Kabinet Boris Johnson Diperkirakan Lebih Bervariasi
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diperkirakan akan membentuk kabinet yang lebih bervariasi untuk menyelesaikan Brexit. Terpilihnya Johnson membuat sejumlah anggota kabinet mengundurkan diri karena memiliki pandangan berbeda soal Brexit.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
LONDON, RABU — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diperkirakan akan membentuk kabinet yang lebih bervariasi untuk menyelesaikan Brexit. Terpilihnya Johnson sebagai perdana menteri yang baru membuat sejumlah anggota kabinet saat ini mengundurkan diri karena memiliki pandangan berbeda mengenai Brexit.
Johnson (55) telah berkali-kali menekankan, dirinya akan memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa (UE), atau yang lebih dikenal dengan istilah Brexit, sesuai tenggat pada 31 Oktober 2019. Langkah itu akan dilakukannya dengan atau tanpa kesepakatan dengan UE.
”Johnson akan membentuk kabinet yang menunjukkan semua talenta yang ada di dalam partai yang menunjukkan Inggris modern,” kata seorang tokoh yang dekat dengan Johnson tanpa menyebutkan nama.
Pemilihan anggota kabinet Johnson akan mendukung upayanya untuk mewujudkan Brexit sebagai salah satu momen bersejarah dalam sejarah modern Inggris. Salah satu poin utama yang menjadi hambatan dalam perundingan Brexit adalah isu perbatasan Republik Irlandia dengan Irlandia Utara yang menjadi bagian dari wilayah Inggris.
Ditambah lagi, selama dua tahun terakhir, nilai tukar pound sterling selalu rendah melawan dollar AS karena meningkatnya kekhawatiran bahwa Brexit akan berakhir tanpa kesepakatan. Para investor akan menyoroti sosok yang akan menjabat sebagai menteri keuangan, menteri luar negeri, dan menteri untuk menangani Brexit.
Diperkirakan, sejumlah politisi perempuan dan beretnis minoritas akan menjabat sebagai menteri dalam kabinet Johnson. Beberapa nama yang muncul adalah mantan Menteri Pembangunan Internasional Inggris Priti Patel, mantan Wakil Kepala Staf Oliver Dowden, mantan Menteri Olahraga Tracey Crouch, dan anggota parlemen pendukung Brexit, Rishi Sunak.
Sejumlah nama lain juga mencuat untuk memiliki peran penting. Pejabat di perusahaan telekomunikasi Sky, Andrew Griffith, ditunjuk menjadi penasihat bisnis Johnson guna memperbaiki hubungan dengan sektor korporasi menjelang Brexit. The Daily Telegraph melaporkan, pejabat diplomatik David Frost akan berperan sebagai penasihat mengenai Eropa.
Sejumlah pejabat di kabinet saat ini telah menyatakan akan mengundurkan diri ketika Johnson terpilih. Hal itu telah disampaikan Menteri Keuangan Philip Hammond, Menteri Kehakiman David Gauke, Menteri Muda Urusan Luar Negeri Alan Duncan, Menteri Industri Digital dan Kreatif Margot James, serta Menteri Negara untuk Keterampilan dan Pemagangan Anne Milton.
”Ini merupakan keputusan yang tidak mudah, tetapi saya sangat percaya bahwa parlemen perlu melanjutkan peran penting dalam menyetujui suatu kesepakatan, dan kita harus meninggalkan UE secara bertanggung jawab,” kata Milton, melalui surat pengunduran dirinya yang dipublikasi melalui Twitter.
Brexit akan mengubah hubungan Inggris dengan negara-negara UE dalam sektor perdagangan, keamanan, dan imigrasi. Sejumlah pengamat menilai, pasar dunia akan terpengaruh apabila Inggris keluar tanpa kesepakatan. Inggris juga akan terpengaruh karena ada potensi terciptanya resesi ekonomi.
Johnson yang merupakan mantan Wali Kota London terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris pada Selasa (23/7/2019). Ia memenangi 92.153 suara atau 66 persen dukungan dari anggota Partai Konservatif. Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt sebagai pesaingnya memperoleh 46.656 suara.
Johnson pernah menjadi jurnalis di The Times, tetapi dipecat karena mengarang kutipan.
”Kami akan menyelesaikan Brexit pada 31 Oktober dan mengambil keuntungan dari semua peluang yang akan membawa semangat baru. Seperti raksasa yang tertidur, kita akan bangkit dan menyingkirkan keraguan dan hal negatif,” kata Johnson, setelah menerima hasil pemilihan.
Salah satu negosiator Brexit dari UE, Michel Barnier, mengatakan, UE siap bekerja secara konstruktif dengan Johnson untuk meratifikasi perjanjian penarikan Inggris dan mewujudkan Brexit yang tertib.
”Kami siap juga untuk menyusun kembali deklarasi yang telah disepakati dalam kemitraan yang baru,” kata Barnier yang merujuk pada deklarasi politik yang menyertai perjanjian Brexit.
Kritik kepada Johnson
Pemilihan Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris tidak luput dari kritik. Sejumlah pihak mempertanyakan kepemimpinan dan kontroversi yang pernah muncul akibat tingkah laku Johnson di masa lalu.
”Saya tidak tahu apakah Johnson akan mampu menanganinya,” kata anggota parlemen dari Partai Konservatif, Keith Simpson, yang merujuk pada tingginya tuntutan pekerjaan sebagai perdana menteri.
Johnson yang memiliki nama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson akrab disapa sebagai Boris oleh media Inggris. Ia pernah mengecap pekerjaan sebagai konsultan manajemen hanya selama satu minggu. Johnson pernah menjadi jurnalis di The Times, tetapi dipecat karena mengarang kutipan.
Ketika terjun ke dunia politik, Johnson pernah dipecat dari tim kebijakan Partai Konservatif. Ia juga pernah berbohong mengenai rekam jejak kehidupan pribadinya.
”Saya tahu ada beberapa orang yang mempertanyakan kebijakan keputusan Anda (untuk memilih saya), dan mungkin ada beberapa orang yang masih berpikir apa yang telah mereka lakukan,” kata Johnson, ketika menerima pengumuman bahwa dirinya memenangi pemilihan.
Johnson akan menjabat untuk menggantikan Theresa May yang mundur pada Rabu (24/7/2019). Setelah pengunduran diri May diterima Ratu Elizabeth II, Johnson akan dilantik secara resmi. (REUTERS)