Kemampuan perang TNI Angkatan Laut bertambah dengan kehadiran KRI Kerambit-627. Kapal cepat rudal tipe 60 meter yang dibangun PT PAL Indonesia (Persero) tersebut akan memperkuat jajaran Komando Armada I.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kementerian Pertahanan meningkatkan kemampuan perang TNI Angkatan Laut dengan menambah satu unit kapal kombatan yang diberi nama KRI Kerambit-627. Kapal cepat rudal tipe 60 meter yang dibangun oleh PT PAL Indonesia (Persero) tersebut akan memperkuat jajaran Komando Armada I.
Serah terima, peresmian, dan pengukuhan Komandan KRI Kerambit dilaksanakan di Dermaga Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia, Surabaya, Kamis (25/7/2019). Hadir dalam acara tersebut antara lain Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Kepala Staf TNI AL Laksamana (TNI) Siwi Sukma Adji, dan Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh.
Ryamizard mengatakan, KRI Kerambit merupakan kapal cepat rudal tipe 60 meter (KCR-60M) keempat yang dimiliki TNI AL. Sebelumnya, TNI AL sudah mengoperasikan tiga kapal KCR-60M, yakni KRI Sampari-628, KRI Tombak-629, dan KRI Halasan-630. Semua kapal KCR-60M tersebut diproduksi di dalam negeri oleh PT PAL.
”Dua unit KCR-60M lainnya akan dibangun PT PAL bulan ini dan diharapkan bisa diselesaikan pada 2022,” katanya. Adapun kebutuhan kapal kombatan tipe KCR-60M sebanyak 16 unit.
KRI Kerambit yang akan memperkuat pertahanan di perairan wilayah barat Indonesia itu dilengkapi persenjataan canggih dan terbaru. Kapal ini diharapkan bisa memperkuat pertahanan dan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kapal ini memiliki fungsi pokok sebagai antikapal permukaan dan melakukan offshore patrols (patroli lepas pantai) di perairan teritorial hingga zona ekonomi eksklusif. Selain itu, kapal ini juga memiliki fungsi tambahan untuk melakukan aktivitas pengintaian dan search and rescue (SAR).
KRI Kerambit memiliki panjang 60 meter, lebar 8,1 meter, kedalaman draft 2,57 meter dalam kondisi bermuatan penuh, dan bobot 467 ton. Kapal dioperasikan oleh 53 awak dan memiliki jarak jelajah hingga 2.400 mil laut (sekitar 4.445 kilometer) dengan kecepatan maksimum 28 knot.
Kapal ini memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya karena sudah dilengkapi fin stabilizer dan diklaim mampu menerjang lautan dalam kondisi Sea State 6 (ketinggian ombak 4-6 meter).
Sistem persenjataan (combat management system/CMS) pada KCR-60M batch kedua ini juga disempurnakan sehingga lebih terintegrasi dan kuat. Meriam utamanya, misalnya, kini menggunakan Bofors kaliber 57 mm buatan Swedia. Sementara pada tiga KCR-60M terdahulu, meriam utama yang dipasang di haluan adalah Bofors kaliber 40 mm. Selain itu, kapal juga dilengkapi peluncur rudal C-705 buatan China di buritan.
Nama ”kerambit” diambil dari nama senjata tradisional Minangkabau yang mendunia. Kerambit merupakan senjata tajam berupa pisau pendek berbentuk menyerupai kuku harimau yang dapat menyayat ataupun merobek secara cepat dan tidak terdeteksi.
Saya berharap, dengan penyerahan kapal KCR-60M ini, akan lebih meningkatkan efek getar kekuatan daya tempur pertahanan Indonesia.
Saat ini, kekuatan pertahanan Indonesia sudah makin diakui dunia. Pada 2019, menurut Ryamizard, kekuatan pertahanan Indonesia berada pada urutan ke-10 dunia, naik sembilan peringkat dibandingkan tahun 2014. Peningkatan peringkat tersebut salah satunya didukung oleh bertambahnya jumlah alat utama sistem persenjataan milik TNI.
”Saya berharap, dengan penyerahan kapal KCR-60M ini, akan lebih meningkatkan efek getar kekuatan daya tempur pertahanan Indonesia,” ucapnya.
Budiman Saleh mengatakan, pembangunan kapal yang berlangsung selama dua tahun ini didukung oleh 4 BUMN dan 62 BUMS serta para vendor luar negeri. ”Persentase komponen dalam negeri sebesar 35,83 persen dan luar negeri 64,17 persen,” ujarnya.
Proses pembuatan kapal ini diawali dengan pemotongan baja pertama (steel cutting) pada 2 Februari 2017, dilanjutkan dengan peletakan lunas (keel laying) pada 9 Maret 2017. Kapal diluncurkan pada 27 Februari 2019 dan diserahterimakan pada 25 Juli 2019.