Tarian Kehidupan Heera
Heera SKV (40) sempat bergelut dengan frustrasi dan kegelisahan. Ia berupaya menaklukkan ketidakpercayaan diri hingga sukses mengepakkan sayap bisnis. Tak berhenti di situ, ia menggandeng para perempuan dan berusaha turut memberdayakan mereka.
Heera tergesa-gesa memasuki toko Bursa Sajadah di Jalan Dr Saharjo, Jakarta, Rabu (17/7/2019). Ia menyapa beberapa karyawan, lalu turut menyiapkan pesanan konsumennya. ”Tolong hitung, semua 150 sajadah, ya. Orangnya mau ambil sekarang,” ujarnya.
Penampilan Chief Executive Officer Bursa Sajadah ini tampak serasi dengan selendang dan batik bermotif bunga, gelang batu, serta kulot hitam. Di tengah kesibukannya, ia bertemu mitra bisnis sebelum singgah ke toko siang itu. Sore harinya, Heera sudah mengarungi kemacetan untuk meninjau toko lain di Bogor, Jawa Barat.
Bursa Sajadah menjual berbagai perlengkapan haji dan umrah. Heera meneruskan tongkat estafet bisnis itu dari ayahnya, Syahir Karim Vasandani, sejak tahun 2009.
Saat itu, toko Bursa Sajadah hanya ada di lima lokasi. Kini, jumlah itu meningkat pesat jadi 13 toko yang berada antara lain di Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. Jumlah pegawai pun meningkat dari sekitar 100 orang satu dekade, lalu menjadi 350 orang saat ini.
Heera sempat bekerja sebagai administrator akuntansi, konsultan pajak, dan akuntan di Australia. Profesi itu dianggapnya mentereng. ”Cita-cita saya memang kepengin jadi profesional. Kalau orangtua saya pedagang. Kelihatannya enggak keren nyiapin barang-barang (dagangan) di rumah,” ujarnya.
Heera sudah berada di zona nyaman saat bekerja di Australia. Ketika kemudian diminta kembali ke Tanah Air untuk meneruskan bisnis keluarga, perempuan berdarah India itu mengalami gegar budaya.
Sejak tiba di Indonesia hingga dua tahun selanjutnya, Heera melewati masa yang paling sulit. Ia kesal, bingung, bahkan depresi. ”Waktu itu, saya lagi nangis-nangis-nya. Saya belajar terus hingga lebih fleksibel, berani, dan terbuka,” ujarnya.
Heera pun harus mengurus segalanya, mulai pemasaran, keuangan, suplai, toko, pemilihan produk, pembayaran, hingga pajak. ”Sakit kepala banget karena harus mengubah pola pikir. Kalau profesional hanya menguasai satu bidang. Butuh adaptasi, tapi yang paling sulit menangani etos kerja,” ujarnya.
Setelah lulus sekolah menengah atas, Heera tinggal di Australia selama 12 tahun. Ia menghadapi kultur kerja dan masyarakat yang berbeda di Indonesia. ”Saya juga sebenarnya minderan. Enggak percaya diri harus menghadapi tim yang sudah senior dan kebanyakan laki-laki,” ujarnya.
Meneruskan takhta bisnis tak dijalani Heera dengan mulus. Sangat tak mudah bagi sulung dari dua bersaudara itu karena ide-idenya kerap tidak sejalan. ”Papa dan saya banyak konflik. Semua yang saya lakukan seperti enggak berguna,” ujarnya.
Suatu kali, ayahnya mempertanyakan keputusan Heera membuka divisi daring. Belakangan, divisi tersebut ternyata sangat bermanfaat. Pasar ekspor pun kemudian dirambah ke Bangladesh, Pakistan, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Mereka akhirnya mencoba berkompromi.
”Saya konsultasi dengan teman-teman yang ikut berbisnis. Setelah diurai, ternyata saya, Papa, bahkan tim (pegawai) tumplek di operasional,” katanya. Bidang-bidang seperti pemasaran, promosi, dan penguatan merek tak tertangani. Heera lalu fokus pada bagian-bagian itu.
