Helikopter bom air mulai digunakan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah. Kebakaran yang khususnya melanda lahan gambut itu semakin parah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Helikopter bom air mulai digunakan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah. Kebakaran yang khususnya melanda lahan gambut itu semakin parah. Asap kuning pun menyelimuti Kota Palangkaraya, ibu kota provinsi.
Di Kota Palangkaraya, sedikitnya terdapat 14 kejadian kebakaran lahan. Dari pantauan, kebakaran terjadi di sepanjang Jalan Mahir-Mahar. Di lokasi itu, lebih kurang terdapat tujuh titik api. Adapun tujuh titik lainnya, dari laporan regu Manggala Agni, tersebar di lahan-lahan tidur dekat permukiman di dalam Kota Palangkaraya.
Kebakaran di Mahir-Mahar sudah berlangsung selama seminggu belakangan. Pada Kamis (25/7/2019) pukul 13.00 WIB, asap kuning menyelimuti Kota Palangkaraya. Banyak orang beranggapan cuaca sedang mendung.
Sayangnya, alat untuk mengukur kualitas udara milik pemerintah belum berfungsi. Alat tersebut berupa papan elektronik yang mengukur indeks standar pencemaran udara (ISPU). Papan elektronik tersebut berada di Bundaran Besar, Palangkaraya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti mengungkapkan, kondisi asap yang mulai menyelimuti kota pasti mengubah keadaan dan kualitas udara. Pihaknya masih melakukan pendataan mengenai dampak kesehatan dari asap yang mulai menebal tersebut.
”Kami di provinsi hanya sebagai bala bantuan. Semuanya ada di kabupaten/kota masing-masing. Laporan juga masih berjalan dan bergerak terus,” ucap Suyuti.
Lian Adriani, prakirawan Stasiun Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, mengungkapkan, dari citra satelit Himawari, sebaran asap terdeteksi pada pukul 13.00 WIB. ”Tandanya berupa warna merah dalam grafik analisis citra satelit,” ujarnya.
Dalam prakiraan cuaca, kategori kabut asap juga akan terjadi pada Jumat, 26 Juli, di beberapa daerah di Kalteng. BMKG juga memberikan peringatan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang ada di 14 kabupaten/kota di Kalteng.
Data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Provinsi Kalteng menunjukkan, selama Juli 2019 terjadi 210 kejadian kebakaran di Kalteng dengan total luas lahan yang terbakar mencapai 545,258 hektar.
Suryati (47), warga Mahir-Mahar, mengungkapkan, di sekitar lokasi kebakaran dekat rumahnya merupakan lahan gambut. Sudah satu minggu kebakaran itu terus terjadi meski tim pemadam telah beberapa kali memadamkan api.
”Sudah dipadamkan, besok pagi apinya muncul lagi. Kebun nanas saya habis terbakar. Kami juga kewalahan menjaganya. Sekarang tinggal menjaganya agar tidak membakar rumah saja,” tutur Suryati.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (PBPK) Kalteng Mofit Saptono mengungkapkan, pada Rabu (24/7/2019), helikopter dengan tipe MI-17 sudah beroperasi menjatuhkan bom air di lokasi kebakaran hutan dan lahan. ”Sudah mulai beroperasi di daerah Tumbang Nusa dan Taruna,” ujarnya.
Di Desa Taruna dan Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, kebakaran terus terjadi hampir tiga minggu lamanya. Kebakaran di lokasi dengan gambut sedalam 1 meter itu sulit dipadamkan.
Wilayah tersebut merupakan salah satu fokus kerja Badan Restorasi Gambut (BRG). BRG sampai saat ini sudah membangun 10 sumur bor tambahan di sekitar lokasi kebakaran baru.
Sebelumnya, Mofit menyampaikan, banyak sumur bor tidak bisa berfungsi. Meskipun demikian, pihaknya belum memiliki data jumlah sumur bor yang tidak berfungsi. ”Itu laporan dari regu pemadam di lapangan. Selain itu, lokasi sumur bor juga jauh dari lokasi kebakaran,” katanya.