Watino, nelayan yang tenggelam dan hilang di Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa (16/7/2019) ditemukan tewas, Kamis (18/7/2019) pagi. Ombak yang tinggi dan area pantai yang luas menjadi kendala pencarian korban.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Watino, nelayan yang tenggelam dan hilang di Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa (16/7/2019) ditemukan tewas, Kamis (18/7/2019) pagi. Ombak yang tinggi dan area pantai yang luas menjadi kendala pencarian korban.
”Korban ditemukan meninggal oleh tim SAR Gabungan yang melakukan penyisiran di bibir pantai pukul 04.15. Lokasinya berjarak sekitar 2 kilometer arah barat dari tempat kejadian perkara,” kata Kepala Basarnas Pos SAR Cilacap Mulwahyono, Kamis, saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Mulwahyono mengatakan, proses pencarian selama tiga hari ini melibatkan lebih dari 60 personel. ”Korban ditemukan di sekitar belakang Rumah Sakit Pertamina Cilacap. Kini, korban sudah dievakuasi dan dibawa ke RSUD Cilacap,” katanya.
Korban bernama Watino (35) diketahui tenggelam Selasa sekitar pukul 07.00 ketika melaut. ”Posisi perahu masih di pantai. Biasanya nelayan mencari celah saat ombak landai untuk kemudian berangkat. Namun, rupanya mereka salah perhitungan, ketika ombak mulai landai dan perahu bergerak, tiba-tiba muncul ombak besar yang membalikkan perahu,” papar Mulwahyono.
Mulwahyono menyampaikan, kedua rekan korban di atas kapal, yaitu Sanan dan Kus, berhasil berenang menyelamatkan diri, tetapi tidak dengan Watino. ”Ombak di pantai akhir-akhir ini cukup tinggi, 3-4 meter. Lagi pula, nelayan tidak mengenakan jaket pelampung,” ujarnya.
Ia mengimbau nelayan tidak melaut terlebih dahulu karena ombak masih tinggi sekitar 3 meter. ”Jika mau melaut, sebaiknya menggunakan jaket pelampung karena meskipun membatasi gerak saat di perahu, tetapi sangat penting untuk keselamatan nyawa terlebih jika terjadi kecelakaan seperti saat ini,” katanya.
Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cilacap Andi Susilo menyarankan kepada nelayan dan masyarakat untuk berhati-hati. ”Imbauan kami kepada masyarakat ataupun nelayan untuk mewaspadai adanya gelombang tinggi. Tetap berhati-hati ketika pergi melaut ataupun saat berada di pantai,” kata Andi.
Prakirawan BMKG Cilacap, Rendy Krisnawan, mengatakan, ketinggian gelombang laut masih tinggi hingga beberapa waktu ke depan. ”Potensi ketinggian 2 meter sampai 4 meter, kadang mencapai 5 meter. Kecepatan angin 20-25 knot. Kondisi ini masih berlangsung sampai transisi masuk musim hujan. Pada musim kemarau memang kondisinya seperti ini, angin monsun atau angin timuran dari Australia kecepatannya tinggi,” paparnya.
Hal ini membuat gelombang yang tinggi pula. Untuk itu, pihak BMKG mengimbau nelayan agar tidak melaut dan waspada. ”Ketinggian gelombang itu sangat berbahaya untuk semua jenis kapal. Untuk wisatawan, jangan berenang di laut karena berbahaya, terutama pada saat pasang naik,” ujar Rendy.
Karakteristik ombak di selatan Jawa Tengah cenderung tinggi dan besar karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Selain itu, kontur dasar pantai yang cenderung curam dan dalam serta terdapat palung di bibir pantai membuat mereka yang tenggelam terseret arus dan hilang.
Oleh karena itu, baik Basarnas maupun BPBD di sekitar Jawa Tengah selatan, seperti Cilacap dan Kebumen, mengingatkan pengunjung untuk tidak berenang di pantai.