Harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, masih tinggi meskipun mulai turun sejak tiga hari lalu. Tingginya harga dipicu minimnya pasokan dari daerah sentra penghasil cabai merah di Pulau Jawa. Pedagang mengalami penurunan omzet hingga 50 persen.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, masih tinggi meskipun mulai turun sejak tiga hari lalu. Tingginya harga dipicu minimnya pasokan dari daerah sentra penghasil cabai merah di Pulau Jawa. Pedagang mengalami penurunan omzet hingga 50 persen.
Pantauan di Pasar Raya Padang, pasar terbesar di Kota Padang, Jumat (26/7/2019), cabai merah dijual Rp 60.000 per kilogram. Harga tersebut turun dibandingkan tiga hari lalu yang Rp 65.000 per kilogram. Beberapa hari sebelumnya harga cabai merah bahkan menembus Rp 70.000 per kg.
Harga cabai merah sudah mulai turun tiga hari lalu, tetapi masih tinggi. Dalam situasi normal, harganya hanya berkisar Rp 35.000-Rp 40.000 per kilogram.
Kenaikan harga cabai merah mulai terjadi sekitar sepuluh hari setelah Idul Fitri tahun ini. Menurut sejumlah pedagang, tingginya harga cabai dipicu minimnya pasokan dari Pulau Jawa akibat kemarau. Sebagian besar pasokan cabai merah di Padang bersumber dari luar provinsi, terutama Jawa Tengah.
Enida mengatakan, mahalnya harga cabai merah menurunkan daya beli masyarakat. Jika biasanya pelanggan berbelanja 1 kilogram, sekarang hanya setengah kilogram. Omzetnya pun menurun hingga 50 persen.
”Apalagi, sekarang masanya berdekatan dengan periode anak masuk sekolah dan kuliah. Daya beli masyarakat semakin turun,” ujar Enida.
Hal senada diungkapkan Vera (42), pedagang cabai merah di Jalan Pasar Baru, Pasar Raya Padang. Omzet kiosnya juga berkurang hingga 50 persen karena penurunan daya beli. Permintaan cabai merah ke distributor pun dikurangi menjadi 22 kotak (1 kotak = 30 kilogram) dari biasanya 114 kotak per hari.
Kata orang, harga mahal menguntungkan pedagang. Itu tidak benar. Karena daya beli lesu, perputaran barang lambat. Saya berharap harga cabai kembali normal, terjangkau bagi pelanggan.
Selain pedagang, harga cabai yang mahal juga dikeluhkan ibu-ibu rumah tangga dan pengusaha rumah makan. Oleh sebab itu, agar tidak terlalu berdampak besar bagi ekonomi keluarga ataupun dagangan, mereka bersiasat.
Marlis (64), warga Padang Timur, mengaku mencampur cabai merah dengan tomat saat memasak. Dengan campuran tomat, cabai merah yang terpakai tidak terlalu banyak meskipun rasanya agak berbeda.
Sementara itu, Kartini (54), warga Padang Barat, beberapa minggu belakangan lebih sering memasak gulai ketimbang masakan goreng. Menurut dia, kebutuhan cabai merah untuk gulai lebih sedikit dibandingkan dengan masakan goreng.
”Bagaimana lagi. Ini karena harga cabai merah terlampau tinggi. Mudah-mudahan pemerintah dapat segera menurunkan harga cabai. Repot juga mengatur keuangan, kebutuhan rumah tangga tidak hanya cabai,” ujar Kartini.
Adapun Anaswen (50), pedagang rumah makan Ampera di Pasar Raya Padang, terpaksa menaikkan harga jual sejak beberapa hari terakhir. Harga satu porsi nasi dengan lauk naik menjadi Rp 17.000 dari sebelumnya Rp 15.000.
”Kalau cabainya yang dikurangi, rasanya tidak enak. Pelanggan akan pergi. Saat harga dinaikkan, banyak pelanggan kaget. Ada yang paham, ada yang tidak. Sejak harga naik, pelanggan nasi berkurang. Semoga harga cabai kembali normal sehingga harga nasi saya turun kembali,” kata Anaswen.