Serangan Jantung pada Perempuan
Saya seorang manajer penjualan baju bermerek. Penghasilan saya lumayan, tetapi waktu kerja saya panjang dan harus banyak mengadakan perjalanan. Agak berat juga bagi saya untuk meninggalkan suami dan dua anak remaja yang masih sekolah di SMU. Umur saya kini 48 tahun dan saya sudah mengalami menopause.
Berat badan saya berlebih meski saya sudah berusaha keras menurunkannya. Satu lagi kebiasaan saya yang tidak sehat, merokok. Saya menghabiskan sedikitnya 10 batang rokok sehari.
Sewaktu mengunjungi sebuah pertokoan di Jakarta, saya tiba-tiba lemas dan berkeringat. Saya merasa agak sesak dan meminta teman sekerja saya agar diantar ke rumah sakit terdekat. Saya diperiksa di ruang gawat darurat. Selain pemeriksaan jasmani, juga dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, laboratorium, dan rekam jantung.
Hasilnya agak mengejutkan saya. Tekanan darah saya tinggi 175/100. Kadar lipid abnormal serta rekaman jantung saya mencurigakan, menunjukkan adanya serangan jantung atau infark jantung akut. Dokter meminta agar saya dirawat dan mendapat obat segera untuk memperbaiki aliran darah di pembuluh darah koroner saya. Saya dirawat selama seminggu kemudian diizinkan berobat jalan.
Saya mendapat banyak nasihat, antara lain berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengatur makanan, dan bekerja secara lebih santai. Untunglah perusahaan saya bijaksana, saya dipindahkan ke kantor yang lebih banyak mengelola administrasi.
Suami saya semula tak percaya bahwa perempuan dapat terkena serangan jantung. Apalagi serangan jantung yang saya alami gejalanya tidak seperti biasa. Saya tidak mengalami nyeri dada hebat. Memang saya punya banyak faktor yang berisiko untuk terjadinya serangan jantung, seperti usia, perokok, berat badan berlebih, kadar lipid tinggi, serta kurang olahraga.
Sekarang saya merasa mendapat kesempatan kedua untuk kehidupan saya. Saya bertekad mengamalkan hidup sehat dan lebih banyak bercengkerama dengan suami dan anak-anak. Selama ini saya merasa aman dari serangan jantung karena sepengetahuan saya yang biasa mengalami serangan jantung adalah laki-laki. Mohon penjelasan Dokter mengenai risiko serangan jantung akut pada perempuan. Terima kasih.
P di J
Serangan jantung memang lebih sering terjadi pada laki-laki. Namun, perempuan juga dapat terkena serangan jantung. Bahkan, menurut statistik, penyebab kematian perempuan karena penyakit jantung lebih tinggi daripada kanker. Karena itulah, perempuan juga harus peduli pada kesehatan jantung.
Memang gejala serangan jantung pada perempuan tidak serupa dengan serangan jantung pada laki-laki. Biasanya gejala yang sering dialami perempuan adalah rasa tertekan di dada, rasa lemas, dan berkeringat banyak.
Serangan tidak selalu terjadi ketika aktivitas fisik sedang meningkat, serangan jantung pada perempuan dapat terjadi pada waktu istirahat atau pada waktu tidur. Keadaan emosi dapat merupakan faktor pencetus.
Faktor risiko
Faktor risiko, seperti usia, tekanan darah tinggi, obesitas, dan kolesterol, merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, baik pada laki-laki maupun perempuan. Ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan pada perempuan. Perempuan yang menyandang diabetes lebih berisiko mengalami penyakit jantung koroner daripada laki-laki.
Keadaan mental, seperti stres, juga merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada perempuan. Merokok pada perempuan juga lebih meningkatkan risiko penyakit jantung koroner daripada laki-laki. Kadar estrogen yang rendah setelah menopause merupakan faktor risiko yang berarti untuk gangguan pembuluh darah kecil koroner (coronary microvascular disease).
Diabetes atau tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat meningkatkan risiko jangka panjang hipertensi dan penyakit jantung pada ibu. Peradangan (inflamasi) yang berkepanjangan, seperti pada reumatoid artritis dan lupus, juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung pada perempuan.
Pencegahan
Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner pada perempuan, perlu dilakukan perubahan gaya hidup, seperti makan makanan yang sehat dan bergizi. Konsumsi banyak buah dan sayur serta kurangi garam, gula, dan lemak.
Berat badan harus dijaga agar berada dalam rentang berat badan normal. Untuk menilai kesesuaian berat badan, dapat digunakan body mass index (BMI) yang merupakan perhitungan dari berat badan dan tinggi badan. Jika BMI lebih daripada 25, ada risiko penyakit jantung koroner.
Dapat juga digunakan ukuran lingkar pinggang. Perempuan dinyatakan kegemukan apabila lingkar pinggangnya melebihi 35 inci (sekitar 89 cm). Penurunan berat badan dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan diabetes meilitus.
Perlu olahraga teratur dalam waktu yang cukup. Dianjurkan melakukan olahraga selama 300 menit seminggu untuk olahraga aerobik sedang atau 150 menit untuk olahraga aerobik berat. Jadi olahraga sekitar 60 menit sehari jika 5 hari dalam seminggu.
Jika tak punya waktu 60 menit sehari, waktu berolahraga dapat dipecah menjadi beberapa sesi. Selain olahraga jalan kaki, juga dapat dilakukan olahraga bersepeda atau berenang. Untuk naik ke gedung tiga tingkat dapat digunakan tangga sebagai pengganti lift. Penyakit penyerta, seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, dan dislipidemia, perlu dikendalikan dengan baik.
Pengobatan
Terapi penyakit jantung koroner pada perempuan dan laki-laki hampir sama. Pengobatan dapat meliputi obat jantung yang perlu diminum setiap hari. Sering kali juga diperlukan aspirin dan obat untuk pengencer darah. Jika diperlukan, akan dilakukan pemasangan cincin. Dokter juga dapat menganjurkan operasi lintas jantung (bypass).
Pada umumnya penyakit jantung koroner pada perempuan sering disebabkan kelainan pembuluh darah kecil sehingga terapi yang sering digunakan adalah perubahan gaya hidup dan terapi obat.
Saya senang karena Anda telah mendapat pekerjaan yang lebih tenang serta telah mulai mengamalkan gaya hidup sehat. Semoga pengalaman Anda menjadi peringatan bahwa perempuan juga dapat terkena serangan jantung sehingga harus peduli pada kesehatan jantung mereka. Apalagi mereka dengan riwayat keluarga yang punya penyakit jantung agar lebih waspada dan memeriksakan jantung secara teratur.
Selain itu, tak jemu-jemunya kita mengajak masyarakat agar menerapkan gaya hidup sehat, yaitu berhenti merokok, berhenti minum alkohol, berolahraga, serta menjalani kehidupan ini dengan lebih santai. Faktor-faktor risiko penyakit jantung perlu dipahami dan dihindari.
Janganlah terlalu asyik dengan pekerjaan, sehingga Anda melupakan gaya hidup sehat. Saya berharap Anda sekeluarga akan menikmati kehidupan yang bahagia dan selalu dalam keadaan sehat.