Yakin, Pernah ke Surabaya?
Datang ke Surabaya tak lengkap jika tidak mengunjungi destinasi wisata, ikon kota, dan menyantap kuliner yang menggoda. Jangan bilang pernah ke Surabaya kalau belum menikmati itu semua
Saat menghadiri acara di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, seorang karyawan sebuah perusahaan badan usaha milik negara bertanya kepada Kompas, ”Pimpinan ingin berwisata keliling kota, enaknya ke mana, ya?”
Pertanyaan mengenai referensi destinasi wisata sering kali terdengar dari warga luar kota yang mengadakan acara di Surabaya. Mereka biasanya bingung mencari tempat untuk menghabiskan waktu ketika urusan usai. Hal itu dimaklumi karena sebagian orang masih menganggap berwisata adalah menikmati keindahan alam.
Surabaya kebetulan tidak memiliki keindahan alam yang memesona, seperti di Bali, Yogyakarta, Lombok, dan Raja Ampat. Namun, ”Kota Pahlawan” ini justru menciptakan destinasi wisata yang menarik. Kini, kota seluas 350 kilometer persegi ini memiliki lebih dari 100 destinasi wisata yang bisa dinikmati pelancong.
Berkunjung ke suatu tempat belum lengkap jika tidak mengunjungi tempat-tempat ikonik. Di Surabaya, banyak titik ikonik, seperti di Jalan Tunjungan serta Patung Suro dan Boyo. Kedua lokasi ini menjadi tempat yang ”haram” dilewatkan ketika ke Surabaya.
Ada tiga Patung Suro dan Boyo yang menjadi tempat favorit wisatawan berfoto untuk menunjukkan keberadaannya di Surabaya. Lokasinya di depan pintu masuk Kebun Binatang Surabaya, di sisi Sungai Kalimas di Jalan Gubeng Pojok, dan di Taman Suroboyo.
Patung di Taman Suroboyo merupakan yang terbaru, dibangun menggunakan dana tanggung jawab sosial perusahaan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan diresmikan pada 29 Mei 2019. Patung ini kado bagi Hari Ulang Tahun Ke-726 Kota Surabaya yang diperingati setiap 31 Mei. Lokasinya berada di kawasan Pantai Kenjeran, berjarak sekitar 2 kilometer dari kaki Jembatan Suramadu.
Patung ini memiliki tinggi 25,6 meter dengan diameter 15 meter, jauh lebih tinggi dibanding dua patung lain yang rata-rata setinggi 6,5 meter. Patung yang baru ini berdiri di taman seluas 11.900 meter persegi. Patung karya seniman Bali, I Wayan Inten, itu dibangun selama tiga bulan di Bali. Patung dikirim dalam bentuk potongan menggunakan peti kemas, lalu dirakit di Surabaya.
Beranjak ke tengah kota, ada Jalan Tunjungan yang melegenda di Surabaya. Ingatlah cukilan lirik lagu ”Rek Ayo Rek” yang secara khusus memuja keindahan kawasan Tunjungan. ”Rek ayo Rek mlaku mlaku nang Tunjungan… Ngalor ngidul liwat toko ngumbah moto. Masio mung nyenggal-nyenggol ati lego (Rek ayo Rek, jalan-jalan ke Tunjungan. Bolak-balik ke utara dan selatan lewat toko sekalian cuci mata. Meski cuma bersenggolan, hati jadi lega)....”
Trotoar lebar
Jalan sepanjang sekitar 600 meter ini merupakan salah satu kompleks pertokoan dengan bangunan asli seperti tempo dulu. Paling asyik menikmati Jalan Tunjungan dengan berjalan kaki karena di sepanjang jalan disediakan trotoar yang lebar serta steril dari pedagang dan pengendara motor.
Pada malam hari, pernik hiasan lampu-lampu klasik dan lampion mengiringi langkah kaki wisatawan yang berjalan-jalan di kawasan ini.
Jalan Tunjungan hampir tak pernah lengang, terlebih saat malam, banyak kreator muda Surabaya berfoto dan membuat film di tempat itu. Tak ketinggalan, pedangdut asal Sidoarjo, Via Vallen, juga menjadikan Jalan Tunjungan sebagai lokasi pembuatan video klip terbarunya.
