”Kala Jakarta”, Sejarah dalam Kemasan Kekinian
Sejarah perkembangan kota Jakarta tampil dalam bentuk tiga dimensi dari instalasi transparan berukuran 4x6 meter. Instalansi
holoscreen itu terpasang di Museum Sejarah Nasional, Monumen Nasional, Jakarta.
Senin (22/7/2019) sore, cuplikan \'Kala Jakarta\' tayang untuk pertama kalinya. Hologram animasi perkembangan kota Jakarta ini ditayangkan kepada awak media, blogger, vlogger, dan influencer sebagai bagian dari Monas Week 2019.
Hologram ini berdurasi 25 menit dan terbagi dalam tiga periode. Jakarta ditampilkan mulai dari masa sebelum kolonialisme, kolonialisme dan kemerdekaan. Hologram disertai narasi suara yang menjelaskan tiap periode.
Sebagai contoh, masa sebelum kolonialisme mengisahkan tentang kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Jakarta. Kemudian masa kolonialisme menampilkan pembangunan kota ketika Belanda maupun Jepang berkuasa.
Baca juga : Menjelajahi Jakarta dengan Mesin Waktu
Sementara masa kemerdekaan menceritakan pembangunan kota di era Presiden Soekarno, Gubernur Ali Sadikin, dan saat krisis ekonomi menerpa Indonesia.
"Sejarah perkembangan Jakarta dikemas kekinian dalam bentuk hologram. Tujuannya agar setiap warga, khususnya generasi muda semakin tahu sejarah kota dan muncul kepedulian untuk menjaga dan merawatnya," ucap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Eddy Junaidi.
Ide mengemas sejarah kota dalam bentuk hologram bertolak dari antusiasme warga saat acara video mapping sejarah Asian Games 2018 di Monas.
Pemerintah berupaya mengulangi antusiasme itu untuk meningkatkan lagi jumlah kunjungan wisatawan.
Berdasarkan catatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, sebanyak 1,5 juta wisatawan domestik dan 10.000 wisatawan mancanegara berkunjung ke Monas periode Juni. Sementara setiap akhir pekan, 80.000-90.000 wisatawan berkunjung ke Monas.
Sebanyak 1,5 juta wisatawan domestik dan 10.000 wisatawan mancanegara berkunjung ke Monas selama Juni 2019
"Monas Week diharapkan semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Monas maupun Jakarta. Hologram jadi salah satu dari tiga kegiatan dalam Monas Week. Dua kegiatan lainnya, pertunjukan kota cahaya pada Juli dan video mapping pada Desember," katanya.
[video width="436" height="240" mp4="https://kompas.id/wp-content/uploads/2019/07/Hologram-Sejarah-Jakarta.mp4"][/video]
Hologram
Hologram Kala Jakarta tercipta berkat kerja sama berbagai pembuat konten. Tampilan yang kekinian dalam balutan teknologi diharapkan menarik minat generasi milenial pada sejarah.
"Sejarah sering terjebak pada cara lama dalam penyampaiannya. Milenial kurang tertarik sehingga tidak menerima dengan baik. Penggunaan teknologi, salah satunya hologram mampu menarik milenial karena tampilan yang lebih menarik," ucap Kreator Hologram Adi Panuntun.
Adi menceritakan, hologram ini terinspirasi dari pertunjukan video mapping di Museum Fatahillah medio 2010. Ia pun terlibat dalam pertunjukan itu.
Menurutnya, kala itu warga Jakarta dan sekitarnya terhipnotis menyaksikan pertunjukan seni video mapping tiga dimensi yang baru pertama kali digelar di Indonesia. Imaji yang ditampilkan seolah membawa penonton terlempar ke masa lampau.
Banyak tantangan dalam pengerjaan hologram ini. Adi mengakui jika masih ada kekurangan di sana-sini dari audio dan visualnya.
Akan tetapi, ia percaya perpaduan sejarah dan teknologi sangat membantu penyebarluasan sejarah sehingga dapat dinikmati banyak orang. Hal ini sejalan dengan tujuan menjaring generasi muda sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan.
"Ini langkah pertama, nantinya bisa mengemas sejarah kuliner dalam bentuk hologram. Semoga dinikmati banyak orang," katanya.