Perimbangan Baru Kekuatan di Timur Tengah
Pengiriman senjata tercanggih dari Rusia dan Amerika Serikat secara berurutan ke Turki dan Israel dalam waktu hampir bersamaan, pertengahan Juli lalu, mengubah perimbangan kekuatan di kawasan Timur Tengah.
Berita kedatangan secara bersamaan sistem anti- serangan udara tercanggih buatan Rusia, S-400, ke Turki dan pesawat tempur siluman tercanggih buatan Amerika Serikat, F-35, ke Israel akan mengubah barometer kekuatan di Timur Tengah. Perubahan ini tidak hanya berlaku saat ini namun juga untuk bebeberapa tahun ke depan.
Dua pesawat tempur siluman F-35 diberitakan telah tiba di pangkalan udara militer Nevatim, dekat kota Be’er Sheva, di Israel selatan, Minggu (14/7/2019). Israel menjadi negara pertama di luar AS yang menerima pesawat tempur itu.
Dua pesawat tempur siluman F-35 yang telah diterima Israel itu merupakan tahap pertama dari rencana 33 pesawat F-35 yang akan diperoleh Israel hingga tahun 2021. Pesawat tempur siluman F-35 pabrikan Lockheed Martin itu dikenal sebagai pesawat tempur generasi kelima yang dirancang multifungsi dan tidak terdeteksi radar musuh, serta memiliki kemampuan bermanuver yang luar biasa dengan kemampuan mendarat secara vertikal seperti helikopter. Teknologi canggih yang dimiliki F-35 dirancang untuk jangka panjang hingga tahun 2040.
Di tempat terpisah, pesawat kargo ke-15 Rusia yang mengangkut komponen dan suku cadang sistem anti-serangan udara tercanggih buatan Rusia, S-400, Kamis (18/7), telah tiba di pangkalan udara militer dekat kota Ankara, Turki. Pekan sebelumnya, Jumat (12/7), Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan, pesawat kargo pertama Rusia yang membawa komponen dan suku cadang S-400 telah tiba di Turki dan akan terus berlanjut hingga beberapa pekan mendatang.
Baca juga: Abaikan Sekutu, Turki Terima Rudal Rusia
Turki menjadi negara pertama di Timur Tengah yang menerima sistem anti-serangan udara tercanggih buatan Rusia itu. Sistem anti-serangan udara S-400 pabrikan Almaz-Antey adalah sistem pertahanan anti-serangan udara tercanggih yang dimiliki Rusia saat ini. S-400 memiliki kemampuan mendeteksi hingga 600 kilometer dan dirancang untuk memusnahkan segala bentuk ancaman di angkasa. Banyak negara di Timur Tengah mengantre membeli S-400, seperti Arab Saudi, Qatar, Iran, dan Irak.
Barometer berubah
Israel dan Turki pun akan menjadi barometer peta perimbangan kekuatan militer produk AS dan Rusia di Timur Tengah saat ini dan bahkan beberapa tahun ke depan. Dalam beberapa dekade terakhir, senjata milik Israel dan negara-negara utama Arab, seperti Mesir, Suriah, dan Irak, menjadi barometer peta perimbangan kekuatan militer produk AS dan Rusia di Timur Tengah.
Kini secara mengejutkan konfigurasi negara yang menjadi barometer perimbangan kekuatan militer itu berubah. Bukan lagi Israel dan negara- negara utama Arab, melainkan Israel dan Turki.
Uniknya, Turki yang menjadi anggota teras Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kini dalam waktu yang sama menggunakan senjata tercanggih buatan musuh NATO, yakni Rusia. Bisa jadi, AS memang sengaja bergegas mengirim dua pesawat tempur siluman F-35 ke Israel pada 14 Juli lalu setelah bergulir berita bahwa Rusia mulai mengirim komponen dan suku cadang S-400 ke Turki pada 12 Juli.
Baca juga: Keutuhan NATO Jadi Taruhan
AS tampaknya sengaja segera menggelar pertarungan F-35 vis-à-vis S-400 di Timur Tengah. AS seolah ingin memberi sanksi kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan segera menyerahkan F-35 kepada Israel. AS sangat kesal terhadap Erdogan karena Erdogan tetap ngotot membeli sistem anti-serangan udara S-400 itu meskipun AS telah berulang kali meminta agar Turki membatalkan pembelian tersebut.
