Ditjen Kebudayaan Kemdikbud menggelar Kemah Budaya Kaum Muda pada 21-25 Juli 2019 di Bumi Perkemahan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan itu bertujuan menghimpun kaum muda untuk menjawab tantangan pemajuan kebudayaan.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Kemah Budaya Kaum Muda pada 21-25 Juli 2019 di Bumi Perkemahan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan itu bertujuan menghimpun kaum muda untuk menjawab tantangan pemajuan kebudayaan.
Salah satu gagasan yang mengemuka dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 adalah mengangkat kekayaan budaya Indonesia memakai berbagai macam platform kekinian. Gagasan itu lalu diwujudkan dengan melibatkan kaum muda melalui penyelenggaraan Kemah Budaya Kaum Muda bertema ”Kaum Muda Bergerak Majukan Kebudayaan”.
”Kegiatan itu diharapkan menjadi ruang inkubator yang mendorong lahirnya berbagai prototipe dan inisiatif sosial dalam rangka pemajuan kebudayaan di sejumlah daerah,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Sri Hartini, Jumat (19/7/2019), di Jakarta.
Kegiatan itu diharapkan menjadi ruang inkubator yang mendorong lahirnya berbagai prototipe dan inisiatif sosial dalam rangka pemajuan kebudayaan di sejumlah daerah.
Kemah budaya itu merupakan platform kerja budaya yang menghimpun kaum muda berusia 18-28 tahun untuk menjawab berbagai tantangan pemajuan kebudayaan dengan memanfaatkan kekayaan wawasan di bidang STEAM (science, technology, engineering, arts, and mathematics) dan Revolusi Industri 4.0. Setelah melalui proses seleksi ketat, akhirnya terpilih 133 kelompok dan proposal yang terdiri atas 561 anak-anak muda berusia 18-28 tahun.
Tahap pertama Kemah Budaya Kaum Muda dimulai dengan prakemah pada April sampai 20 Juli 2019 berupa pendaftaran peserta dan menyeleksi 133 kelompok. Setiap peserta mendaftar dalam kelompok yang terdiri atas 3-5 orang. Fasilitator menajamkan inisiatif kelompok-kelompok itu menjadi bentuk proposal.
Tahap berikutnya adalah kemah pada 21-25 Juli 2019. Di sini proses penjurian akan dilakukan dari 133 kelompok menjadi 12 kelompok dengan inisiatif terbaik. Memasuki tahap ketiga, yaitu pascakemah pada 26 Juli-1 Desember, Direktorat Jenderal Kebudayaan akan menggulirkan dana fasilitasi bagi 12 kelompok terpilih.
Membuat prototipe
Dengan dibantu fasilitator, setiap kelompok akan mewujudkan rencananya dalam bentuk prototipe atau purwarupa beserta cara aktivasinya. Adapun empat kategori yang diharapkan muncul dari kelompok-kelompok anak muda itu meliputi purwarupa/prototipe aplikasi, purwarupa fisik, aktivasi kegiatan, dan aktivasi kajian.
Dalam kategori purwarupa aplikasi, nantinya aplikasi yang bisa diciptakan antara lain aplikasi pemanfaatan sarana dan prasarana budaya yang kurang terpakai serta aplikasi pelaporan terhadap ancaman dan tindakan persekusi atas kegiatan budaya. Sementara contoh purwarupa fisik, salah satunya penciptaan alat pemindaian manuskrip kuno.
Adapun aktivasi kegiatan bisa dilakukan dengan membentuk festival-festival. Untuk kategori aktivasi kajian, kelompok bisa merancang bentuk kajian tertentu terkait kebudayaan. ”Sebanyak 12 kelompok yang terpilih diharapkan memiliki inisiatif terbaik dalam menjawab tantangan pemajuan kebudayaan dengan perspektif STEAM,” ujarnya.
”Kelompok terpilih juga akan mempresentasikan hasil kerjanya dalam Pekan Kebudayaan Nasional pada Oktober 2019,” kata Darmawati, Kepala Subbagian Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan.