Pemerintah akhirnya menyetujui revisi rencana pengembangan (PoD) Blok Masela. PoD menjadi dasar bagi investor, yakni Inpex (Jepang) dan Shell (Belanda), untuk memulai pekerjaan di lapangan.
Oleh
Nina Susilo/Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah menempuh jalan berliku selama bertahun-tahun, pemerintah akhirnya menyetujui revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) Blok Masela di Kepulauan Tanimbar, Maluku. PoD menjadi dasar bagi investor, yakni Inpex asal Jepang dan Shell dari Belanda, untuk memulai pekerjaan di lapangan.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto seusai penyerahan persetujuan pemerintah di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/7/2019), menyatakan, Presiden Joko Widodo berharap Inpex berkomitmen melaksanakan PoD dan syarat persetujuan tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan turut hadir dalam kesempatan tersebut.
President and CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menyatakan, Inpex telah mencapai salah satu tonggak penting terkait persetujuan itu. Pemerintah juga menyetujui permohonannya untuk mengalokasikan tambahan waktu tujuh tahun dan perpanjangan 20 tahun kontrak kerja sama hingga tahun 2055.
Kontrak Blok Masela atau dikenal dengan proyek Lapangan Abadi itu ditandatangani tahun 1998 dan berlaku hingga 2028. PoD diajukan sejak tahun 2001 dan dinegosiasikan beberapa kali hingga disetujui pada Juli 2019. Investasi itu bernilai 19,8 miliar dollar AS, sementara tingkat pengembalian modal (IRR) 15,1-15,5 persen.
Pembangunan kilang gas alam cair (LNG) Masela akan dilakukan di lepas pantai dan di darat. Kilang lepas pantai akan memproses pemisahan minyak dan gas. Gas dikirim menggunakan pipa sepanjang 170-180 kilometer ke kilang di darat.
Di darat, kilang mengolah LNG dengan kapasitas 9,5 juta ton per tahun. Selain itu, ada potensi gas untuk pabrik petrokimia berkapasitas 1,5 juta ton per tahun. Untuk itu, tersedia peluang untuk investasi bidang petrokimia dengan nilai 1,5 miliar dollar AS sampai 2 miliar dollar AS.
Vice President Corporate Service Inpex Corporation Nico Muhyiddin menambahkan, tak ada perbedaan signifikan terkait perubahan lokasi kilang dari lepas pantai ke daratan.
Setelah persetujuan itu, kata Ueda, tahap selanjutnya adalah merealisasikan PoD. Hal ini akan dimulai dengan front end engineering design (FEED) yang terdiri dari pemindahan personel operasi dan lelang untuk memilih kontraktor. Keputusan investasi final bergantung pada rangkaian evaluasi, termasuk dari FEED. Tahapan berikutnya adalah konstruksi 2-3 tahun sehingga produksi diharapkan bisa dimulai tahun 2027.
Efek ganda
Secara kumulatif, Ueda menuturkan, sejak tahun 1966, Inpex sudah berkiprah dalam 43 proyek kegiatan hulu migas di Indonesia. Lima proyek, termasuk proyek LNG Abadi, saat ini tengah dikembangkan.
Inpex merupakan salah satu investor terbesar dari Jepang dengan nilai investasi kumulatif 27 miliar dollar AS lebih. Adapun total kumulatif pajak yang dibayarkan ke Indonesia sekitar 19 miliar dollar AS.
Saat Lapangan Abadi mulai beroperasi, proyek tersebut akan jadi sumber utama pasokan LNG jangka panjang bagi Indonesia dan kawasan Asia, termasuk Jepang. ”Proyek ini juga akan memberi efek berganda, khususnya di bagian timur Indonesia,” katanya.
Dampak ganda Lapangan Abadi di tingkat nasional antara lain potensi pendapatan nasional sebesar 153 miliar dollar AS. Selain itu, kesempatan kerja bagi 73.000 orang per tahun. Menurut Ueda, Inpex akan terus bekerja sama dengan mitranya, Shell, untuk menjaga proyek tetap kompetitif. ”Kami menargetkan mulai produksi di paruh kedua dekade 2020-an,” katanya.
Executive Senior Vice President Asia Project Division Inpex Kenji Kawano mengatakan, Inpex secara menyeluruh dan dalam jangka panjang akan terus aktif berkegiatan pada sektor minyak dan gas di Indonesia. ”Kegiatan tidak hanya di hulu migas, tetapi juga di sisi menengah dan hilir,” kata Kawano.
Menurut dia, Indonesia memiliki posisi penting bagi Inpex. Proyek LNG Abadi memiliki berbagai kelebihan dan arti penting; termasuk sebagai proyek kelas dunia berkapasitas cadangan gas besar.