Olimpiade Tokyo 2020 Jadi Etalase Teknologi Jepang
Jepang menjanjikan Olimpiade Tokyo 2020 sebagai etalase pengetahuan teknologi tinggi yang dimiliki bangsa itu. Tokyo juga menjanjikan olimpiade yang ramah lingkungan.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Jepang telah lama dikenal sebagai salah satu negara inovator industri dan teknologi tinggi terkemuka di dunia. Keunggulan ini mereka janjikan untuk diperlihatkan pada dunia saat Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.
Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo 202, atau biasa disebut Tokyo 2020, mencanangkan hal ini pada upacara perhitungan mundur satu tahun jelang Olimpiade 2020, Rabu (24/7/2019). Dengan sisa 365 hari jelang Olimpiade, Tokyo 2020 menegaskan ajang itu akan menjadi etalase pengetahuan teknologi tinggi Jepang. Reputasi negara matahari terbit sebagai inovator industri telah dimulai saat menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964 dengan menciptakan kereta peluru Shinkansen.
Lima puluh enam tahun kemudian, teknologi itu ditunjukkan antara lain dengan transportasi bandara tanpa pengemudi dan robot penyambut kontingen. Panitia juga bekerja sama dengan dua astronot Jepang yang akan mengirimkan pesan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Pesan itu berupa dukungan terhadap pembawa obor Olimpiade. Kirab obor dimulai dari pusat olahraga Fukushima, tempat penampungan pekerja korban limbah radioaktif setelah tragedi gempa bumi dan tsunami 2011. Obor berbentuk bunga mawar berwarna emas itu akan dibawa melewati wilayah di timur laut Jepang yang terdampak bencana untuk menunjukkan pemulihan kawasan tersebut.
Tokyo 2020 juga dirancang dengan semangat pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan berbagai perlengkapan dari bahan daur ulang, seperti podium dan medali kejuaraan.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengaku gembira melihat persiapan berjalan lancar sejak negara itu dinyatakan terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade, enam tahun lalu.
Kerja cepat
Ketua Badan Koordinasi Komite Olimpiade Internasional, John Coates, mengatakan, persiapan Tokyo 2020 memasuki periode kerja cepat, untuk menyelesaikan pembangunan arena pertandingan baru. ”Satu tahun lagi, semua kegembiraan tumbuh di sini. Kami sangat senang persiapan Olimpiade sesuai rencana,” kata dia.
”Saya belum pernah melihat kota Olimpiade yang dipersiapkan seperti Tokyo. Semua elemen yang membuat Olimpiade luar biasa ada di Tokyo, dan akan menjadi pengalaman luar biasa untuk atlet,” ujar ketua Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach.
Meski terlihat meyakinkan, Jepang menghadapi banyak tantangan untuk menggelar Olimpiade, seperti pemangkasan biaya penyelenggaraan lebih dari empat miliar dollar AS. Berdasarkan rilis terakhir pada Desember 2018, anggaran yang disediakan pemerintah Jepang mencapai 1,35 triliun yen (12,1 miliar dollar AS).
Tantangan lain adalah kekhawatiran gelombang panas yang mematikan seperti tahun lalu. Untuk mengatasi ancaman ini, panitia menyusun langkah keselamatan jika suhu meningkat, misalnya dengan gerimis buatan. Jepang juga dihantam kasus pengunduran diri Ketua Olimpiade Jepang Tsunekazu Takeda karena tuduhan korupsi untuk menyukseskan Jepang sebagai Olimpiade 2020.
Namun, warga Jepang menyambut antusias Olimpiade. Tokyo 2020 mengklaim, lebih dari 7,5 juta orang antre membeli tiket pada putaran pertama penjualan, Juli. Panitia akan memperpanjang penjualan tiket hingga Agustus.
Yukimasa Nakahara, bocah berusia 12 tahun, bersama ibunya, mengantre tiket sejak pukul 05.30 WIB. Mereka mendapatkan tiket bisbol untuk laga perebutan medali perunggu. “Kami datang pagi karena kami pikir semakin pagi semakin bagus. Kami menantikan Olimpiade,” katanya.