Daya Tarik Indonesia Masih Besar
JAKARTA, KOMPAS
Indonesia masih memiliki daya tarik besar di mata investor. Hal ini antara lain tercermin dari aliran dana ke instrumen portofolio di pasar keuangan dan pasar modal.
Daya tarik ini berupa prospek pertumbuhan ekonomi yang positif. Jika kinerja ekonomi dipertahankan, hasil yang positif dapat berdampak pada semester II-2019.
Berdasarkan data Bank Indonesia, aliran modal asing ke instrumen portofolio pada awal Januari-25 Juli 2019 sebesar Rp 192,5 triliun. Dana ini masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 119,3 triliun, dan pasar saham Rp 72,2 triliun. Adapun sisanya, sekitar Rp 1 triliun, dikelola dalam bentuk surat berharga BI (SBI).
“Selain imbal hasil portofolio Indonesia masih menarik, aliran modal asing ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dan proyeksi kebijakan ekonomi Indonesia,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
aliran modal asing ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dan proyeksi kebijakan ekonomi Indonesia
Dalam kesempatan terpisah, ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, David Sumual, menilai, aliran modal asing ke instrumen portofolio merupakan cermin kepercayaan investor terhadap stabilitas dan kondisi perekonomian Indonesia.
“Faktornya adalah sentimen positif dari data-data ekonomi domestik. Selain posisi cadangan devisa positif di bulan Juni, tingkat inflasi Juli diprediksi masih akan lebih rendah dibanding bulan Juni,” katanya.
Cadangan devisa per akhir Juni 2019 sebesar 123,823 miliar dollar AS, meningkat dibandingkan per akhir Mei 2019 yang 120,347 miliar dollar AS.
Inflasi tahunan per Juni 2019 sebesar 3,28 persen. Adapun nilai tukar berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate per Jumat Rp 14.001 per dollar AS.
Menurut David, posisi cadangan devisa masih bergantung pada arus keluar dan arus masuk modal asing ke pasar modal domestik. Sementara, sentimen global sangat dinamis, terutama terkait ketegangan perang dagang dan geopolitik.
Sejauh ini, kondisi perekonomian Indonesia secara fundamen aman, yang ditandai dengan inflasi dan nilai tukar rupiah yang terjaga.
“Meskipun suku bunga acuan BI turun, investor asing masih menganggap imbal hasil SBN Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan imbal hasil surat utang dari negara-negara maju,” kata David.
Rapat Dewan Gubernur BI pada 18 Juli 2019 menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,75 persen.
Menurut Perry, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia diharapkan mendorong kinerja neraca pembayaran Indonesia pada triwulan II-2019. Neraca pembayaran ditopang surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Sejak triwulan IV-2011, transaksi berjalan Indonesia defisit. Transaksi finansial yang surplusnya bisa menutup defisit transaksi berjalan akan membuat neraca pembayaran menjadi surplus.
Pada triwulan I-2019, transaksi berjalan yang defisit 6,966 miliar dollar AS ditutup transaksi finansial yang surplus 10,051 miliar dollar AS. Dengan tambahan transaksi modal dan selisih perhitungan, neraca pembayaran surplus 2,419 miliar dollar AS.
Pada 2018, transaksi berjalan defisit 31,051 miliar dollar AS. Pada tahun itu, transaksi finansial surplus 25,219 miliar dollar AS. Nilai surplus transaksi finansial tidak bisa menutup defisit transaksi berjalan, sehingga neraca pembayaran Indonesia 2018 defisit 7,131 miliar dollar AS.
Dana keluar
Untuk menghindari aliran dana asing keluar dari pasar modal dan pasar keuangan Indonesia, analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga berpendapat, pemerintah perlu mendorong kepemilikan investor asing pada SBN di seri-seri tenor panjang. Selain itu, pemerintah mesti mengkaji lagi porsi kepemilikan asing pada seri SBN tenor pendek dan tenor panjang.
“Kalau lebih banyak seri tenor pendek, artinya investor asing belum sepenuhnya tenang dengan kondisi pasar dan tetap ada potensi keluar,” ujarnya. (DIM)