JAKARTA, KOMPAS – Musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya. Risiko kebakaran hutan dan lahan pun semakin besar. Untuk itu, kesiapsiagaan dalam mengatisipasi kebakaran ditingkatkan oleh sejumlah pihak, termasuk pengelola konsesi lahan dan hutan.
Direktur Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas Suhendra Wiriadinata menyadari, pelaku usaha sebagai pengelola konsesi kehutanan menjadi bagian dari upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Berbagai inisiatif pun telah dilakukan dan terus ditingkatkan. Selain untuk menekan dampak kebakaran, ia berharap inisiatif yang dilakukan bisa menjadi contoh bagi pelaku usaha lain agar turut memperkuat upaya mitigasi.
“Dari upaya yang telah berjalan, kami telah menurunkan dampak kebakaran di area konsesi kami menjadi sekitar 0,07 persen pada akhir 2018. Targetnya, tahun ini area yang terdampak bisa menjadi 0 persen,” katanya di Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Terdapat dua program utama yang dikerjakan oleh APP Sinar Mas selama lima tahun terakhir, yakni Manajemen Kebakaran Terintegrasi (IFM) serta Desa Makmur Peduli Api. Keduanya dikerjakan secara holistik dan terintergasi bersama lintas sektor, terutama masyarakat sekitar.
Menurut Suhendra, apabila persiapan dan kolaborasi antarsektor kepentingan sudah kuat, kebakaran hutan bisa dicegah secara optimal. Pihak yang terlibat yakni, pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, TNI dan Polri, serta masyarakat. Kolaborasi ini perlu diperkuat lagi untuk menghadapi risiko kebakaran dari dampak kekeringan yang tinggi tahun ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau pada 2019 terjadi pada Agustus-September. Adapun wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi, Aceh bagian utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan bagian selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian selatan, Maluku, dan Papua bagian selatan.
Manajer Teknologi dan Manajemen Data Kebakaran APP Sinar Mas, Gustaf Rantung menuturkan, ada empat pilar utama yang ditekankan pada program Manajemen Kebakaran Terintegrasi, yakni pencegahan, persiapan, deteksi dini, dan respons cepat.
Untuk mendukung upaya tersebut, sejumlah sumber daya telah disiapkan, seperti 3.180 anggota regu pemadam kebakaran, 126 anggota tim respons cepat, 102 menara api, 506 pos pantau, 10 helikopter water-bombing, serta 552 kamera thermal dan kamera pemantau.
Terkait upaya pencegahan dan mitigasi kebakaran, Gustaf berpendapat, masyarakat setempat memiliki peran yang strategis. Hal itu terutama untuk melaporkan titik api sejak dini serta mencegah timbulnya kebakaran. “Pemicu utama kebakaran justru dari aspek manusia, bukan pada cuaca. Untuk itu, sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membakar lahan menjadi penting,” ucapnya.
Selain manajemen kerbakaran, Kepala Divisi Sosial dan Keamanan APP Sinar Mas, Agung Wiyono mengatakan, pemberdayaan masyarakat melalui program Desa Makmur Peduli Api turut berperan mencegah kebakaran lahan. Program ini mengedukasi masyarakat untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar.
“Kami bantu masyarakat untuk mengelola lahannya dengan bijak dan ramah lingkungan, yakni dengan agroforesti. Kami juga melatih kewirausahaan masyarakat dan pelatihan tanaman herbal agar bisa memanfaatan lahan mereka secara berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, enam pilar utama yang menentukan keberhasilan ini adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemetaan sumber daya secara partisipatif, adanya transfer teknologi, perlindungan dan pengawasan kawasan hutan, pencegahan dan penyelesaian konflik, serta kemitraan pemasaran produk.
Sepanjang 2015-2018, APP Sinar Mas telah mengalokasikan sekitar Rp 1,3 triliun untuk mencapai target 0 persen kebakaran di lahan konsesinya. Tahun 2019, ada penambahan alokasi dana sekitar Rp 300 miliiar.