Jalan Masuk Pelatnas
Kejuaraan Nasional Atletik menjadi ajang persaingan terbuka para atlet untuk masuk tim nasional. Saat ini, prioritas PB PASI adalah atlet yang lahir antara tahun 2002 hingga 2004.
JAKARTA, KOMPAS – Atlet-atlet muda atletik akan berjuang menunjukan mereka layak masuk pemusatan latihan nasional dalam Kejuaraan Nasional Atletik di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 1-7 Agustus 2019. PB PASI pun akan memantau bakat-bakat muda atletik itu dengan menurunkan 10 orang pemantau.
Cabang atletik, kini memiliki banyak atlet muda potensial di pelatnas. Mereka baru saja bersaing di ASEAN School Games 2019 di Semarang, Jawa Tengah. Namun, posisi mereka bisa digusur oleh atlet-atlet daerah jika kalah bersinar saat kejuaraan nasional.
Sistem promosi degradasi itu menjadi ultimatum bagi sejumlah atlet, termasuk pelari gawang putri Liza Putri Ramandha (17), dan pelompat jauh putra Ahmad Ambali Sukur (17). Di ASEAN School Games, Liza meraih perunggu dengan waktu 14,58 detik, sedangkan Sukur mendapat emas dengan lompatan 7,38 meter.
Namun, catatan mereka jauh di bawah rekor terbaiknya. Catatan waktu terbaik Liza adalah 14,34 detik ketika meraih emas di Kejuaraan Atletik Antar PPLP 2018. Adapun lompatan terbaik Sukur adalah 7,65 meter ketika meraih emas di ASEAN School Games 2018 yang menjadi rekor nasional remaja.
Pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi menuturkan, hasil yang dicapai Liza sangat buruk. Sebab, pasca ASEAN School Games 2019, ia sudah mulai tampil di kategori yunior. Artinya, ketinggian gawangnya akan meningkat dari 76 sentimeter di level remaja menjadi 84 cm di level yunior maupun senior.
Seharusnya, Liza sudah bisa berlari di bawah 14 detik di level remaja, supaya di level yunior dia tidak kesulitan mencapai waktu di bawah 15 detik.
Melihat kondisinya, Liza diprediksi kesulitan mencapai waktu di bawah 15 detik di level yunior. Grafiknya sangat timpang dibanding capaian pelari gawang elite Emilia Nova saat di level yunior. Emilia bisa berlari 13,69 detik di level yunior yang merupakan rekor nasional yunior saat ini.
”Dia akan saya evaluasi dalam tiga kejuaraan ke depan, termasuk di Kejurnas. Kalau waktunya tidak membaik, terpaksa dia saya coret. Saya harap ini bukan jadi beban melainkan jadi motivasi atlet untuk menjadi lebih baik,” ujar Ongky.
Tim khusus
Persaingan di kejuaraan nasional itu akan dipantau oleh PB PASI melalui tim pemantau khusus yang terdiri atas 10 orang dari perwakilan sejumlah disiplin lomba. Selain untuk regenerasi, atlet-atlet itu juga disiapkan untuk memperkuat Indonesia yang akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2020 yang direncanakan digelar di Jawa Tengah.
Salah satu dari 10 tim pemantau itu adalah asisten pelatih sprint PB PASI Farrel Octaviandi mengatakan, ada kriteria khusus yang diminta dalam mencari atlet-atlet potensial itu, antara lain rekam jejak prestasi, teknik berlari, hingga postur tubuh. Atlet-atlet muda yang dicari tidak mesti selalu juara. Mereka boleh jadi hanya peraih peringkat kedua, ketiga, bahkan keempat. Tetapi, atlet bersangkutan haruslah punya teknik yang sudah baik dan postur ideal.
Bagi pelatih, atlet seperti itu masih bisa dibentuk dan dikembangkan lebih baik lagi, walaupun saat ini mungkin jarang juara. Sebab, mungkin saja itu karena latihan yang didapatnya di daerah kurang optimal.
”Kami berusaha mencari atlet yang mirip-mirip Lalu Muhammad Zohri, yakni punya teknik berlari alami yang sudah baik, seperti langkah panjang, paha selalu naik ke atas, frekuensi lari cepat, serta punya postur ideal, yakni tinggi sekitar 172 sentimeter dan berat 60-an kilogram,” ujar Farrel di sela latihan tim atletik di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Adapun atlet yang dicari adalah kelahiran 2002-2004 untuk menyesuaikan ajang Kejuaraan Asia Tenggara Atletik Remaja 2020 yang memperlombakan atlet-atlet berusia di bawah 18 tahun. Kehadiran mereka sangat penting untuk memperkuat Indonesia di kejuaraan tahunan tersebut.
