Parlemen UE Voting Leyen
Kandidat presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, masih menanti hasil voting Parlemen Eropa untuk mengukuhkan posisinya. Kemungkinannya berimbang.
BRUSSELS, SELASA— Parlemen Eropa, Selasa (16/7/2019) malam, melakukan voting tertutup untuk memilih mantan Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen sebagai presiden Komisi Eropa menggantikan Jean Claude Juncker.
Jika terpilih, ia akan menjadi perempuan pertama yang menjadi pemimpin Komisi Eropa. Namun, hasil voting kemungkinan menunjukkan kubu yang mendukung ataupun menentang pencalonan Von der Leyen akan berselisih tipis.
Von der Leyen harus meraih minimal 374 suara dari 747 anggota parlemen. Para pengamat memperkirakan ia akan meraih 182 suara dari kubu Partai Rakyat Eropa (EPP), yang antara lain diwakili oleh partai Angela Merkel, Uni Kristen Demokrat (CDU). Namun, ia harus merebut 153 suara dari kubu liberal Aliansi Progresif Sosialis dan Demokrat (PASD) dan 108 suara dari kubu liberal Pembaruan Eropa (RE).
Pencalonan Von der Leyen menimbulkan kontroversi karena diusulkan di luar jalur biasa. Pencalonan Von der Leyen disetujui 28 pemimpin Eropa setelah sejumlah calon yang diusulkan tidak berhasil meraih dukungan penuh.
Von der Leyen bukanlah kandidat resmi untuk pemimpin Komisi Eropa, yang diusulkan oleh partai-partai arus utama Eropa. Kelompok Sosialis Eropa (154 kursi) merasa sakit hati karena kandidat mereka, Frans Timmermans dari Belanda, gagal disetujui.
Menurut Bloomberg, Timmermans tidak didukung oleh sejumlah pemimpin di kubu EPP, juga ditentang oleh sejumlah pemimpin Eropa timur dan oleh PM Italia.
Sebaliknya Von der Leyen didukung semua pemimpin Uni Eropa. Jika terpilih, ia juga akan mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang menjadi pemimpin Komisi Eropa.
Friksi kini juga terjadi di pemerintahan Jerman yang merupakan koalisi antara partai Merkel (CDU/CSU) dan Partai Sosial Demokrat. Sosial Demokrat sudah menyatakan tidak akan mendukung Von der Leyen meskipun ia merupakan tokoh kepercayaan Merkel.
Keputusan Sosial Demokrat akan membuat perpecahan di pemerintahan Jerman. Jika koalisi tidak dapat dipertahankan, kemungkinan akan terjadi percepatan pemilu.
Sebagian anggota parlemen Eropa mengatakan, mereka tidak menentang pribadi Von der Leyen, tetapi merasa marah karena semua calon yang diusulkan ditolak oleh para pemimpin UE.
”Ini lebih dari sekadar masalah personal. Dalam kampanye lalu kami menuntut agar Uni Eropa lebih demokratis,” kata Katarina Barley dari kubu Sosdem.
Pencalonan Von der Leyen menjadi satu paket dengan kandidat untuk jabatan lain, yaitu Direktur IMF Christine Lagarde dari Perancis sebagai pemimpin Bank Sentral Eropa, PM Belgia Charles Michel untuk presiden Dewan Eropa menggantikan Donald Tusk, dan Menlu Spanyol Josep Borrell sebagai pejabat urusan luar negeri menggantikan Federica Mogherini.
Perubahan iklim
Dalam pidatonya di hadapan anggota parlemen, Von der Leyen mengatakan, perubahan iklim merupakan tantangan terbesar yang dihadapi Eropa. Jika terpilih, ia berjanji akan melakukan kebijakan pro-iklim dalam 100 hari pertama kepemimpinannya dan menjadikan Eropa sebagai benua yang ramah iklim pada 2050. Untuk menggaet dukungan dari Partai Hijau, Von der Leyen berjanji akan mengurangi emisi karbon di UE sampai 55 persen hingga tahun 2030 dari sebelumnya 40 persen. Dia juga berjanji akan memperpanjang skema penjualan emisi.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk kemarin kembali meminta Parlemen Eropa untuk menyetujui pencalonan Von der Leyen, karena untuk pertama kalinya kepemimpinan UE memiliki perbandingan jender yang sempurna.
(AP/AFP/REUTERS/MYR)