Pemerintah Provinsi Maluku menabrak prinsip ruang terbuka hijau. Rumput yang menghijau di Lapangan Merdeka Kota Ambon telah dibongkar kemudian diganti lautan beton paving block. Publik kecewa dengan aksi kontroversi yang ternyata juga mengabaikan dimensi sejarah tempat lahirnya olaragawan Maluku dari masa ke masa itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
Pemerintah Provinsi Maluku berpotensi menabrak prinsip ketersediaan ruang terbuka hijau. Rumput di Lapangan Merdeka Kota Ambon dibongkar. Rupa segarnya lantas diganti hamparan beton paving block.
Dinas Pekerjaan Umum Maluku merombak total lapangan itu. Rumput lintasan lari dibongkar dan dipasang paving block. Tak ada lagi tanah berpasir untuk jalan kaki atau lari. Berlari di atasnya, kelak sangat rawan cidera.
Pelan tapi pasti, hal ini memicu kekecewaan publik. Kondisi itu dinilai mengabaikan sejarah. Tempat lahirnya banyak olahragawan Maluku dari masa ke masa hingga hadirnya perdamaian pascakonflik itu rentan kehilangan pesonanya.
Tempat lahirnya banyak olahragawan Maluku dari masa ke masa hingga hadirnya perdamaian pascakonflik itu rentan kehilangan pesonanya
Bakat besar Matheos Berhitu, misalnya, lahir di sana. Lintasan lari Lapangan Merdeka itu menjadi saksi dia berlatih. Matheos berlari setiap malam untuk mempersiapkan diri mengikuti berbagai kejuaraan termasuk lari Ultra Lintas Sumbawa sejauh 320 kilometer pada 2016 lalu. Diterangi cahaya lampu lapangan itu, malam dipilih karena dia harus mengemudikan angkutan kota di siang hari.
Hasilnya sepadan. Matheos jadi juara. Dalam ajang itu, dia mencatatkan waktu 71 jam dan 17 menit atau lebih cepat dari batas waktu yang ditentukan, yakni 72 jam. Selain kompetisi yang digelar Harian Kompas itu, Matheos juga kerap mengikuti kompetisi lari di berbagai ajang dan berhasil jadi juaranya.
Lapangan yang berada di jantung Kota Ambon itu menjadi pilihan banyak atlet berlatih, tak hanya Matheos. Ada lintasan tanah bagi pelari dan rumput hijau bagi penggemar sepak bola. Tak terkira berapa banyak pelari dan pemain sepak bola asal Maluku yang dibentuk di Lapangan Merdeka dengan ukuran keliling sekitar 200 meter itu.
Tidak hanya itu, lapangan itu juga menjadi saksi pertemuan informal komunitas yang pernah bertikai kala konflik sosial bernuansa agama meluluhlantakan Ambon. Ketegangan perlahan reda oleh senyum saat mereka berpapas ketika lari atau jalan pagi. Perkenalan anak-anak yang terpisah tempat tinggal pun dimulai dari bermain bola bersama di rumput itu. Semua melebur tanpa kenal perbedaan.
Anos Yeremias, anggota DPRD Provinsi Maluku dari Fraksi Partai Golkar mengatakan, bakal segera memanggil Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku untuk menjelaskan kegunaan proyek tersebut. Baginya, kawasan itu harus dipertahankan dan ditata, bukan kemudian mengganti tanah dan rumput menjadi beton. Saat ini, luas daratan Kota Ambon mencapai 35.940 hektar. Namun, luas ruang terbuka hijau-nya tidak lebih dari 10 hektar.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Ismail Usemahu mengatakan, proyek tersebut bertujuan untuk menata lebih baik Lapangan Merdeka. "Sekarang ini, kalau mau buat acara, susah buat panggung di lapangan. Lapangannya tidak rata dan becek kalau hujan, " katanya.
Dengan paving block, katanya, kondisi lapangan menjadi lebih rata sehingga dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seperti upacara bendera. Untuk kegiatan sepak bola, ia menyarankan, bisa menggunakan Stadion Mandala Karang Panjang Ambon.
Pegiat sejarah di Maluku Rudi Fofid menuturkan, hal itu bukan terjadi kali ini saja. Tahun 1994, hal itu nyaris terjadi. Wali Kota Ambon Christ Tanasale berencana memasang paving block di Lapangan Merdeka. Namun, rencana itu tidak jadi dilaksanakan. Masyarakat keberatan dengan rencana itu.
"Rencana itu batal walau paving block sudah ditaruh keliling lapangan," kata Rudi yang sempat menuliskan kritiknya di media massa kala itu.
Akan tetapi, proyek tersebut kini tetap dilaksanakan. Rumput hijau terlanjur berganti paving block, meski jagad media sosial riuh rendah dengan kebijakan ini. Tuntutan lahan hijau pengganti kini muncul dan menunggu jawaban pemerintah setempat.