang harus ditutup dulu karena untuk perakitan dan pemasangan jembatan membutuhkan ruang. Pengerjaan jembatan itu akan dimulai besok (hari ini) atau lusa. Proses pemasangannya diupayakan selama 10 hari,” kata Tulak, dihubungi dari Konawe, Selasa (16/7/2019).
Akan tetapi, tambah Tulak, pihaknya akan tetap berusaha mencari celah jalan yang masih memungkinkan untuk dilalui kendaraan kecil. Salah satu opsi yang tersedia adalah menggunakan sempadan sungai agar bisa dilalui motor atau mobil berukuran kecil. Untuk kendaraan dengan tonase berat akan diarahkan mencari jalur lain.
Terkait jalur alternatif itu, Tulak melanjutkan, juga telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Konawe untuk segera memperbaiki sejumlah jalur yang ada saat ini. Hal itu untuk memudahkan kendaraan bertonase berat bisa melintas, baik dari maupun menuju Kota Kendari.
Pengerjaan jalan ambles yang menjadi penghubung Kota Kendari ke lima kabupaten dan dua provinsi ini telah memasuki hari ke-14 sejak pertama kali ambles pada Selasa (2/7/2019) lalu. Jalan yang menjadi urat nadi transportasi di wilayah Sulawesi Tenggara ini ambles sepanjang 50 meter sehingga mengganggu arus transportasi dan logistik.
Setelah dikerjakan lebih dari seminggu, jalan itu ambles lagi karena pipa PDAM Tirta Anoa Kendari yang berada di bawah jalan kembali bocor. Tak ayal, pengerjaan penimbunan kembali terhenti karena jalan harus dibongkar.
Akibatnya, ribuan kendaraan harus antre panjang setiap hari. Sebab, hanya ada satu jalan darurat yang bisa dilalui dengan sistem buka tutup. Jalan akan ditutup ketika alat berat bekerja untuk menimbun atau mengangkat peralatan.
Jalan yang menjadi urat nadi transportasi di wilayah Sulawesi Tenggara ini ambles sepanjang 50 meter sehingga mengganggu arus transportasi dan logistik.
Jadi pelajaran
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara Komisaris Besar Wisnu Putra mengungkapkan siap mengatur dan mengalihkan arus kendaraan. Sejak jalan ambles, petugas telah berada di lapangan untuk mengoordinasi lalu lintas selama 24 jam.
”Kami mengikuti proses di lapangan. Kalau ditutup untuk pengerjaan, harus dialihkan arusnya. Ini juga biar bisa aman dilewati dan kepentingan bersama juga,” kata Wisnu.
Oleh sebab itu, lanjut Wisnu, ia menghimbau para pelaksana bekerja keras untuk segera menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Koordinasi dan bekerja tanpa henti harus dilakukan untuk mempercepat penyelesaian jalan utama ini. Ia juga menekankan agar aparat di lapangan bisa memantau pengerjaan yang sedang berlangsung.
”Kami harap semua pihak bisa bekerja bersama-sama. Saya juga sudah tekankan kepada teman-teman di Konawe untuk segera memperbaiki jalan alternatif yang ada selain jalur utama ini. Ini jadi pelajaran bagi kita semua,” kata Wisnu.
Wisnu bercerita, sejak akhir tahun lalu, telah mengingatkan potensi jalan rusak parah akibat abrasi sungai kepada pihak terkait. Saat itu, dilakukan penanganan sementara dengan tanggul kayu. Ia berharap agar kejadian ini benar-benar menjadi pelajaran bagi semua pihak mengingat pentingnya jalur transportasi itu.
Pada Selasa siang, pekerjaan pipa terlihat kembali telah dilakukan. Pipa yang mengalirkan air untuk 15.000 pelanggan di Kota Kendari itu telah tersambung dan diberi penahan. Sejumlah tiang penyangga juga disiapkan untuk menahan pipa agar tidak bergeser dan bocor kembali.
Direktur PDAM Tirta Anoa Kendari Damin menjelaskan, pihaknya fokus memasang penahan agar pipa tidak kembali rusak. Tanah yang labil, getaran, juga adanya mata air, membuat pipa sewaktu-waktu bisa bergeser dan kembali bocor.
Pipa yang bocor menyulitkan untuk penyelesaian jalan. Sebab, pipa utama ini berada tujuh meter di bawah jalan ketika selesai ditimbun. ”Sudah dibuatkan bantalan di bawah dan tiang penyangga di samping. Kami upayakan agar bisa segera melayani pelanggan,” ucap Damin.