PT Permodalan Nasional Madani menyinergikan nasabah program unggulannya untuk membangun jejaring usaha sehingga memperkuat ketahanan ekonomi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
LIMAPULUH KOTA, KOMPAS — PT Permodalan Nasional Madani menyinergikan nasabah program unggulannya untuk membangun jejaring usaha sehingga memperkuat ketahanan ekonomi. Sinergi dilakukan pada nasabah perempuan yang tergabung dalam program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera atau Mekaar dengan nasabah usaha kecil-mikro dalam Unit Layanan Modal Mikro atau ULaMM.
”Jejaring usaha di tingkat bawah menguatkan ketahanan ekonomi. Meskipun krisis ekonomi melanda Indonesia, masyarakat tidak akan terseret karena dasar pelaku usaha ultramikro, mikro, dan kecil kuat,” kata Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi, Kamis (18/7/2019) petang.
Mekaar merupakan program PT PNM yang memberikan layanan pinjaman bagi perempuan prasejahtera yang tidak memiliki modal dan akses pembiayaan perbankan untuk membuka usaha dan mengembangkan usaha (Kompas, 21/3/2017). Plafon pembiayaannya Rp 2 juta hingga Rp 5 juta. Jumlah nasabah hingga 17 Juli 2019 mencapai 4.833 juta nasabah.
Sementara itu, program ULaMM merupakan layanan pinjaman modal untuk usaha mikro dan kecil dengan pembiayaan bagi perorangan ataupun badan usaha. Plafon pembiayaannya maksimal Rp 200 juta. Jumlah nasabah ULaMM hingga 17 Juli 2019 mencapai 71.000 pelaku usaha mikro dan kecil.
Dalam kedua program tersebut, kata Arief, PNM tidak hanya memberikan pembiayaan permodalan, tetapi juga modal inventual dengan dukungan pelatihan, pendampingan, informasi, akses, dan sebagainya. Selain itu, PNM juga membangkitkan modal sosial, bagaimana nasabah berjejaring dan membangun sinergi usaha di antara mereka.
Arief menyebutkan, sinergi antara nasabah Mekaar dan ULaMM dimulai sejak semester kedua tahun 2018. Sejalan dengan semakin terpetakannya potensi sinergi yang dapat dibentuk, sinergi itu terus ditingkatkan. ”Di Sumatera Barat, misalnya, nasabah ULaMM yang bergerak di bidang oleh-oleh bersinergi dengan nasabah Mekaar,” ujarnya.
Menurut Arief, dalam sinergi tersebut, nasabah ULaMM menyerap produk dari nasabah Mekaar. Dengan demikian, nasabah Mekaar tidak akan kesulitan dalam pemasaran produk secara luas, sedangkan nasabah ULaMM bisa mendapatkan pasokan.
Agar produk yang dihasilkan memenuhi standar pasar, nasabah ULaMM juga mendampingi dan mendidik para nasabah Mekaar. Akhirnya, terjadi transfer ilmu pengetahuan dan sinergi usaha antara kedua kategori nasabah itu.
Kluster jamur tiram
Salah satu contoh sinergi antara nasabah Mekaar dan ULaMM yang dibangun PNM adalah kluster jamur tiram di Kecamatan Akabiluru, Limapuluh Kota. Kluster jamur tiram yang beranggotakan 15 keluarga itu mulai membudidayakan jamur tiram di rumah masing-masing sejak Februari 2019. Mereka mendapatkan pelatihan budidaya jamur dari PNM.
Westi Gusman (37) dan suaminya, Yuharmonis (43), misalnya, sudah bisa memanen 7 kilogram jamur per hari dari 2.000 baglog. Sebanyak 60 persen jamur dipasok kepada nasabah ULaMM, sisanya dijual ke pasar umum. Dari 7 kilogram jamur, Westi rata-rata mendapatkan omzet Rp 150.000 per hari atau pendapatan bersih Rp 100.000 per hari.
”Penghasilan itu bisa mencukupi biaya hidup keluarga sehari-hari dan biaya sekolah dua anak kami. Anak sulung sudah SMA dan adiknya masih SD,” kata Westi yang merupakan nasabah program Mekaar.
Yuharmonis menambahkan, tahun ini merupakan siklus kedua istrinya mendapat pinjaman permodalan dari PNM. Nilainya Rp 2,5 juta dengan angsuran Rp 62.000 per minggu sebanyak 50 kali. Sebelumnya, mereka menjadikan pinjaman dari PNM sebagai modal usaha konfeksi, tetapi belum sesukses jamur tiram.
Yuharmonis berharap usaha yang mereka geluti itu terus berkembang. Hingga akhir 2019, ia menargetkan jumlah jamur yang dibudidayakannya mencapai 10.000 baglog sehingga penghasilan bersih bisa mencapai Rp 500.000 per hari.
Rosdiana (45), nasabah ULaMM di Kecamatan Guguak, Limapuluh Kota, yang biasanya memproduksi roti (juga dari permodalan ULaMM), mulai mengembangkan produk lain berbahan dasar jamur tiram sejak Juni 2019. Dalam seminggu, Rosdiana sudah bisa memproduksi 70 kilogram keripik jamur yang dipasok oleh anggota kluster jamur tersebut.
”Keripik jamur saya kenalkan kepada pelanggan roti. Karena baru, omzetnya sekitar Rp 25 juta sebulan. Namun, perkembangannya cukup menjanjikan,” katanya.