JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan teknologi aplikasi milik Indonesia, Gojek berevolusi menjadi super-app atau aplikasi super bagi ekosistem terintegrasi yang menggerakkan orang, barang, dan uang. Tidak hanya untuk pengguna, Gojek juga menyediakan aplikasi untuk membantu mitra dan merchant yang bekerja sama.
CEO Gojek Group Nadiem Makarim mengatakan, ia tidak pernah menduga Gojek bisa menjadi seperti sekarang. "Gojek itu menjadi suatu gerakan tersendiri, bukan hanya suatu perusahaan tapi suatu revolusi yang terjadi di bidang teknologi dan kemanusiaan," katanya di kantor Gojek, Senin (22/7/2019).
Nadiem bercerita, perusahaan yang didirikannya pada 2010 itu awalnya hanya bermain di bisnis transportasi kendaraan roda dua atau ojek berbasis call center dan laman web. Lima tahun kemudian, Gojek membuat aplikasi ponsel pintar dan meluncurkan tiga layanan selain ojek atau disebut Go-Ride, yaitu layanan pemesanan makanan Go-Food, pengantar barang Go-Send, dan berbelanja Go-Mart.
Pada 2016, Gojek meluncurkan dompet digital Go-Pay dan layanan taksi daring Go-Car. Sejak itu, perusahaan rintisan atau start-up ini mendapat gelar Unicorn karena memiliki valuasi atau bernilai jual hingga 1 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 14 triliun.
Tahun ini, Gojek menjadi 20 start-up teratas di dunia yang menyandang status Decacorn karena memiliki valuasi di atas 10 miliar dollar AS atau setara Rp 140 triliun. Menurut survei CBInsights, Gojek menempati urutan ke-18. Sementara, perusahaan serupa yang berbasis di Asia Tenggara, yaitu Grab berada di posisi ke-9 dari 375 start-up berstatus Unicorn di dunia.
Jumlah transaksi Gojek pun tumbuh pesat dalam tiga tahun terakhir. Dari Juni 2016 hingga Juni 2019, jumlah transaksi yang diproses di dalam platform layanan tersebut melesat hingga 1.100 persen atau 12 kali lipat.
"Gojek kini bertransformasi menjadi perusahaan penyedia yang menawarkan berbagai solusi hidup yang lebih mudah, tidak hanya bagi konsumen tetapi juga memperluas akses pendapatan bagi mitra dan peluang pertumbuhan bisnis yang pesat bagi para merchant," tutur Nadiem.
Co-Founder Gojek Kevin Aluwi, di acara yang sama mengatakan, komitmen itu diperkuat dengan mengembangkan tiga aplikasi super untuk pengguna, mitra, dan merchant. Aplikasi untuk pengguna kini sudah menyediakan 22 layanan untuk beragam kebutuhan, dari transportasi, pemesanan tiket film, pesan-antar obat, hingga binatu.
Sedangkan, di aplikasi khusus mitra, Kevin mengatakan, mereka menawarkan program bantuan finansial, pinjaman rumah dan kendaraan, hingga bantuan dana umroh. "Itu bagian kami untuk menyejahterakan mitra pengemudi, sekaligus mendorong mereka agar bisa memberi layanan yang lebih baik ke pelanggan," tuturnya.
Sementara, untuk aplikasi khusus merchant, Gojek memberi kemudahan bagi pengusaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat belajar mengembangkan usahanya dan menjangkau pasar yang tidak pernah dijangkau sebelumnya.
"Dengan aplikasi khusus, merchant bisa melakukan berbagai hal, seperti memperbarui menu, hingga membuat promosi," kata dia.
Saat ini, aplikasi Gojek telah diunduh lebih dari 155 juta pengguna, dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi, hampir 400.000 mitra merchant, dan 60.000 penyedia layanan di Asia Tenggara.
Logo baru
Pada kesempatan itu, Gojek pun meluncurkan logo baru yang disebut sebagai tanda evolusi Gojek. Logo yang sebelumnya menggunakan simbol pengemudi motor berwarna hijau, diubah dengan simbol seperti huruf O dengan titik hijau di tengah yang lebih sederhana.
Logo baru itu juga memiliki simbol yang lebih universal, kata Nadiem. "Logo ini melambangkan alasan utama hadirnya Gojek, yaitu memecahkan masalah melalui teknologi. Logo ini melambangkan satu tombol untuk semua," ujarnya.
Diminati milenial
Keberagaman layanan yang ditawarkan Gojek diminati banyak pengguna dari kelompok usia milenial. Hal itu terlihat dari hasil penelitian terbaru Alvara Research Center yang berjudul “Perilaku dan Preferensi Konsumen Milenial Indonesia terhadap Aplikasi E-Commerce 2019”.
Penelitian yang dilakukan pada 1.204 responden di lima kota itu menunjukkan, Go-Jek memimpin rata-rata penggunaan pada tiga dari lima sektor aplikasi e-dagang untuk pasar segmen milenial. Sektor tersebut yaitu layanan transportasi, pesan-antar makanan, dan dompet digital.
Sebagai aplikasi layanan transportasi, Go-Jek digunakan oleh 70,4 persen responden, lebih banyak dibanding pengguna layanan transportasi pesaing. Minat konsumen terhadap Go-Jek lebih berkaitan dengan kualitas layanan.
Adapun, menurut mayoritas pengguna aplikasi Pesan Antar Makanan di semua kelompok usia, Go-Food dianggap sebagai pelopor food delivery dan pemimpin pasar layanan antar makanan daring. Hal itu diukur berdasarkan kesadaran akan merek, penggunaan, dan loyalitas konsumen.
Sementara itu, kesadaran pengguna akan layanan Go-Pay mencapai 100 persen di kalangan milenial. Angka ini mengungguli para pemain lain.
CEO dan Founder Alvara Research Hasanuddin Ali mengatakan, momentum dengan para milenial lebih memilih aplikasi e-dagang buatan Indonesia harus dijaga supaya Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital dan tidak hanya menjadi pasar.
"Apalagi, berbagai outlook ekonomi menyebutkan bahwa potensi transaksi e-dagang di Indonesia sangat besar," kata dia dalam keterangan tertulis.