Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, menertibkan pedagang kaki lima di Stasiun Palmerah, Jakarta, pascakesemrawutan lalu lintas di lokasi itu menjadi viral. Penertiban berjalan mulus, tetapi pedagang kembali berjualan setelah petugas pergi.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, menertibkan pedagang kaki lima di Stasiun Palmerah, Jakarta, pascakesemrawutan lalu lintas di lokasi itu menjadi viral. Penertiban berjalan mulus, tetapi pedagang kembali berjualan setelah petugas pergi.
Lebih dari 100 pedagang berjualan di sisi barat dan timur Stasiun Palmerah. Aktivitas mereka ini menambah sesak jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan.
Untuk itu, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kelurahan Gelora, Tanah Abang, menertibkan pedagang kecil mandiri (sebutan untuk pedagang kaki lima), Kamis (25/7/2019), pukul 09.00-11.00.
”Masih ada pedagang yang berjualan di trotoar. Masih banyak juga kendaraan yang parkir di trotoar dan bahu jalan. Kami menertibkan itu agar tidak terjadi lagi kesemrawutan,” kata Lurah Gelora Nurul Huda.
Penertiban dimulai dari Jalan Gerbang Pemuda, Jalan Asia Afrika, Jalan Jenderal Soedirman, Jalan Gatot Soebroto, Jalan Tentara Pelajar, sampai Jalan Hang Lekir.
Huda mengatakan, ada pengawasan dan penjagaan dari petugas Satpol PP dan dinas perhubungan setelah penertiban. ”Hanya koordinasi sama Satpol PP untuk mengawasi agar tidak kembali lagi ke trotoar,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga menyarankan kepada dinas terkait agar menyediakan lokasi penampungan bagi pedagang serta lokasi parkir untuk mencegah kesemrawutan.
Sebenarnya, lokasi penampungan pedagang telah tersedia di lokasi binaan Pasar Pisang, Palmerah. Namun para pedagang kurang mengoptimalkannya.
Berdasarkan pantauan Kompas, pedagang kembali ke trotoar dan badan jalan sejam setelah petugas pergi. Kendaraan pun terparkir di trotoar.
Narso (28), pedagang minuman asal Banten, mengaku kerap berjualan di bahu jalan daripada di trotoar karena memudahkan pergerakan jika ada razia.
Ia lebih senang berjualan di sekitar Stasiun Palmerah. Lokasi itu strategis karena banyak orang berlalu lalang dan tidak perlu menyewa atau membayar tempat.
”Kalau ada razia, Satpol PP paling menyuruh pindah saja, jarang mengangkut barang-barang kami, kecuali ada razia besar. Yang enak berjualan di sini juga saya tidak bayar apa-apa, bebas,” katanya.
Sementara Rohim (32), penjual gorengan, menambahkan, berjualan di Stasiun Palmerah relatif aman dari penertiban serta banyak ruang untuk menjajakan jualan. ”Jual di sini lumayan. Relatif aman dari penertiban dan bebas memilih tempat berjualan,” katanya.