Presiden Joko Widodo kembali menegaskan pentingnya meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan.
Penegasan yang patut diapresiasi dan perlu menjadi komitmen bersama. Komitmen ini harus disertai pula dengan kesadaran bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya nyata mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas di level pendidikan menengah.
Level pendidikan yang mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja sesuai dengan bidangnya. Karena itu, sikap responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi menjadi suatu keharusan di level pendidikan kejuruan.
Kita bersyukur karena pendidikan kejuruan tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Minat siswa untuk masuk pendidikan kejuruan cukup tinggi di sejumlah daerah. Ini tecermin dari banyaknya sekolah menengah kejuruan (SMK) dan jumlah siswanya.
Mengutip data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2018/2019, terdapat 14.064 SMK di seluruh Tanah Air yang terdiri atas 3.578 SMK negeri dan 10.486 SMK swasta. Jumlah siswa baru tercatat sekitar 1,76 juta siswa dan jumlah siswa secara keseluruhan 5.009.265 siswa. Jumlah yang cukup banyak sehingga menuntut perhatian kita bersama.
Sayangnya, tingginya minat siswa ini belum dipenuhi dengan standar pendidikan kejuruan yang ideal. Berdasarkan data Kemdikbud, dari 165.077 ruang kelas, hanya 78.169 ruang kelas yang kondisinya baik. Sebagian besar ruang kelas dalam kondisi rusak ringan, sedang, dan berat. Fasilitas laboratorium dari sisi angka sudah memadai, tetapi baru 73,9 persen SMK yang memiliki perpustakaan. Bahkan, di DKI Jakarta pun, dari 581 SMK, hanya 542 SMK yang dilengkapi dengan perpustakaan.
Persoalan lain adalah mutu guru yang belum sesuai dengan harapan. Tercatat baru 74,3 persen guru SMK yang layak mengajar, termasuk guru yang berijazah diploma empat atau ijazah lebih tinggi dari itu.
Persoalan guru ini harus kita garis bawahi dan diprioritaskan penanganannya karena tidak mudah mencari guru SMK. Padahal, pendidikan kejuruan akan efektif jika guru yang mengajar memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang memadai sesuai dengan bidangnya. Karena itu, kerja sama yang erat dengan dunia kerja untuk pengembangan SMK menjadi keharusan. Kerja sama ini tidak hanya untuk menyalurkan lulusan SMK, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui perkembangan dan kebutuhan dunia kerja.
Kita menyadari, pendidikan kejuruan membutuhkan fasilitas pendidikan yang mutakhir untuk praktik siswa dan biaya operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum. Karena itu, keseriusan untuk mengembangkan pendidikan kejuruan menjadi keniscayaan. Keseriusan inilah yang kelak akan melahirkan lulusan pendidikan kejuruan yang bermutu, sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.