Harga Tiket Melambung, Festival Pesona Bunaken Terancam Sepi
Penyelenggaraan Festival Pesona Bunaken terancam sepi karena mahalnya tiket pesawat untuk pelancong domestik. Pemerintah provinsi pun akan berfokus mendatangkan turis dari China melalaui kerja sama dengan biro pariwisata.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Penyelenggaraan Festival Pesona Bunaken mulai Rabu (17/7/2019) hingga Sabtu (20/7/2019) terancam sepi karena mahalnya tiket pesawat untuk pelancong domestik. Oleh karena itu, pemerintah provinsi akan fokus mendatangkan turis dari China melalui kerja sama dengan biro pariwisata.
Acara tahunan ini dibuka pada Rabu siang di atrium mal Manado Town Square, Manado, Sulawesi Utara, dengan pameran produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari kota dan kabupaten di Sulut. Festival dibuka Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw dan Kepala Dinas Pariwisata Sulut Daniel Mewengkang.
Acara dilanjutkan dengan parade kebudayaan yang diikuti sekitar 20 kelompok seni budaya dari kota dan kabupaten se-Sulut. Beberapa yang ditampilkan adalah tari Somahe Kai Kehage dari Kepulauan Sangihe, tari Pinagut dari Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, pernikahan adat Mogama Bolaang Mongondow, kelompok musik klarinet Minahasa Utara, serta tari Kabasaran dari beberapa kota dan kabupaten.
Meskipun begitu, tidak banyak wisatawan yang datang khusus untuk melihat festival tersebut. Sekelompok turis Belanda didatangkan khusus oleh pemerintah provinsi untuk mengikuti pembukaan acara. Mereka diberi tempat khusus untuk menonton parade dari atas panggung.
Daniel mengatakan, festival ini merupakan ajang promosi kebudayaan serta produk-produk UMKM di Sulut. Karena itu, wisatawan yang dibidik pemprov berasal dari luar Sulut, tetapi terkendala harga tiket pesawat yang mahal.
”Banyak orang yang mau datang, tetapi lagi-lagi terkendala harga tiket pesawat yang mahal. Ini benar-benar menghambat. Karena itu, kami tidak memasang target kedatangan wisatawan. Penekanannya ada pada membangkitkan animo masyarakat terhadap acara di sini,” tutur Daniel.
Untuk penyelenggaraan pameran, pemprov juga mengundang dinas pariwisata dan perdagangan provinsi lain untuk memamerkan produk UMKM. Namun, kata Daniel, beberapa pihak menolak datang dengan alasan serupa. ”Apalagi UMKM, datang ke sini belum tentu profit gara-gara tiket pesawat,” ujarnya.
Di situs pembelian tiket dalam jaringan tiket.com, misalnya, harga tiket pesawat termurah dari Jakarta ke Manado pada Jumat (19/7/2019) sebesar Rp 2.086.500 per orang dengan maskapai Sriwijaya Air. Adapun harga tiket Jakarta-Manado termurah di situs Traveloka sebesar Rp 2.239.200 dengan Lion Air.
Demi mengatasi kendala ini, Dinas Pariwisata Sulut bekerja sama dengan biro perjalanan MM Travel dan Pesona Bahari Indonesia (PBI) untuk mendatangkan 200 wisatawan dari Nanning, China. Mereka akan dibawa ke Pulau Bunaken untuk menonton atraksi kebudayaan, perahu hias, dan konser. Selain bakar ikan dan menyelam, mereka juga akan mengikuti tarik tambang bersama pegawai organisasi perangkat daerah se-Sulut.
Total anggaran yang disiapkan APBD untuk acara ini sekitar Rp 200 juta. Pemerintah pusat juga menyuntikkan dana hingga Rp 500 juta. ”Dana kita memang sedikit sekali. Biaya dari pemerintah pusat akan digunakan untuk operasional, seperti pelabuhan serta akomodasi turis,” ucap Daniel.
Sementara itu, Steven Kandouw berharap, festival ini terus dikembangkan hingga masuk Kalender 100 Acara Tahunan (100 Events of the Year) Kementerian Pariwisata. ”Tahun ini harus lebih bagus dari tahun lalu, dan tahun depan harus lebih baik lagi. Acara yang ditawarkan harus lebih spesifik, jangan yang biasa-biasa saja,” katanya.
Susunan acara Festival Pesona Bunaken memang berbeda dengan festival lain yang diadakan di Sulut. Namun, agenda parade juga mudah dijumpai di acara lain, seperti Manado Fiesta yang digelar 27 Juli serta Tomohon International Flower Festival pada 8 Agustus.
Pengembangan agenda, menurut Steven, nantinya akan berpengaruh positif bagi kesejahteraan warga Sulut. Apalagi, Presiden Joko Widodo telah menunjukkan komitmennya mengembangkan pariwisata di Sulut dalam kunjungannya pada awal Juli.
”Sementara itu, kita harus saling berkoordinasi lintas sektor. Ada banyak stakeholder dalam pariwisata, termasuk dinas lingkungan hidup, dinas kelautan dan perikanan, bahkan rumah sakit dan penyedia telekomunikasi. Ini bukan hanya milik dinas pariwisata dan kebudayaan,” katanya.
Belum menyeluruh
Menurut catatan Kompas, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulut pada 2016 mencapai kisaran 40.000, lalu meningkat menjadi 80.000 pada 2017. Tahun lalu, jumlah wisatawan meningkat menjadi 120.000 (Kompas, 4 Juli 2019). Kedatangan didominasi turis China sejak penerbangan langsung antara Manado dan delapan kota di ”Negeri Tirai Bambu” dibuka.
Meski begitu, belum semua kabupaten mendapatkan manfaat, terutama di kepulauan seperti Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sitaro Sista Liuntuhaseng mengatakan, nyaris tidak ada turis China yang berkunjung ke Sitaro.
”Mungkin karena hanya bisa ke Sitaro lewat jalur laut. Menurut pengamatan kami, turis China memang tidak begitu suka wisata bawah laut yang menjadi andalan kami. Tapi, cukup banyak turis dari Jerman,” katanya.
Sista menambahkan, kedatangan wisatawan mancanegara selama setahun tidak pernah mencapai 1.000. Padahal, obyek wisata Sitaro cukup banyak, mulai dari Gunung Karangetang hingga Pantai Mahoro. ”Pantai Mahoro jadi favorit, bahkan pernah dijadikan tempat shooting film Korea. Ada juga turis Jerman yang menikah di situ,” kata Sista.