Laut Ku tak Biru Lagi
“Laut ku yang biru tak biru lagi, sungai ku yang jenis tak jernih lagi, alam ku yang bagus tak bagus lagi, alam ku yang perawan tak perawan lagi ...alam ku tak bagus lagi”
Lantunan lirik dari vokalis grup band Slank Kaka dengan iringan gitaris Ridho di Lapangan Aspirasi Monumen Nasional menjadi suara kegelisahan atas kondisi lingkungan yang semakin parah karena sampah plastik.
Dari lirik lagu dan orasi singkatnya, Kaka mengajak masyarakat Jakarta dan Indonesia khususnya untuk bijak dan bergerak dalam aksi nyata di pawai bebas plastik, Minggu (21/7/2019). Pawai yang diadakan di Jakarta tersebut menjadi kampanye terbesar di Indonesia untuk menolak plastik sekali pakai.
“Navicula datang dari Bali mengampanyekan dan menolak plastik sekali pakai. Jakarta kapan? Di sini bersama, kita dorong pemerintah DKI seperti pemerintah di Bali yang sudah tegas untuk membuat aturan terkait plastik,” kata Kaka.
Gitaris dan vokalis Navikula Robi menuturkan, pada 23 Juni, Bali resmi mengeluarkan Peraturan Gubernur skala daerah untuk pelarangan penimbunan sampah plastik dan tas kresek, dan sedotan plastik, dan jenis plastik lainnya. Peraturan tersebut jadi perayaan untuk masyarakat Bali dan berusaha untuk mengimplementasikannya.
“Jika Bali bisa sebagai provinsi pertama, provinsi lain juga bisa, termasuk Jakarta. Teman-teman di Jakarta memang sudah lama mengawali isu sampah plastik, mengambil inisiatif, dan membawa isu ini harus jadi isu nasional. Kami (Navicula) mendukung gerakan teman-teman disini dan ikut mendukung agar pemerintah DKI juga segera mengeluarkan peraturan terkait pembatasan plastik sekali pakai,” ujarnya.
Robi berharap, target nasional tahu 2025 terkait pengurangan sampah plastik sebanyak 70 persen di laut tidak hanya sebatas wacana atau jargon semata. Terhitung dari enam tahun ke depan, adalah waktu yang singkat apalagi jika tidak ada sebuah gerakan nyata dari individu dan pemerintah.
Oleh karena itu, kata Robi, semua lapisan masyarakat harus gencar dari sekarang. isu Mikroplatsik bukan lagi sebuah isu, pecahan plastik itu sudah tersebar di alam luas.
“Saya membuktikan, bahwa dalam tubuh saya positif mengandung mikroplastik. Ini soal hati nurani, baik atau jahat. Kita pilihan menjadi orang baik atau orang jahat. Kalau kita orang baik berarti peduli pada masa depan anak cuci kita dan alam,” tutur Robi.
Laut ku tak lagi biru…
Sepenggal lirik dari Kaka adalah sebuah pengalaman nyata saat ia melihat sendiri kondisi laut di peraian Indonesia yang penuh dengan sampah plastik.
“Sampah laut 70 persen berasal dari darat. Jika di laut darurat berarti di darat sekarat. Kita gak mau lagi bermain wacana terhadap bahaya sampah plastik. Kalau loe masih nyampah, sampah itu akan balik lagi ke diri loe like a monster,” ujar Kaka.
Monster yang dimaksud Kaka adalah instalasi angel fish yang terbuat dari sampah plastik untuk mengambarkan kondisi dalam laut di Indonesia yang sudah tercemar. Angel fish itu menjadi simbol monster sampah plastik yang diarak sejauh 2,5 Kilometer dari Bundaran Hotel Indonesia menuju panggung aspirasi di Monumen Nasional, tidak jauh dari Istana Negara.
Monster sampah plastik itu merupakan sampah dari manusia yang dipungut dari pantai Jika diisi penuh rongganya bisa menampung 500 kilogram sampah plastik. 2250 monster sampah akan tercipta jika sampah plastik di Jakarta terkumpul per hari.
Sementara itu, Ridho menuturkan, “Kita tak bisa menutup mata atas kondisi lingkungan yang semakin parah saat ini. Perubahan terkecil dari kita sangat berarti untuk masa depan kita sendiri, masa depan lingkungan kita. Ayo, jangan menggunakan plastik sekali pakai.”
Langkah Pemerintah Jakarta
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengajak warga Ibu Kota untuk mengurangi pengggunaan plastik sekali pakai.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih mengatakan, sampah warga Jakarta mencapai 7.500 ton yang masuk ke TPST Bantargebang per hari, sebanyak 14 persennya atau lebih dari 1.000 ton merupakan sampah plastik yang didominasi oleh plastik sekali pakai.
“Jenis kantong belanja plastik saja, setiap harinya sebanyak 650-800 ribu lembar yang masuk ke TPST Bantargebang,” ujar Andono.
Gerakan perubahan gaya hidup warga untuk menggurangi penggunaan plastik sekali pakai menjadi strategi yang efektif dalam pengurangan sampah plastik. Andono mengatakan, saat ini telah banyak tersedia alternatif produk di pasaran yang lebih ramah lingkungan dan dapat menjadi substitusi penggunaan plastik sekali pakai.
Tas lipat dan keranjang belanja sebagai ganti kantong plastik, kotak makan sebagai ganti styrofoam, tumbler sebagai ganti membeli air kemasan plastik, dan sedotan bambu atau stainless steel sebagai ganti sedotan plastik, saat ini sudah marak dijual dimana-mana.
"Kami mendorong gerakan masyarakat untuk bersama bergaya hidup mengurangi sampah plastik,” katanya.
Selain itu, kata Andono, Pemerintahan DKI Jakarta juga sedang menyusun regulasi mengenai pengurangan sampah plastik. Peraturan yang sedang disusun bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat konsumen menjadi perilaku yang lebih ramah lingkungan.
Oleh karena itu, pengaturan sanksi di dalamnya merupakan unsur komplementer dalam mempercepat terwujudnya perubahan perilaku konsumen menjadi lebih ramah lingkungan.
"Instrumen hukum kami tempatkan sebagai alat perubahan adab dan budaya masyarakat, social engineering,” lanjutnya.
Pesan dalam mengampanyekan pengunaan plastik sekali pakai, kata Andoni, di antaranya adalah produsen dan pelaku usaha agar bertanggungjawab atas sampah yang dihasilkannya dengan cara berinovasi dalam merancang kemasan yang lebih mudah didaurulang dan membangun sistem pengiriman produk yang tidak mengandalkan pengunaan plastik sekali pakai.
Dalam kesempatan kampanye tersebut, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta juga ikut melakukan sosialisasi dan survei kepada para pedagang kaki lima mengenai persepsi pengurangan penggunaan kantong belanja plastik.
"Datanya akan kami gunakan untuk merumuskan strategi dan kebijakan pengurangan sampah plastik di Jakarta," katanya.