Jejaring Ratusan Desa Dirintis dalam Gelar Desa Wisata Jawa Tengah
Jejaring antarpegiat desa wisata, termasuk di Jawa Tengah, penting dibangun agar ada proses bertukar pikiran dan saling mendukung satu sama lain. Hal-hal baik dapat direplikasi sehingga pengelolaan desa wisata yang baik dan profesional akan terwujud.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Jejaring antarpegiat desa wisata, termasuk di Jawa Tengah, penting dibangun agar ada proses tukar pikiran dan saling mendukung. Hal-hal baik dapat direplikasi sehingga pengelolaan desa wisata yang baik dan profesional akan terwujud.
Saat ini di seluruh Jateng ada 229 desa wisata. Melalui jejaring yang dibangun, kreasi dan inovasi satu daerah dapat ditiru secara positif. ”Terutama dalam hal pengelolaan dan pelayanan,” kata Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng Sinoeng N Rachmadi di sela-sela Gelar Desa Wisata Jateng 2019 di Lapangan Garnisun, Kota Semarang, Sabtu (20/7/2019).
Dengan berkumpul, diharapkan akan ada jejaring dibangun. Para pegiat desa wisata diminta tidak malu untuk mengamati, meniru, dan memodifikasi. Jadi, pengembangannya disesuaikan dengan kemampuan.
Gelar Desa Wisata Jateng 2019 yang diikuti 31 kabupaten/kota di Jateng (empat tidak hadir) menjadi wadah memantapkan jejaring itu. Sejumlah desa wisata yang masih dalam tahap berkembang diharapkan semakin matang dalam mengembangkan daerahnya.
Tak kalah penting, lanjut Sinoeng, pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga perlu terus digalakkan. ”Kami dorong agar ada kolaborasi dalam kepariwisataan, termasuk terkait SDM. Di Gelar Desa Wisata Jateng juga ada sarasehan dengan melibatkan akademisi,” katanya.
Lebih lanjut, Sinoeng mengatakan, Gelar Desa Wisata Jateng menjadi panggung bagi para pegiat desa wisata untuk terus berkreasi dan berinovasi. Diharapkan juga melibatkan ibu-ibu serta anak muda guna mengangkat potensi lokal yang selama ini belum terekspose.
Tingkatkan daya tarik
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, kreativitas masyarakat dalam mengembangkan desa wisata dapat melalui sajian kuliner. Hal-hal pendukung ini penting guna menghadirkan pelayanan optimal kepada pengunjung. Dengan demikian, daya tarik akan semakin kuat.
Ia mencontohkan, kuliner di tempat wisata jangan hanya terpaku pada sajian mi instan dan minuman sachet. ”Bisa singkong, yang bukan sekadar digoreng atau direbus, tetapi diberi keju, misalnya. Inovasi seperti ini penting, di samping juga adanya atraksi menarik,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, pemeriksaan akan sarana yang disediakan bagi para wisatawan penting untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung. Misalnya, gardu pandang di atas bukit yang dibangun dengan bambu. Harus dipastikan kondisinya baik sehingga tidak membahayakan.
Tri Wartino, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mutiara Sindoro, Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, mengatakan, komoditas lokal harus diangkat sebagai daya tarik. ”Di Reco, misalnya, kami mengembangkan brand kopi anggrung, arabika java sindoro,” ujarnya.
Sementara itu, Sunarno, Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sendang Pinilih, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, mengatakan, kerja sama dengan pihak lain perlu untuk meningkatkan atraksi. Di Sendang, ada sejumlah daya tarik, seperti paralayang dan sepeda turun bukit (downhill).