NANJING, SELASA – Sembilan tahun silam, Juventus hanya menjadi “penonton” dalam dominasi monoton Inter Milan di puncak Liga Italia. Namun, lansekap persaingan itu berubah drastis semenjak Juve mengangkat mantan pemainnya, Antonio Conte, sebagai pelatih pada musim panas 2011 silam. Conte seolah membuat “roda nasib” berputar di Liga Italia.
Delapan tahun berlalu, Conte kembali menjadi sorotan. Mantan pelatih timnas Italia dan Chelsea itu kembali ke Italia untuk melatih Inter. Conte, yang merintis era kebangkitan Juve di Italia, mendadak menjadi “musuh” bersama bekas timnya itu. Tak kurang dari 9.000 fans Juve menandatangani petisi untuk mencabut nama Conte dari hall of fame klub itu di tribune Stadion Allianz Turin, Mei lalu.
Takdir pun kini mempertemukan Conte kembali dengan Juve, namun sebagai lawan. Juve dijadwalkan menghadapi Inter pada turnamen pramusim International Champions Cup (ICC) di Nanjing, China, Rabu (24/7/2019) pukul 18.30 WIB ini. Mengingat rivalitas kedua tim dan keberadaan Conte di Inter, duel ini dilabeli oleh media-media Italia sebagai "reuni maut" paling ditunggu di Italia.
“Ini adalah kali pertama saya bertemu Juve sebagai lawan. Bertemu dengan banyak kawan lama bakal sangat menyenangkan. Namun, begitu peluit wasit dibunyikan nantinya, itu semua berakhir. Juve adalah lawan bagi saya, begitu pun sebaliknya. Saya tidaklah sabar menjalani laga ini,” ujar Conte dikutip Calciomercato dalam jumpa pers, kemarin.
Seperti klub-klubnya terdahulu, Conte hadir di Inter dengan ambisi besar. Pelatih asal Italia itu memiliki reputasi sangat menawan. Ia selalu berhasil mengangkat tim-tim yang dia asuh dari keterpurukan, dan menjadi juara pada musim pertamanya, yaitu 2012 di Juve dan 2017 di Chelsea.
“Saya punya tanggung jawab besar di klub baru saya ini. Saya ingin membangun sesuatu yang saat ini hilang dari tim ini (mental juara dan prestasi),” tutur Conte kemudian.
Serupa Inter, Juve juga tengah menjalani transisi, yaitu pergantian era bersama pelatih barunya, Maurizio Sarri. Tak ayal, baik Inter dan Juve kini berbagi kesamaan yaitu menjalani revolusi, bukan evolusi, bersama pelatih barunya masing-masing. Namun, sejauh ini, revolusi itu belum memperlihatkan hasil positif.
Juve dikalahkan Tottenham Hotspur 2-3 pada laga perdananya bersama Sarri di ICC, Minggu lalu. Setali tiga uang, Inter dibekap Manchester United 1-0 pada ICC di Singapura, sehari sebelumnya. Maka itu, laga sore ini di Nanjing bakal menjadi pertaruhan kedua pelatih untuk bangkit serta menjaga gairah dan optimisme baru menjelang musim 2019-2020.
Sarri misalnya, telah melakukan evaluasi atas kekalahan dari Spurs. Di laga itu, Juve masih terbawa gaya lamanya ala pelatih Massimiliano Allegri, yaitu pasif dan lambat dalam mengalirkan bola. Gaya “Sarriball”, yaitu menekan dan operan-operan pendek cepat di lini depan, hanya terlihat sesaat di babak kedua. Untuk itu, kemarin, Sarri menggelar sesi latihan ganda untuk menggenjot permainan menekan tinggi.
“Kami harus bertahan lebih ke depan dan tidak terlalu dalam seperti laga sebelumnya. Dalam hal ini, faktor kebugaran pemain bakal berpengaruh besar,” ujar Sarri seperti dikutip Football-Italia.
Sarri kemungkinan akan merotasi pemainnya di laga ini, yaitu antara lain memainkan sejumlah pemain barunya seperti bek Matthijs De Ligt dan gelandang Adrien Rabiot sejak menit pertama. Ada kemungkinan pula striker Gonzalo Higuain tampil sebagai pemain mula untuk membentuk trisula serangan bersama Cristiano Ronaldo dan Federico Bernardeschi. Di laga sebelumnya, ketiganya tampil pada babak kedua.
Di kubu sebaliknya, Inter terlihat cepat menyetel dengan pakem permainan pragmatis ala formasi 3-5-2 yang sangat disukai Conte. Mereka tidak banyak memberikan MU peluang mencetak gol. Hanya saja, Conte belum mendapatkan skuad ideal seperti yang diinginkannya. Inter masih kekurangan striker berpengalaman. Maka itu, Conte berharap klubnya segera bisa merekrut dua buruan utamanya, Romelu Lukaku dari MU dan Eden Dzeko dari AS Roma.
Pada laga sebelumnya, Inter tampil tanpa satu pun striker murni. Mauro Icardi masih dikucilkan dari tim itu, adapun striker muda Lautaro Martinez masih menjalani liburan seusai memperkuat timnas Argentina di Copa America 2019.
“Sangat jelas kami kesulitan di lini lini depan. Namun, kami harus menghadapinya dengan tenang. Saya paham keinginan Conte (soal striker baru). Namun, di lain pihak, kami harus memerhatikan aspek ekonomi agar tidak beresiko melanggar Financial Fair Play,” ujar Beppe Marotta, Direktur Inter.