PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengutamakan keberlanjutan jangka panjang sebagai strategi pertumbuhan. Kinerja perseroan diyakini akan meningkat pada tahun-tahun mendatang.
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengutamakan keberlanjutan jangka panjang sebagai strategi pertumbuhan. Kinerja perseroan diyakini akan meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Pada akhir triwulan II-2019, Bank Mandiri membukukan laba bersih konsolidasi Rp 13,5 triliun atau tumbuh 11,11 persen secara tahunan. Adapun aset konsolidasi Rp 1.235,6 triliun atau tumbuh 6,93 persen dalam setahun.
”Kami, manajemen, tentunya yakin kinerja Bank Mandiri akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan,” kata Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi dalam paparan kinerja triwulan II-2019 di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Hery menambahkan, kinerja antara lain didorong pertumbuhan kredit bank saja sebesar 12,1 persen secara tahunan, menjadi Rp 690,5 triliun per akhir Juni 2019. Sementara, dana pihak ketiga bank tumbuh 6,77 persen dalam setahun menjadi Rp 721,4 triliun.
Kualitas kredit membaik, yang tecermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang mengecil, dari 3,13 persen pada akhir Juni 2018 menjadi 2,59 persen pada akhir Juni 2019.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan menambahkan, sampai dengan akhir triwulan II-2019, ada 82 juta nasabah dan pengguna produk Bank Mandiri. Jumlah itu terdiri dari 25,9 juta rekening dana pihak ketiga; 1,8 juta rekening kredit; serta 43,6 juta kartu debit, kartu kredit, dan kartu uang elektronik.
”Lalu ada 10,7 juta pengguna yang menggunakan perbankan mobile dan perbankan internet. Sekarang 90 persen jasa perbankan kami melalui digital,” kata Panji.
Nontunai
Panji mengatakan, transaksi yang dilayani per menit mencapai 6.067 transaksi. Rinciannya, setiap menit ada 2.690 transaksi anjungan transaksi mandiri (ATM), 2.560 transaksi mobile dan internet, 334 transaksi cabang, dan 483 transaksi Mandiri Cash Management.
Berbagai kartu yang diterbitkan Bank Mandiri itu merupakan dukungan untuk menciptakan masyarakat nontunai. Selain itu, bersama sejumlah BUMN bersinergi membentuk LinkAja, layanan sistem pembayaran berbasis server.
Dalam kesempatan terpisah di Bali sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyebutkan, BI ingin memastikan perkembangan ekonomi digital ada di dalam kendali BI sebagai regulator. Salah satunya, dengan menyusun visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Alexandra Askandar menuturkan, transaksi melalui kanal elektronik pada triwulan II-2019 senilai Rp 552 triliun atau tumbuh 8,8 persen secara tahunan. ”Hal ini didorong transaksi perbankan mobile yang mencapai Rp 202 triliun,” kata Alexandra. (CAS/KEL/IDR)