Iran Hukum Mati Mata-mata AS
Iran menuding AS memaksa warga Iran menjadi mata-mata untuk CIA. Para warga itu didesak AS saat mengurus visa baru atau perpanjangan.
TEHERAN, SENIN— Iran mengumumkan penangkapan 17 warganya yang dituding menjadi mata-mata Amerika Serikat. Sebagian dari mereka dinyatakan dijatuhi hukum mati.
”Mengikuti petunjuk pada badan intelijen Amerika, kami baru-baru ini menemukan rekrutan baru oleh Amerika dan mengungkap jaringan itu,” kata salah seorang direktur di Kementerian Intelijen Iran, Senin (22/7/2019), di Teheran.
Pengumuman itu sangat tidak lazim karena menampilkan pejabat di Kementerian Intelijen. Biasanya, pejabat intelijen tidak mau tampil di muka umum, apalagi sampai teridentifikasi jabatannya. Senin kemarin, pejabat tersebut diketahui sebagai direktur pada bagian kontraintelijen.
Pejabat itu menyebut penangkapan terjadi pada Maret 2018 hingga Maret 2019. ”Mereka yang secara sengaja mengkhianati negara telah diserahkan ke pengadilan. Sebagian dihukum mati dan sebagian dipenjara lama,” ujarnya.
Iran secara rutin mengumumkan penangkapan mata-mata asing di negaranya. Pada Juni 2019, Iran menyatakan telah menghukum mati mantan pegawai Departemen Pertahanan yang diduga menjadi mata-mata Badan Pusat Intelijen AS (CIA). Pada April 2019, Iran juga mengklaim telah menemukan 290 mata-mata CIA di Iran dan luar Iran.
Sektor vital
Dalam pengumuman kemarin, ke-17 orang itu dinyatakan bekerja di bagian sensitif dan vital pada sektor infrastruktur, militer, sibernetika, nuklir, dan sektor swasta. Mereka dinyatakan gagal melakukan misinya. Tugas mereka, menurut direktur itu, mengumpulkan informasi sensitif dan memasang peralatan pemantau. Keseluruhan dari mereka dinyatakan menggunakan peralatan canggih yang dipasok CIA.
Cara perekrutan mereka beragam. ”Sebagian didekati saat mengurus visa, sebagian lagi mempunyai visa, dan ditekan CIA kalau mau mendapat perpanjangan. Semua anggota jaringan, keseluruhan dari 17 orang, dilatih petugas CIA tentang cara mengatur komunikasi,” tutur direktur tersebut.
Ia menuding CIA menggunakan peti kemas khusus untuk mengirimkan perangkat telekomunikasi dan dokumen ke jaringan itu. ”Pemalsuannya ceroboh, menunjukkan hal itu dilakukan oleh CIA. Setelah terungkap, petugas CIA memerintahkan para mata-mata memusnahkan semua dokumen,” ujarnya seraya menyebut semua bukti disimpan karena menjadi rahasia pemerintah.
Direktur itu membagikan video seorang perempuan asing yang dituding bekerja untuk CIA. Ia juga membagikan nama-nama pegawai Kedutaan Besar AS di Turki, India, Zimbabwe, dan Austria yang dituding terkait perekrutan warga Iran untuk jadi mata-mata AS.
Ia menyebut, penangkapan 17 orang tersebut sebagai kekalahan besar CIA, seperti lima tahun lalu. ”Mereka akan selalu mencoba lagi dan tentu saja kami selalu siap,” ujarnya seraya mengungkap sebagian mantan mata-mata AS malah kini bekerja sama dengan Iran untuk melawan AS.
Menanggapi berita dari Iran itu, Presiden AS Donald Trump lewat akun Twitter-nya mengatakan, ”Laporan Iran menangkap mata-mata CIA sama sekali salah. Kebenaran kosong.”
Sikap Inggris
Dari London dilaporkan, PM Inggris Theresa May menggelar pertemuan darurat. Pertemuan itu untuk menyikapi penangkapan tanker berbendera Inggris, Stena Impero, oleh Iran di Selat Hormuz. Pertemuan itu juga membahas cara mengamankan pengangkutan minyak dan gas di kawasan yang sedang memanas itu.
Juru bicara May, James Slack, menuding Iran menangkap tanker itu dengan alasan palsu dan tidak sah. Ia juga menyebut tidak mungkin mengawal setiap kapal karena di sana jumlahnya banyak sekali. (AP/AFP/RAZ)