Bursa saham Asia tertekan pada awal perdagangan di tengah penguatan dollar AS pada tengah pekan ini, Rabu (17/7/2019). Bursa Asia turut terimbas pelemahan bursa Wall Street semalam akibat kinerja perusahaan-perusahaan di AS yang tertekan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Bursa saham Asia tertekan pada awal perdagangan di tengah penguatan dollar AS pada tengah pekan ini, Rabu (17/7/2019). Bursa Asia turut terimbas pelemahan bursa Wall Street semalam akibat kinerja perusahaan-perusahaan di AS yang tertekan.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,18 persen. Indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen, sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan melemah 0,8 persen. E-Mini futures untuk S&P 500 terpantau datar.
Rilis data penjualan ritel di AS yang kuat dapat menjadi katalis positif setelah dikeluarkannya data tingkat produksi pada triwulan II-2019 yang lemah. Rilis data penjualan ritel pun ikut mendorong penguatan dollar AS. Rilis data terbaru atas ekonomi AS itu pun mendorong kembali spekulasi atas naik-tidaknya tingkat suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) pada akhir bulan ini.
Pemimpin Fed Chicago, Charles Evans, menggembar-gemborkan peluang penurunan Fed Rate hingga 50 basis poin. Di pasar futures, peluang pemotongan suku bunga hingga 25 persen mencapai 100 persen, sementara peluang pemotongan 50 basis poin mencapai 27 persen.
”Kami tidak mengharapkan hasil (ritel) yang solid ini berdampak pada keputusan Fed untuk menurunkan suku bunga pada akhir bulan,” kata Michelle Girard, kepala ekonom di lembaga NatWest Markets di AS.
”The Fed tahu konsumen AS kuat, tetapi pembuat kebijakan khawatir tentang risiko penurunan yang terkait dengan pertumbuhan global dan investasi manufaktur serta bisnis yang lemah. Itulah sebabnya mereka percaya pemotongan suku bunga adalah sesuatu yang tepat.”
Analis di Barclays bahkan memproyeksikan sikap yang lebih moderat. Hal itu dipilih lebih dengan alasan ketidakpastian yang terus-menerus dan inflasi yang moderat menuntut pemotongan suku bunga Fed Rate hingga 25 basis poin pada Juli, September, dan Desember tahun ini.
Ekspektasi tentang adanya stimulus kebijakan dan penurunan hasil obligasi telah membantu melawan kekhawatiran tentang performa perusahaan, sebagaimana tergambar pada laba perusahaan. JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo & Co mengalahkan estimasi laba triwulanan mereka, tetapi melaporkan pendapatan bunga bersih yang lebih lemah. Bank of America dan Netflix melaporkan kinerja mereka pada Rabu ini waktu AS.
Indeks Dow Jones turun 0,09 persen, sementara Indeks S&P 500 kehilangan 0,34 persen, dan Nasdaq turun 0,43 persen. Pasar juga tertekan sentimen negatif oleh ancaman dari Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif atas 325 miliar dollar AS barang-barang asal China di luar yang sudah dikenai tarif impor.
Pound sterling tergelincir
Di pasar mata uang, pound sterling tergelincir 0,9 persen semalam ke posisi terendahnya dalam kurun waktu 27 bulan terakhir. Pelemahan itu terjadi di tengah kekhawatiran Inggris bisa keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan perdagangan. Pound sterling berada pada level 1,24 per dollar AS, sebuah penurunan besar dari level tertinggi pada Maret di level 1,34 per dollar AS.
Dollar AS menanjak semalam sebesar 0,5 persen atas sejumlah mata uang utama dunia, dengan berada di level 97,381 pada indeks dollar AS. Sementara itu, mata uang euro turun ke level 1,12 per dollar AS dan yen juga turun ke level 108,27 per dollar AS.
Di pasar komoditas, harga minyak berusaha stabil di awal perdagangan setelah jatuh lebih dari 3 persen semalam. Minyak mentah Brent berjangka naik 17 sen menjadi 64,52 dollar AS per barel, sementara minyak mentah AS datar di level 57,62 dollar AS per barel. (REUTERS)