Tumbuh 12,1 persen, Penyaluran Kredit Bank Mandiri Masih Terarah
Pertumbuhan laba bersih juga disumbang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 14,85 persen secara tahunan menjadi Rp 44,5 triliun sekaligus penurunan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga 21,2 persen.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penyaluran kredit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada paruh pertama 2019 mencatatkan pertumbuhan dua digit mencapai 12,1 persen secara tahunan. Pertumbuhan itu masih sejalan dengan target awal penyaluran kredit perusahaan yang berkisar 11-12 persen pada akhir tahun.
Penyaluran kredit Bank Mandiri pada Semester I-2019 mencapai Rp 690,5 triliun atau tumbuh 12,1 persen secara tahunan. Kinerja ini ditopang oleh segmen korporasi sebesar Rp 313 triliun atau tumbuh 21,2 persen secara tahunan dan kredit anak perusahaan sebesar Rp 109,8 triliun atau tumbuh 20,2 persen secara tahunan.
Pembangunan infrastruktur nasional juga membantu penyaluran kredit Bank Mandiri. Penyaluran kredit untuk infrastruktur tumbuh 22,6 persen menjadi Rp 23,3 triliun, yang didominasi proyek listrik dan transportasi.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi di Jakarta, Rabu (17/7/2019), menyampaikan, capaian kredit pada paruh pertama ini masih sejalan dengan target awal tahun.
“Untuk kredit, sebetulnya dengan average balance (saldo rata-rata) mencapai 12,6 persen. Jadi kredit masih sesuai dengan target kami. Masih ada enam bulan untuk memanfaatkan lagi sumber daya yang ada,” katanya pada Rabu (17/7/2019) di Jakarta.
Meski hampir seluruh lini kredit bertumbuh secara tahunan, Bank Mandiri mencatatkan penurunan 7,6 persen pada segmen komersial. Segmen itu hanya berkontribus Rp 131,4 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 142,3 triliun.
Menunjukkan perbaikan
Menurut Hery, segmen komersial sudah mengalami perbaikan jika dilihat per triwulan. Jumlah kredit tumbuh sekitar 3 persen dari triwulan sebelumnya. “Kami lagi melakukan konsolidasi dan perbaikan dari sisi risk dan management. Harapannya dalam waktu dekat ada perbaikan di segmen komersial,” katanya.
Positifnya penyaluran kredit diimbangi dengan penurunan rasio kredit macet (NPL) sebesar 54 basis poin dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 2,59 persen. NPL itu merupakan capaian terendah sejak triwulan III-2015.
Ahmad Siddik Badruddin. Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri, mengatakan, kualitas kredit terus menunjukkan perbaikan setelah NPL sempat mencapai 4 persen pada 2016. Hal itu karena Bank Mandiri lebih memprioritaskan keberlanjutan dalam jangka panjang. Pengukuran kinerja menggunakan saldo rata-rata bukan angka akhir periode.
“Sampai akhir tahun kami menargetkan NPL bisa berada di bawah 2,5 persen. Kalau pertumbuhan kredit bisa mencapai 9-10 persen pada akhir tahun, persentasi NPL bisa menurun juga,” ucap Ahmad.
Pendapatan bunga naik
Adapun dalam survei perbankan Bank Indonesia, pertumbuhan kredit pada triwulan III-2019 diperkirakan mencapai 11,2 persen. Optimisme itu didorong oleh perkiraan relatif rendahnya risiko penyaluran kredit serta rasio kecukupan modal dan likuiditas bank yang masih terjaga.
Penyaluran kredit yang lebih berkelanjutan dengan kualitas kredit membuat Bank Mandiri mencatatkan laba konsolidasi mencapai Rp 13,5 triliun. Jumlah itu bertumbuh dua digit atau 11,1 persen dibandingkan paruh pertama 2018.
Pertumbuhan laba bersih juga disumbang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 14,85 persen secara tahunan menjadi Rp 44,5 triliun sekaligus penurunan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga 21,2 persen.
Sementara itu, total Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,8 persen secara tahunan menjadi Rp 843,2 triliun. Pertumbuhan didorong oleh giro konsolidasi Rp 200,2 triliun dan deposito mencapai Rp 300,4 triliun.