JAYAPURA, KOMPAS Para pegiat hak asasi manusia di Papua mendesak pemerintah pusat dan pemerintah daerah memprioritaskan penanganan para pengungsi asal Nduga yang tersebar di 36 lokasi. Karena kelaparan, para pengungsi menjadi emosional.
”Seharusnya penyediaan makanan bagi para pengungsi menjadi prioritas yang harus diupayakan pemerintah terlebih dahulu,” kata Pastor John Jonga Pr, pegiat masalah HAM sekaligus tokoh peraih Yap Thiam Hien Award tahun 2009.
Wene Tabuni, salah seorang sukarelawan Gereja Kingmi Weneroma, mengungkapkan, terdapat sekitar 5.200 pengungsi yang tersebar di puluhan titik di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya. Dari jumlah itu, 723 pengungsi anak asal Nduga belum bersekolah dan bangunan sekolah darurat yang berada di area Gereja Kingmi Weneroma pun rusak.
”Namun, yang mendesak saat ini adalah bantuan pangan untuk pengungsi anak-anak,” kata Wene. Wene mengatakan, dirinya hampir dianiaya sejumlah pengungsi di Distrik Napua pada Selasa kemarin. ”Pengungsi ini marah karena tak bisa menahan lapar. Sementara kami tim sukarelawan sudah tidak memiliki makanan untuk dibagikan kepada para pengungsi,” tuturnya.
Pantauan Kompas hingga Rabu sore, belum ada bantuan makanan serta kebutuhan untuk ibu dan bayi dari Kementerian Sosial. Kepala Dinas Sosial, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil Provinsi Papua Ribka Haluk, yang dihubungi melalui telepon mengenai belum adanya bantuan untuk warga, tidak merespons.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga Ina Gwijanggem, pihaknya saat ini masih mengumpulkan informasi soal pengungsi asal Nduga yang meninggal sejak Desember 2018 hingga Juli 2019.
”Berdasarkan data sementara yang kami kumpulkan, jumlah pengungsi asal Nduga yang meninggal dunia 53 orang,” tutur Ina. Pemkab Nduga juga mulai mendata jumlah pengungsi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Pantauan Kompas pada Rabu (24/7/2019), tampak tiga pegawai Dinas Kesehatan Nduga mulai mendata sekitar 100 pengungsi khusus ibu dan anak di salah satu ruangan milik Gereja Kingmi Weneroma. Selain pendataan, pegawai Dinkes Nduga juga memberikan imunisasi vaksin polio dan campak bagi anak-anak yang berusia 0 bulan hingga 15 tahun.
Data terakhir cakupan imunisasi polio di Nduga untuk putaran kedua hingga Selasa (23/7) baru mencapai 0,18 persen. Target imunisasi polio pada putaran kedua di Nduga sebanyak 25.679 anak.
Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Dinkes Nduga Ance Tatogo mengatakan, pihaknya memprioritaskan pendataan ibu dan anak terlebih dahulu. Baru setelah itu mendata pengungsi berjenis kelamin pria dan pengungsi lanjut usia.
”Kami telah membentuk tim kesehatan yang berjumlah 10 orang untuk mendata dan memberikan pelayanan kesehatan bagi semua pengungsi di Wamena. Tim ini meliputi pegawai Dinkes Nduga dan tenaga perawat,” kata Ance.
(FLO/EDN)