Di Jalan Tunjungan, ada dua bangunan bersejarah yang tidak boleh terlewati, yakni Gedung Siola dan Hotel Majapahit. Gedung Siola di ujung Jalan Tunjungan ini pusat perekonomian di Surabaya pada abad ke-20. Kini, bangunan itu berubah menjadi Mal Pelayanan Publik untuk mengurus perizinan dan administrasi kependudukan.
Gedung Siola awalnya toko serbaguna yang dibangun pemodal asal Inggris, Robert Laidlaw, pada 1877. Pada zaman kependudukan Jepang, namanya berubah menjadi Chiyoda.
Ketika peristiwa penyerangan Inggris di Surabaya, gedung yang menjadi salah satu tempat untuk mengatur strategi melawan Inggris ini hancur dibom Inggris. Gedung ini lantas dibangun kembali menjadi pertokoan sekitar tahun 1960 dan berubah nama menjadi Siola.
Sementara Hotel Majapahit merupakan saksi sejarah peristiwa perobekan bendera Belanda pada 19 September 1945. Hotel yang dulu bernama Hotel Yamato ini masih menjadi hotel, lengkap dengan ornamen-ornamen klasik.
Ikon lain Surabaya adalah Tugu Pahlawan di Jalan Pahlawan, depan Kantor Gubernur Jatim. Tugu setinggi 41,5 meter ini diresmikan Presiden Soekarno pada 10 November 1952. Di kawasan ini ada Museum Sepuluh Nopember.
Wisata taman
Selain bangunan, Surabaya juga terus menambah taman yang bisa dinikmati warga dan wisatawan. Surabaya dikenal sebagai kota dengan jumlah taman terbanyak di Indonesia. Hingga akhir Mei 2019, Surabaya memiliki 416 taman dengan luas mencapai 122 kilometer persegi atau 34 persen dari luas kota. Tak heran jika Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini disebut ”Wagiman” atau ”Wali Kota Gila Taman”.
Salah satu taman yang terkenal adalah Taman Bungkul. Taman seluas 14.517 meter persegi ini terletak di pusat kota sehingga mudah diakses menggunakan transportasi umum dan kendaraan pribadi. Selain menikmati rindangnya pepohonan di tengah kota, pengunjung juga bisa bercengkerama, berolahraga, dan berselancar di dunia maya berkat dukungan Wi-Fi gratis.
Pada 2013, Taman Bungkul menyabet anugerah internasional Asian Townscape Award sebagai taman terbaik di Asia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Popularitas ikon Surabaya ini cepat melambung tinggi.
Setelah lelah menjelajahi kota, saatnya memanjakan lidah dengan ragam makanan khas. Kudapan legendaris Surabaya seperti rawon bisa dinikmati di beberapa rumah makan, seperti Rawon Pak Pangat, Rawon Nguling, Rawon Setan, Rawon Kalkulator, dan rawon di Depot Anda. Pilihan lain adalah rujak cingur di Achmad Jais dan Rujak Cingur Genteng Durasim yang melegenda.
Pilihan kuliner lain yang dijamin bisa memanjakan lidah adalah soto, seperti Soto Cak Har, Soto Ambengan, Soto Gubeng Pojok, dan Soto Pak Djayus. Ada pula pecel semanggi khas Surabaya yang bisa ditemukan di Taman Bungkul, Pasar Kembang, dan Masjid Nasional Al-Akbar.
Kuliner lain yang patut dicoba adalah Tahu Tek Pak Ali, Sego Sambel Mak Yeye, Depot Bu Rudy, Nasi Cumi Pasar Atom, Sate Kelapa Ondomohen, dan Es Krim Zangrandi. Untuk oleh-oleh khas, antara lain, Sambal Bu Rudy atau Sambal Cuk dan Almond Crispy. Jika Anda termasuk yang mengaku pernah ke Surabaya, tetapi melewatkan tempat ikonik di atas, coba pikir lagi, yakin pernah ke Surabaya?