Boris Johnson Diunggulkan
Partai Konservatif akan mengumumkan pemimpin baru pada Selasa (23/7/2019). Kandidat terpilih akan menggantikan Theresa May dan menjadi PM yang baru.
LONDON, SELASA Partai Konservatif Inggris akan mengumumkan pimpinan baru menggantikan PM Theresa May pada Selasa (23/7/2019) besok. Boris Johnson diunggulkan untuk menjadi perdana menteri Inggris berikutnya.
Sebanyak 160.000 anggota Partai Konservatif memberikan suaranya untuk memilih antara mantan Menlu Boris Johnson dan Menlu Jeremy Hunt sebagai pimpinan Konservatif. Voting sudah dimulai sejak 6 Juli lalu dan berakhir pada Minggu (21/7/2019). Para pengamat dan pasar taruhan di Inggris memperkirakan Johnson akan memenangi pertarungan ini.
Siapa yang terpilih menjadi PM Inggris akan menentukan apakah Inggris akan keluar dari Uni Eropa (UE) pada 31 Oktober dengan atau tanpa kesepakatan. Pimpinan Komisi Eropa mendatang, Ursula von der Leyen, telah menyatakan bahwa UE akan memberikan perpanjangan tenggat kepada Inggris seandainya ada alasan kuat yang mengharuskan itu.
Namun, Johnson menyebutkan, Inggris akan keluar dari UE pada 31 Oktober 2019 apa pun yang terjadi, dengan atau tanpa kesepakatan. Sikap itu bertentangan dengan mayoritas anggota parlemen yang menolak Inggris keluar dari UE tanpa kesepakatan, demikian juga dengan mayoritas rakyat Inggris.
Menurut rencana, PM yang baru mulai bekerja pada Rabu. PM Theresa May akan menuju ke Istana Buckingham dan menghadap Ratu Elizabeth II untuk meminta Ratu mengundang penggantinya guna membentuk pemerintahan. PM baru kemudian akan memberikan pidato di halaman Downing Street Nomor 10.
Sudah ditentang
PM yang baru akan langsung menghadapi tantangan keras dari kubu oposisi. Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn akan mempertimbangkan melakukan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Konservatif. Namun, PM baru akan ”diuntungkan” karena parlemen akan reses selama enam pekan mulai Jumat ini. Partai Buruh kemungkinan besar akan menunggu sampai September untuk melakukan gerakan itu.
Baik Johnson maupun Hunt menyebutkan akan segera memulai perundingan dengan UE begitu terpilih. Keduanya menyatakan akan mengubah Kesepakatan Brexit yang telah ditandatangani PM May dan UE pada November 2018 dan telah tiga kali ditolak Majelis Rendah Inggris.
Baik Johnson maupun Hunt mengatakan, untuk memperoleh dukungan dari parlemen, mereka berencana membuang soal kesepakatan backstop Irlandia Utara. Sementara Brussels juga menegaskan, tanpa backstop, tak akan ada kesepakatan.
Backstop perbatasan Irlandia Utara merupakan mekanisme yang disepakati kedua belah pihak. Intinya, jika Inggris keluar dari UE dengan atau tanpa kesepakatan, perbatasan antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia tetap bebas dari penjagaan militer. Barang dari kedua wilayah tetap bisa keluar masuk dengan bebas.
Klaim Johnson
Johnson berulang kali menyatakan pada publik, jika Inggris mempersiapkan diri dengan baik untuk keluar dari UE tanpa kesepakatan, Brexit tanpa kesepakatan tidak akan ”mahal”. Namun, para ahli menentang asumsi Johnson tersebut.
Kantor Anggaran pemerintah menyatakan pada pekan lalu, jika Brexit terjadi tanpa kesepakatan, perekonomian Inggris akan melemah sekitar 2 persen dalam setahun, kurs poundsterling juga akan melemah dan situasi ini akan membawa pada resesi berkepanjangan.
Jika tanpa kesepakatan, barang-barang dari Inggris akan dikenai tarif dan pemeriksaan bea cukai. Situasi ini akan berdampak pada ribuan aturan yang akan diterapkan pada hampir semua hal, mulai dari perdagangan, penerbangan sampai telekomunikasi. (AP/REUTERS/MYR)