Seiring dengan kemajuan teknologi, dompet dalam bentuk digital banyak diciptakan perusahaan teknologi keuangan ataupun perbankan, baik melalui media aplikasi maupun kartu. Dengan mengusung kemudahan bertransaksi melalui digitalisasi, berbagai produk dompet digital dikeluarkan untuk beragam fungsi penggunaan.
Produk dompet digital bisa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti membayar ongkos transportasi, makan, dan menonton bioskop. Untuk menarik masyarakat agar menggunakan dompet digital, tidak jarang diadakan promo dengan harga miring untuk setiap transaksi.
Perencana Keuangan Anggriani & Partners, Metta Anggriani, mengatakan, jika penggunaan tidak dilakukan secara bijak, dompet digital dapat menjadi sumber masalah keuangan baru. Pasalnya, penggunaan dompet digital sama dengan memindahkan uang tunai ke dompet fisik yang tidak memberikan nilai tambah.
”Untuk itu, kita tetap perlu mengatur anggaran yang dipindahkan ke uang elektronik atau dompet digital yang kita punya,” katanya dalam kelas manajemen keuangan bersama Jenius di Gedung Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Jakarta, Jumat (25/7/2019).
Sebelum itu, Metta menyarankan agar jumlah dompet digital yang digunakan tidak berlebihan. Semakin banyak dompet yang digunakan, artinya uang tersebar di banyak tempat. Kemudian saldo atau uang yang dipindahkan ke dompet digital sebaiknya juga tidak berlebihan karena uang yang disisihkan tidak akan berkembang.
”Kita harus tahu penggunaan dari setiap dompet digital yang kita miliki. Misalnya, untuk kebutuhan dasar, seperti makan atau transportasi, boleh juga untuk hobi. Lalu, uang yang disisihkan sesuai kebutuhan saja,” ujarnya.
Jumlah dompet digital yang digunakan sebaiknya tidak berlebihan. Semakin banyak dompet yang digunakan, artinya uang tersebar di banyak tempat.
Head of Digital Banking PT BTPN Tbk Irwan S Tisnabudi mengatakan, godaan promo, diskon, atau imbal hasil dari transaksi yang menggunakan dompet digital kerap muncul. Untuk itu, dompet digital sebaiknya dimanfaatkan untuk menghemat lebih banyak pengeluaran.
”Misalnya, kita mau beli makanan yang harganya diskon 30 persen jika menggunakan dompet digital tertentu. Itu bisa jadi kesempatan untuk menghemat 30 persen pengeluaran, bukan justru dimanfaatkan untuk transaksi lainnya,” kata Irwan.
Alokasi uang ke dompet digital, menurut Irwan, juga bisa menimbulkan pemborosan. Hal ini karena jumlah uang yang ditransfer ke dompet digital biasanya diatur dalam jumlah tertentu yang belum tentu habis digunakan.
Untuk itu, aplikasi perbankan digital milik BTPN Jenius mengembangkan fitur pengisian dompet digital yang disebut E-Wallet Center.
”E-Wallet Center hadir untuk memudahkan pengguna mengatur saldo akun dompet digitalnya dengan lebih mudah dalam satu fitur. Dengan ini, pengguna akan terhindar dari melakukan pengisian ulang lebih dari yang dibutuhkan karena pengisian ulang dapat ditentukan secara fleksibel,” tuturnya.
Fitur tersebut merupakan salah satu dari belasan fitur manajemen keuangan yang tersedia dalam aplikasi Jenius. Menurut hasil riset internal Jenius, 51 persen pengguna memanfaatkan berbagai fitur di aplikasi Jenius untuk alokasi keuangan hingga mengatur batas pengeluaran.