Sepi Penumpang, Sejumlah Penerbangan di Kertajati Ditutup
Sejumlah rute penerbangan di Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka ditutup sementara karena sepi penumpang. Berakhirnya masa liburan dan minimnya sarana pendukung diduga ikut menjadi pemicu.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Sejumlah rute penerbangan di Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka ditutup sementara karena sepi penumpang. Berakhirnya masa liburan dan minimnya sarana pendukung diduga ikut menjadi pemicu.
Mulai Jumat (26/7/2019), maskapai Citilink menutup sementara tiga rute penerbangan dari dan menuju Bandara Kertajati. Rute itu adalah Denpasar-Kertajati, Palembang-Kertajati, serta Kualanamu-Kertajati.
”Penutupan rute ini dilakukan berdasarkan evaluasi bahwa saat ini sedang low season. Akibatnya, okupansi penumpang di rute tersebut di bawah target kami sekitar 75 persen,” ujar Fariza Astriny, Senior Manager Corporate Communications Citilink.
Fariza belum dapat memastikan kapan Citilink kembali melayani rute yang ditutup sementara tersebut. Menurut dia, sebagai maskapai berbiaya rendah premium di Indonesia, Citilink selalu mengevaluasi setiap rute.
”Adapun rute Pekanbaru-Kertajati dan sebaliknya serta Surabaya-Kertajati dan sebaliknya yang dilayani Citilink tetap beroperasi,” katanya.
Sebagai maskapai berbiaya rendah premium di Indonesia, Citilink selalu mengevaluasi setiap rute.
Citilink termasuk lima maskapai yang mendapatkan izin Kementerian Perhubungan untuk beroperasi di Bandara Kertajati per 30 Juni 2019. Maskapai lainnya adalah Garuda Indonesia, AirAsia, Lion Air, dan Xpress Air. Namun, Xpress Air yang dijadwalkan mengudara mulai 8 Juli hingga kini belum beroperasi.
Adapun rute penerbangan yang dilayani menuju 12 kota, yakni Denpasar, Surabaya, Medan, Palembang, Pekanbaru, Makassar, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, dan Lombok. Rute itu merupakan pindahan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung.
Sesuai izin, bandara seluas 1.800 hektar itu dapat melayani 48 frekuensi penerbangan mendarat ataupun lepas landas setiap hari dari pukul 06.00 hingga 21.00. Namun, menurut Direktur PT Bandara Internasional Jabar (BIJB) Muhamad Singgih, setiap hari, rata-rata terdapat 30 pergerakan pesawat di Kertajati.
Penutupan sementara sejumlah rute yang dilayani Citilink, lanjutnya, karena masa libur sekolah sudah selesai sehingga peminatnya berkurang. Di sisi lain, rute menuju Denpasar juga dioperasikan maskapai lain, seperti Lion Air, AirAsia, dan Garuda Indonesia. Begitu pula Kualanamu yang juga dilayani Lion Air.
”Sejak 30 Juni hingga 25 Juli, Bandara Kertajati sudah melayani 86.166 penumpang. Artinya, setiap hari ada 3.000 sampai 4.000 penumpang yang mendarat dan terbang di Kertajati. Tingkat keterisian penumpang di pesawat rata-rata 70 persen,” ungkap Singgih.
Singgih optimistis, Kertajati dapat mengurangi beban penerbangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Bandara Husein Sastranegara. Menurut dia, potensi pasar penumpang Kertajati mencapai 15 juta orang yang tersebar di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan (Ciayumajakuning), Subang, Purwakarta, Sumedang, serta Tegal dan Brebes (Jawa Tengah).
Adapun calon penumpang dari Bandung Raya, lanjutnya, mendapatkan kemudahan akses ke Kertajati dengan bus Damri gratis. Pemerintah pusat telah menjamin hal itu sembari menunggu Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) rampung tahun depan. Tol Cisumdawu dapat memangkas waktu dari Bandung ke Kertajati dari 2,5 jam menjadi kurang dari 1 jam.
”Kami juga sudah bekerja sama dengan industri perhotelan di kawasan Ciayumajakuning untuk memberikan diskon hingga 40 persen bagi penumpang yang memanfaatkan Bandara Kertajati,” kata Singgih. Saat ini, hotel berbintang terdekat berjarak 30 kilometer dari Bandara Kertajati.
Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Jabar Budijanto Ardiansjah menilai, salah satu alasan penutupan rute penerbangan oleh maskapai karena belum tersedianya sarana pendukung seperti hotel di sekitar Bandara Kertajati. Selain itu, Tol Cisumdawu juga belum beroperasi.
”Aksesibilitas dan sarana pendukung ini yang harus dikebut. Kalau tidak, calon penumpang yang banyak berasal dari Bandung Raya akan memilih berangkat dari Jakarta,” ujarnya.