”Papa dan saya kemudian bisa berjalan beriringan. Saya itu pemimpi dan Papa berperan sebagai pengingat yang menjelaskan konsekuensi-konsekuensinya,” katanya. Tahun 2018 menjadi masa yang sangat membahagiakan Heera. Ia menyabet segudang penghargaan.
Pemberdayaan
Setidaknya, delapan pengakuan diperoleh Heera, seperti Inspiring Woman Award Winner dari World Achievement Association, Best Achiever in Women Entrepreneurs dari Women’s Obsession Awards, dan Kartini Award dari Forum Komunikasi Wartawan Indonesia. Tambahan lagi, Heera juga termasuk dalam 99 Perempuan Indonesia yang Menginspirasi tahun 2019 versi majalah Globe Asia Signature.
Ia juga jadi pembicara pada konferensi mengenai kepemimpinan perempuan di Hawaii, Amerika Serikat, pada Mei 2018. ”Ada 16 partisipan dari 13 negara yang menghadiri konferensi itu. Saya satu-satunya dari Indonesia,” ujarnya sambil tersenyum.
Heera kembali memaparkan presentasinya pada Global Women Trade Summit di Ulan Bator, Mongolia, pada September 2018 dan Global Women Leader Forum di Busan, Korea Selatan, Desember lalu. Macam-macam topik ia kemukakan terkait upaya memanfaatkan pasar bagi perempuan pengusaha, kepemimpinan, dan kesetaraan jender.
Kesempatan untuk berbagi cara pandang di forum internasional itu didorong oleh kiprah Heera untuk ikut memberdayakan perempuan. Ini topik yang membuat Heera selalu bersemangat. Intonasi perempuan yang ekspresif itu semakin menguat saat mengutarakan perspektif tentang perempuan Indonesia.
”Di Indonesia tidak ada perbedaan jender. Perempuan bisa bekerja sebagai apa pun. Tinggal mereka punya motivasi atau tidak,” ucapnya. Ia mewujudkan pemberdayaan perempuan dalam bisnisnya. Heera mencanangkan program ”Perempuan Bisa” untuk para reseller Bursa Sajadah.
”Saya menggalang perempuan-perempuan untuk mendapatkan penghasilan. Mereka menjual produk dengan modal ponsel saja tanpa mengganggu aktivitasnya di rumah,” ujarnya. Selain para reseller, sekitar 70 persen dari pegawai Bursa Sajadah adalah perempuan, termasuk di jajaran manajerial.
Heera juga mengadakan pelatihan untuk perempuan di beberapa rumah tahanan dan para ibu yang terkena pemutusan hubungan kerja di Jakarta.
Sejak pertengahan Juli 2019, Heera dipercaya menjadi Presiden International Women’s Federation of Commerce and Industry (IWFCI) Indonesia. Perhimpunan ini mengadakan pelatihan usaha kecil menengah dan punya jaringan global perempuan untuk memasarkan produknya.
”Di Mongolia, saya bertemu pendiri IWFCI pusat. Saya diminta membuat IWFCI Indonesia untuk women empowerment (pemberdayaan perempuan),” ucapnya.
Dengan multiperan yang ia lakoni—sebagai ibu, pebisnis, pemimpin organisasi perempuan, dan motivator—Heera memainkan keluwesannya.
”Bagai menari dengan kehidupan. Turun-naik dan tantangan pasti ada. Saya mengalir saja. Dengan begitu, jauh lebih enak,” ujarnya disambung tawa renyah.
Heera SKV
Lahir: Bandung, Jawa Barat, 2 Januari 1979
Anak:
- Malika Akbar (15)
- Mirza Akbar (11)
Pendidikan:
- Sekolah Dasar Dian Kencana, Bandung, Jawa Barat
- Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Bandung, Jawa Barat
- Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat
- Bachelor of Commerce Finance and Information System Major Curtin University of Technology, Western Australia, Australia
- Master of Accounting Curtin University of Technology, Western Australia, Australia