PT INKA melanjutkan pengiriman gerbong kereta penumpang pesanan Bangladesh Railway. Pengiriman pesanan 250 kereta senilai 100,89 juta dollar AS tersebut ditargetkan tuntas pada awal 2020.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — PT Industri Kereta Api melanjutkan pengiriman gerbong kereta penumpang pesanan Bangladesh Railway. Pengiriman pesanan 250 kereta senilai 100,89 juta dollar AS tersebut ditargetkan tuntas pada awal 2020.
”Pengiriman kali ini merupakan pengiriman kereta untuk tipe meter gauge (MG) dengan jumlah total 200 kereta. Yang 50 kereta tipe broad gauge (BG) sudah selesai dikirim sejak Januari dan tidak ada masalah di sana,” kata Direktur Utama PT Industri Kereta Api (INKA) Budi Noviantoro saat ekspor tahap pertama 200 gerbong penumpang tipe MG di Terminal Jamrud II, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Selasa (23/7/2019).
Pengiriman 200 kereta tipe MG dilakukan dalam sembilan tahap. Pada tahap pertama, dikirim 26 kereta melalui Surabaya menuju Chittagong Port, Bangladesh. Kapal pengangkut kereta tersebut dijadwalkan berangkat pada Rabu (24/7/2019) dan akan tiba di Bangladesh seminggu kemudian.
”Pengiriman kereta ke Bangladesh direncanakan selesai sampai awal tahun depan, tetapi kami usahakan bisa selesai akhir tahun ini,” ucap Budi.
Ekspor kereta ke Bangladesh diperoleh setelah PT INKA memenangi tender pengadaan 250 kereta pada 2017, mengalahkan dua perusahaan dari China dan satu perusahaan dari India. Pesanan kereta dari Bangladesh terdiri dari 50 kereta tipe BG dan 200 kereta tipe MG. Perbedaan kereta tipe BG dan MG terletak pada lebar trek, yakni kereta tipe BG digunakan pada trek dengan lebar 1,6 meter, sedangkan kereta tipe MG digunakan pada trek dengan lebar 1 meter.
Budi mengatakan, ekspor ke Bangladesh kali ini adalah yang ketiga kali dilakukan PT INKA. Sebelumnya, pada 2016, PT INKA telah mengekspor 150 kereta dengan nilai kontrak 72,39 juta dollar AS dan pada 2006 mengekspor 50 kereta senilai 13,8 juta dollar AS.
Pesanan PT KAI lainnya adalah 31 trainsetlight rail transit (LRT).
Selain ke Bangladesh, PT INKA juga pernah mengekspor produknya ke Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Australia. Adapun untuk pasar dalam negeri, PT INKA masih menyelesaikan pesanan 438 kereta dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang hingga saat ini sudah terkirim 288 kereta.
”Pesanan PT KAI lainnya adalah 31 trainsetlight rail transit (LRT), di mana setiap trainset terdapat 6 gerbong kereta, yang akan dikirim mulai pertengahan 2019,” katanya.
Negara tambang
Budi mengatakan, PT INKA saat ini menjajaki pasar ekspor baru di negara-negara Afrika yang memiliki kekayaan tambang, seperti Botswana, Madagaskar, dan Zimbabwe. Negara-negara tersebut dinilai masih membutuhkan kereta, tetapi belum bisa memenuhi kebutuhan itu karena keterbatasan dana.
Oleh sebab itu, PT INKA beserta badan usaha milik negara (BUMN) lain bersinergi menggarap pasar di negara-negara tersebut. Strategi yang digunakan adalah memberikan penawaran penjualan kereta dengan syarat meminta pengelolaan konsesi tambang dari negara pembeli.
”Negara-negara itu butuh kereta, tetapi tidak ada uangnya. Nanti BUMN di sektor tambang akan mendapatkan konsesi tambang dan uang hasil eksplorasi bisa digunakan untuk membeli kereta,” kata Budi.
Pembangunan pabrik PT INKA di Banyuwangi, menurut Budi, bakal menambah kapasitas produksi yang selama ini hanya dipenuhi dari pabrik di Madiun. Pembangunan pabrik yang diklaim sebagai pabrik kereta terbesar se-Asia Tenggara itu ditargetkan rampung pada Agustus 2020 sehingga bisa meningkatkan produksi kereta untuk pasar dalam dan luar negeri.
Deputi Regional Manajer Pelayanan Pelanggan PT Pelabuhan Indonesia III Regional Jatim Dhany Rachmad mengatakan, PT INKA merupakan satu-satunya BUMN yang mengekspor produknya melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Jika pabrik baru PT INKA di Banyuwangi sudah selesai dibangun, Pelabuhan Tanjungwangi bisa digunakan sebagai pelabuhan alternatif selain Pelabuhan Tanjung Perak untuk mengekspor produknya.
”Pengiriman kereta yang diproduksi di pabrik Banyuwangi tidak perlu dibawa sampai ke Surabaya sehingga bisa menurunkan biaya logistik pengiriman hingga ke pelabuhan,” ujar Dhany.