DIONISIUS REYNALDO / SYAHNAN RANGKUTI / EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS - Kebakaran lahan gambut di Kalimantan Tengah mulai mendekati permukiman penduduk. Warga bersama tim pemadam berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya. Selama Juli, tercatat 126 kali kebakaran di lahan seluas 379,3 hektar.
Kebakaran lahan gambut terpantau di Jalan Mahir-Mahar 7, sekitar 500 meter dari jalan lintas luar Kota Palangkaraya, Kamis (18/7/2019). Kebakaran yang terjadi sejak Rabu (17/7) malam itu membakar sekitar 5 hektar lahan gambut.
Kevin (37), salah satu pemilik lahan yang terbakar, menyatakan telah mencoba memadamkan api dari kebun tetangga dan menjaga agar api tidak menjalar ke kebun miliknya. Namun, api kian membesar dan kebunnya ikut terbakar. ”Asal api dari kebun tetangga yang tidak dijaga. Yang punya juga tidak tinggal di sini. Saya juga belum pernah melihat,” kata Kevin.
Adapun lokasi lahan yang terbakar hanya berjarak 800 meter dari permukiman warga. Sekitar pukul 18.00 petugas dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK), Manggala Agni, dan aparat keamanan datang memadamkan api.
Dalam sebulan terakhir sedikitnya terjadi enam kali kebakaran di Kota Palangkaraya. Regu pemadam dibagi untuk mengendalikan api. Satu regu berisi 8 hingga 10 orang. Tak jarang tim serbu api memadamkan kebakaran dengan memukul-mukul api menggunakan dahan atau sapu karet hingga regu dengan pompa air datang.
Di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, kebakaran masih terus terjadi dalam dua pekan terakhir. Asapnya mengganggu pengguna jalan di sekitarnya. Kebakaran di lahan gambut dalam itu pernah padam, tetapi kembali menyala.
Wilayah yang terbakar antara Desa Taruna dan Desa Tumbang Nusa itu merupakan wilayah rawa gambut dan selalu basah setiap tahun. Namun, kali ini kemarau kering membuat rawa gambut itu jauh lebih kering daripada tahun-tahun sebelumnya.
Titik panas bertambah
Titik panas di Kalimantan Barat dalam beberapa hari terakhir terus bertambah. Bahkan, berdasarkan pantauan melalui citra satelit dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), kemarin, terpantau ada 90 titik panas di Kalbar. Titik panas itu tersebar di Kabupaten Sambas (13 titik), Mempawah (9), Ketapang (2), Sintang (3), dan Kapuas Hulu (16). Selain itu, terdapat pula di Bengkayang (16), Landak (19), Melawi (2), dan Kubu Raya (10).
Akibatnya, kabut asap tipis menyelimuti Kota Pontianak dan sekitarnya, terutama malam hingga menjelang siang. Sejauh ini jarak pandang masih normal. Sementara kualitas udara berdasarkan data indeks standar pencemaran udara (ISPU), kemarin, masih berkisar kategori baik hingga sedang.
Secara terpisah, Deputi IV Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Carlos B Tewu saat memimpin Rapat Koordinasi Evaluasi dan Antisipasi Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan Semester I-2019 di Pekanbaru, Riau, mengatakan, potensi kebakaran masih tinggi karena musim kemarau tahun ini lebih kering ketimbang tahun lalu.
”Kami meminta daerah yang sudah mampu mencegah dan mengatasi kebakaran pada semester pertama ini agar mempertahankan kondisinya. Jangan sampai kita kembali mengalami bencana asap. Kalau ada daerah yang merasa perlu meningkatkan status siaga darurat silakan dilakukan segera,” kata Carlos.