Apalagi, saat ini pelatnas sprint PB PASI hanya punya tiga atlet kelahiran 2002-2004. ”Nantinya, atlet-atlet potensial itu dikumpulkan ke pelatnas. Mereka mendapatkan kesempatan percobaan di pelatnas hingga dua tahun,” kata Farrel yang asli Binjai, Sumatera Utara, dan anggota tim estafet 4x100 meter Indonesia ketika meraih emas di SEA Games 2011.
Pelatih lompat jauh PB PASI Arya Yuniawan Purwoko menuturkan, dirinya juga jadi pemantau atlet potensial untuk nomor lompat jauh. Ia menerapkan kriteria khusus untuk atlet-atlet baru yang ingin bergabung di pelatnas. Tak hanya melihat prestasi atau jauh lompatan, ia juga mengutamakan semangat juang, agresifitas, sikap, teknik, dan postur atlet.
”Semangat juang maupun agresifitas ini sangat penting di lompat jauh. Kalau kurang motivasi, bagaimana atlet mau berkembang walaupun sudah diberikan bekal ilmu yang cukup,” ujar Arya.
Sudah mengantongi nama
Adapun Arya sudah mengantongi tiga nama atlet lompat jauh yang ingin direkrutnya ke pelatnas, yakni satu putri asal Banten, satu putri dari Jawa Timur, dan satu putra dari Jawa Tengah. Dua atlet putri itu sudah dipantau sejak tahun lalu. Sementara itu, atlet putra baru dipantau di Kejuaraan Jawa Tengah Terbuka 2019 lalu.
”Saya mau amati lagi mereka di Kejurnas Atletik ini. Kalau memang kemampuannya stabil, bahkan meningkat, saya tidak ragu untuk merekrutnya,” ujar pelatih asal Mataram, Nusa Tenggara Barat itu.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengutarakan, dirinya juga sudah mengantongi sedikitnya lima sprinter muda potensial untuk memperkuat pelatnas. Mereka terdiri atas tiga pelari putra dan dua pelari putri.
”Saya harap performa mereka stabil, bahkan meningkat saat Kejurnas Atletik nanti, sehingga mereka benar-benar dinilai pantas masuk pelatnas. Dan kalau bisa, tidak hanya lima itu yang muncul. Lebih banyak yang muncul, lebih baik. Supaya regenerasi kita terus jalan dan tidak bergantung dengan beberapa pelari saja, seperti sekarang sangat bergantung pada Zohri,” kata Pelatih Atletik Terbaik Asia 2019 itu.
Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung menyampaikan, PB PASI sudah meminta tim pelatih memantau sejumlah atlet muda potensial pada Kejuaraan Antar-Pemusatan Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) 2019 di Bangka, Maret. Hasilnya, terdeteksi sedikitnya 20 atlet yang berpotensi masuk pelatnas.
Sebagian atlet turun di nomor lari jarak pendek. Di dunia atletik, perekrutan atlet muda umumnya memprioritaskan nomor lari jarak pendek sebagai dasar dari nomor lain. ”Jika atlet punya dasar lari jarak pendek yang baik, mereka mudah diarahkan mengambil spesialisasi lari jarak pendek, menengah, jauh, nomor-nomor lompat dan loncat, serta dasalomba,” ujar Tigor.
Namun, para atlet itu belum direkrut dan akan tampil membela daerahnya pada Kejurnas Atletik dahulu. Hal itu untuk memastikan mereka benar-benar pantas ditarik ke pelatnas. ”Saya berharap ada tambahan hingga 40 atlet muda yang ditarik ke pelatnas. Mereka akan mengikuti pelatnas dalam rentang waktu tertentu. Tim pelatih akan melihat grafiknya, juga memastikan mereka bisa permanen atau tidak di pelatnas,” tegas Tigor.
Kejurnas Atletik 2019 akan diikuti oleh atlet remaja, yunior, senior daerah, hingga atlet-atlet pelatnas. Ajang itu sekaligus menjadi ajang promosi-degradasi bagi atlet-atlet yang ada di pelatnas. Atlet pelatnas yang performanya buruk berpeluang untuk dipulangkan, dan diganti atlet baru. ”Ini sekaligus menjadi tantangan untuk atlet pelatnas agar tetap menunjukkan kemampuan terbaiknya,” ujar Tigor.