Fasilitas Integrasi Antarmoda Dorong Publik Memilih Angkutan Umum
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Fasilitas integrasi antarmoda transportasi umum bertujuan memberikan penumpang kenyamanan, keamanan, dan kecepatan saat berganti transportasi umum. Dengan disediakannya sarana tersebut, diharapkan minat masyarakat beralih dari transportasi pribadi ke transportasi umum semakin besar.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro, saat meresmikan jembatan layang atau skybridge di Stasiun Batu Ceper, Kota Tangerang, Kamis (18/7/2019), menyampaikan, kenyamanan bagi penumpang dalam menikmati fasilitas integrasi antarmoda membuat angkutan umum semakin diminati. Skybridge yang diresmikan Edi menghubungkan peron 1-2 yang dilintasi KA Bandara dengan peron 3-4 yang dilintasi commuter line (KRL).
Dengan adanya skybridge itu, penumpang dapat pindah antara KA Bandara dan KRL secara lebih mudah, aman, dan dapat dilintasi dalam waktu tidak lebih dari 5 menit. Tidak hanya itu, pengguna jembatan dapat menggunakan sarana itu dari Stasiun Batu Ceper menuju Terminal Bus Poris Plawad.
Skybridge memiliki panjang 26 meter, lebar 6 meter, dan ketinggian 7 meter. Sebelum adanya skybridge, penumpang yang hendak ganti antara KRL dan KA Bandara harus memutar lebih jauh hingga ujung stasiun, di mana ada jalur kecil untuk menyeberangi rel.
”Dengan skybridge ini, penumpang bisa pindah antarmoda transportasi umum secara lebih aman, nyaman, dan cepat,” kata Edi.
Integrasi dengan transjakarta, LRT, dan MRT
Selain di Stasiun Batu Ceper, fasilitas integrasi juga tersedia di Stasiun BNI City. Di sana, KA Bandara terintegrasi dengan bus transjakarta, KRL, dan MRT.
Fasilitas integrasi disediakan melalui jalur rata selebar 2 meter khusus untuk pejalan kaki. Penumpang yang membawa koper dapat melalui jalur itu dengan nyaman, dan tanpa takut disenggol kendaraan bermotor.
Untuk ke Stasiun MRT Dukuh Atas, penumpang cukup menyeberang jalan raya sekali. Fasilitas penyeberangan cukup rapi dan memadai. Zebra cross disediakan beserta dengan jalur pemandu berwarna kuning untuk kaum tunanetra.
Diharapkan, integrasi antarmoda transportasi dapat meningkatkan jumlah penumpang KA Bandara ke depan.
Direktur Prasarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Heru Wisnu Wibowo menambahkan, layanan kereta api tidak bersifat door to door sehingga apabila fasilitas integrasi antarmoda transportasinya tidak baik, maka masyarakat tidak akan tertarik menggunakannya. ”Integrasi ini menjadi suatu kewajiban di bidang perkeretaapian,” katanya.
Selama beberapa tahun terakhir, jumlah penumpang PT KAI meningkat. ”Pada 2018, seluruh penumpang yang diangkut kereta api totalnya 428 juta orang. Pada tahun sebelumnya, hanya 394 juta orang. Kita berharap pada 2019 bisa meningkat lagi sehingga kendaraan pribadi bisa mulai ditinggalkan,” ujar Edi.