Kapasitas pembangkit listrik tenaga sampah di tempat pembuangan akhir Benowo, Surabaya, ditingkatkan dari 2 megawatt menjadi 11 megawatt. Pembangunan peningkatan kapasitas itu direncanakan selesai akhir tahun ini dan listrik yang dihasilkan akan dibeli PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Kapasitas pembangkit listrik tenaga sampah di tempat pembuangan akhir Benowo, Surabaya, ditingkatkan dari 2 megawatt menjadi 11 megawatt. Pembangunan peningkatan kapasitas itu direncanakan selesai akhir tahun ini dan listrik yang dihasilkan akan dibeli PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
“Pembangunannya sudah 90 persen. Kalau semua sudah selesai, rencananya November tahun ini akan diresmikan,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rabu (17/7/2019) di Surabaya.
Pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Benowo mulai beroperasi pada akhir 2015. Saat ini, dari 2 megawatt (MW) listrik yang dihasilkan pembangkit yang dikelola swasta, PT Sumber Organik, 1,65 MW di antaranya dijual kepada PLN. Sedangkan sisanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik di TPA Benowo.
Rencana penambahan kapasitas PLTSa Benowo menjadi 11 MW dimulai sejak pembangkit listrik itu beroperasi. Tahun ini, direncanakan tambahan kapasitas hingga 9 MW bisa diselesaikan. Listrik yang dihasilkan tersebut, sebanyak 8,31 MW di antaranya kembali akan dibeli PLN.
Risma mengatakan, peningkatan kapasitas PLTSa Benowo terus dilakukan untuk mencapai target bauran energi primer dari energi terbarukan pada 2025 sebesar 23 persen di seluruh Indonesia. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Surabaya memiliki sampah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Pembangunannya sudah 90 persen. Kalau semua sudah selesai, rencananya November tahun ini akan diresmikan
TPA Benowo seluas 37,4 hektar setiap hari menerima sekitar 1.300 ton sampah yang dihasilkan sekitar 3,3 juta warganya. Sampah yang dikirim ke TPA tersebut merupakan timbunan sampah yang tidak bisa dikelola oleh warga, setelah melalui tahap pemilahan di tingkat rumah tangga dan bank sampah.
Gas metana
Tumpukan sampah itu dapat menghasilkan gas metana atau CH4 yang digunakan untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik. Gas metana di TPA Benowo diperoleh dengan metode sanitary landfill. Sampah ditutup dengan membran dan ketika membusuk, sampah itu akan mengeluarkan gas metana. Saat ini ada sekitar 90 titik pembusukan sampah di TPA tersebut.
Pelaksana Tugas Manager Perencanaan Sistem Kelistrikan PLN Distribusi Jatim Bramantyo Anggun Pambudi mengatakan, PLN siap kembali membeli listrik yang dihasilkan PLTSa Benowo sesuai kontak induk pada 2015. Pembelian listrik dari sumber enegri baru terbarukan sesuai dengan undang-undang dan menyukseskan target 23 persen penggunaan EBT pada 2025.
Namun pihaknya belum bisa menentukan harga karena masih harus melalui proses perjanjian. Adapun kontrak pembelian listrik tahap pertama yang dilakukan November 2015, PLN membeli listrik Rp 1.250 per kilowatt jam (kWh).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Eri Cahyadi menambahkan, PLTSa di Surabaya juga digunakan untuk sumber listrik di taman dan tempat daur ulang sampah.
Sebagian sampah di tempat itu sebelumnya hanya diolah menjadi kompos untuk memupuk tanaman di sejumlah taman. Masyarakat juga boleh mengambil kompos itu untuk dipakai di rumah, tetapi tidak boleh untuk dijual.
Pemanfaatan sampah menjadi sumber energi listrik membuat biaya operasional untuk pembayaran listrik PLN tidak ada karena sudah mandiri dari PLTSa
Saat ini, ada tiga lokasi PLTSa yang tersebar di Taman Flora (2 kilowatt), Kebun Bibit Wonorejo (4 kilowatt), dan Pusat Daur Ulang Sampah Jambangan (4 kilowatt). “Tahun ini kami menambah satu unit PLTSa di Taman Rayon Surabaya Timur berkapasitas 4 kilowatt,” katanya.
PLTSa di taman dan tempat daur ulang sampang menggunakan metode gasifikasi. Cara kerjanya dengan memanfaatkan limbah ranting dan plastik yang dibakar di sebuah tungku. Dari hasil pembakaran akan menghasilkan gas yang ditampung untuk menggerakkan generator. Generator tersebut menghasilkan listrik yang disalurkan ke baterai sebagai media penyimpanan energi listrik.
“Pemanfaatan sampah menjadi sumber energi listrik membuat biaya operasional untuk pembayaran listrik PLN tidak ada karena sudah mandiri dari PLTSa,” ucap Eri.