Kebakaran lahan gambut di sebagian wilayah Kalimantan telah menimbulkan kabut asap. Aktivitas dan kesehatan warga pun mulai terganggu.
PONTIANAK, KOMPAS Pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar di lahan gambut masih terjadi di sebagian wilayah Kalimantan Barat. Puluhan hektar lahan gambut terbakar dalam seminggu terakhir dan menimbulkan kabut asap.
Pada Rabu (17/7/2019) siang, kebakaran terjadi di lahan gambut di Pontianak Utara, Kalbar. Api membakar lahan gambut seluas sekitar 1 hektar, yang hanya berjarak sekitar 30 meter dari permukiman warga. Warga bersama tim pemadam gabungan berupaya memadamkan api agar kebakaran tidak meluas.
Kebakaran lahan gambut juga terjadi di Teluk Bakung, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Kebakaran sejak Selasa (16/7) siang melanda sekitar 10 hektar lahan gambut. Kebakaran juga terjadi pada 1 hektar lahan gambut di Rasau Jaya Umum, Kubu Raya, serta pada 6 hektar lahan gambut di Sungai Rasau, Kabupaten Mempawah. ”Tim masih memadamkan api,” kata Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik.
Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), titik panas di Kalbar terus meningkat. Pada 15 Juli pukul 07.00 hingga 16 Juli pukul 07.00 terpantau 22 titik panas di Kalbar, di antaranya tersebar di Kabupaten Kapuas Hulu (1 titik panas), Kayong Utara (2), Melawi (3), dan Kubu Raya (10).
Pada 16 Juli pukul 07.00 hingga 17 Juli pukul 07.00, titik panas terpantau meningkat menjadi 26 titik, tersebar di Kabupaten Sambas (1 titik panas), Mempawah (11), Ketapang (2), Sintang (3), Kapuas Hulu (3), Landak (1), Kayong Utara (1), dan Kubu Raya (4). Akibatnya, kabut asap tipis menyelimuti Kota Pontianak, khususnya pada malam hari, dalam seminggu terakhir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalbar Lumano mengatakan, 1.500 anggota tim gabungan akan menyisir dan memadamkan lahan yang terbakar. Helikopter juga dikerahkan ke lokasi yang sulit dijangkau lewat darat.
Menyelimuti Palangkaraya
Kabut asap akibat kebakaran lahan gambut juga menyelimuti Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kabut asap tipis menyelimuti pada malam dan pagi hari serta berangsur berkurang pada siang hari.
Ironisnya, sejak sebulan lalu, alat pendeteksi pencemaran udara di Bundaran Besar, Palangkaraya, tidak berfungsi. Tingkat pencemaran akibat kabut asap pun tidak terpantau dalam Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Mengganggu aktivitas
Warga mengeluhkan kabut asap yang mengganggu aktivitas keseharian. Nurhayati (45), warga Hiu Putih 8, Palangkaraya, mengaku sulit beraktivitas di luar rumah karena anak bungsunya masih dua tahun.
”Khawatir batuk-batuk. Dulu, tahun 2015, kami sekeluarga mengungsi ke Banjarmasin (karena kabut asap). Jangan sampai bencana lagi,” kata ibu tiga anak tersebut.
Dari catatan Kompas, bencana asap tahun 2015 menyebabkan 19 orang meninggal, yakni 5 korban dari Kalteng, 5 orang dari Sumatera Selatan, 1 orang dari Jambi, 3 orang dari Kalimantan Selatan, dan 5 orang dari Riau. (IDO/ESA)