Bahkan, AS memutuskan mendepak Turki dari keterlibatan dalam proyek pembuatan pesawat F-35 sekaligus mengharamkan Turki memiliki pesawat tempur siluman tercanggih buatan AS tersebut. AS selama ini selalu berdalih, Turki yang juga anggota teras NATO tidak mungkin dalam waktu yang sama memiliki senjata canggih buatan Rusia karena perbedaan ideologi militer antara NATO dan Rusia.
Baca juga: AS Depak Turki dari Program F-35
Bagi AS, tidak ada pilihan selain menghadapi S-400 dengan pesawat tempur tercanggihnya, F-35. Dalam hal ini, Israel dilihat paling tepat mewakili AS dalam menghadapi Turki, apalagi hubungan Israel-Turki terakhir ini semakin buruk. Ditambah faktor sejarah memperlihatkan bahwa Israel telah berpengalaman menghadapi dan sekaligus merontokkan produk senjata canggih buatan Rusia dalam perang Arab-Israel, beberapa dekade yang lalu.
Senjata AS vs Rusia
Dalam konteks sejarah, perimbangan kekuatan militer di Timur Tengah selalu merujuk pada pertarungan antara senjata buatan AS dan Rusia—dulu Uni Soviet—paling mutakhir yang dibeli atau dimiliki negara-negara di kawasan itu. Maka, sejarah perang di Timur Tengah pasca-Perang Dunia II adalah perang antara senjata produk AS dan Rusia. Dalam perang itu, AS dan Barat unggul telak dalam pesawat tempur. Adapun Rusia berusaha melawan AS dan Barat dengan sistem anti-serangan udara.
Perang udara paling populer pasca-Perang Dunia II adalah duel udara Suriah-Israel di atas Lembah Bekaa, Lebanon, pada Juni 1982. Dalam duel udara itu, pesawat tempur Israel, F-4 Phantoms dan F-5 Tiger yang dibantu pesawat peringatan dini E-2C Hawkeye buatan AS, menembak jatuh 82 pesawat tempur Suriah, yang terdiri dari pesawat tempur MiG-21, MiG-23, dan Sukhoi 20, serta menghancurkan 30 sistem anti-serangan udara SAM buatan Rusia. Adapun di pihak Israel, tak satu pun pesawat tempur mereka ditembak jatuh.
Sebelumnya pada perang Arab-Israel tahun 1973, pesawat tempur Israel, F-4 Phantoms dan A-4 Skyhawk, juga mampu menetralisasi pesawat tempur Mesir dan Suriah buatan Rusia, MiG-17, MiG-21, dan pesawat pengebom Su-16, serta jaringan anti-serangan udara SAM.
Pada perang pembebasan Kuwait tahun 1991 dan invasi AS ke Irak tahun 2003, pesawat tempur AS dengan leluasa terbang di atas langit Irak tanpa perlawanan dari pesawat tempur MiG-23 dan MiG-25 serta sistem anti-serangan udara SAM buatan Rusia yang dimiliki Irak.
Jika Israel dan Suriah pernah terlibat duel udara besar di atas langit Lebanon pada tahun 1982, kini langit Suriah bisa setiap saat menjadi uji coba manuver F-35 dan S-400. Hal ini mengingat Israel ataupun Turki sama-sama sering terlibat langsung dalam operasi militer di Suriah. Israel bisa setiap saat sengaja menerbangkan F-35 di atas langit Suriah untuk mencari reaksi dan sekaligus mendeteksi kemampuan reaksi S-400 yang dimiliki Turki.
Sebaliknya, Turki juga akan segera mengaktifkan S-400 untuk menjajal kemampuannya mendeteksi segala benda yang terbang di atas langit Suriah dan Lebanon, khususnya F-35, jika Israel suatu saat menerbangkannya. Kini tinggal menunggu manuver F-35 oleh Israel dan S-400 oleh Turki yang bisa setiap saat terjadi.