Dari sepuluh kali penyelenggaraan ASEAN Schools Games, Indonesia baru sekali menjadi juara umum. Di "Kota Lumpia" Semarang, Jawa Tengah, raihan juara umum untuk kedua kali pun diraih berkat dedikasi para atlet belia dan dukungan suporter yang militan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
Dari sepuluh kali penyelenggaraan ASEAN Schools Games, Indonesia baru sekali menjadi juara umum. Di "Kota Lumpia" Semarang, Jawa Tengah, raihan juara umum untuk kedua kali pun diraih berkat dedikasi para atlet belia dan dukungan suporter yang militan.
Pada gelaran ASEAN Schools Games (ASG) 2019, Indonesia sukses mendominasi perolehan medali. Total, 102 emas didapat, dengan rincian 43 emas, 34 perak, dan 25 perunggu. Ini raihan terbaik Indonesia sepanjang perhelatan ASG, dari perolehan emas maupun medali.
Dengan hasil itu, Indonesia mengalahkan Thailand yang menempati peringkat dua pada daftar perolehan medali, dengan 33 emas, 31 perak, dan 35 perunggu. Sementara Malaysia ada di peringkat tiga setelah mengumpulkan 18 emas, 25 perak, dan 34 perunggu.
Sebelumnya, raihan emas terbanyak Indonesia didapat pada 2012, ketika untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah ASG, di Kota Surabaya, Jawa Timur. Saat itu, Indonesia meraih 22 emas, tetapi gagal menjadi juara umum karena kalah dari Thailand yang mendapat 38 emas.
Sementara dari perolehan keseluruhan medali, Indonesia pernah mendapat total 99 medali, yakni pada ASG 2016 di Chiang Mai, Thailand. Kendati demikian, saat itu Indonesia lagi-lagi hanya menempati peringkat dua, dengan 30 emas, di bawah tuan rumah dengan 56 emas.
Adapun gelar juara umum pertama Indonesia pada ajang tahunan itu terjadi pada 2015, ketika digelar di Bandar Seri Begawan, Brunei. Saat itu, Indonesia memeroleh 59 medali, dengan rincian 25 emas, 24 perak, dan 20 perunggu. Malaysia di peringkat 2 dan Thailand di posisi 3.
Oleh karena itu, capaian pada ASG 2019 di Semarang menjadi ukiran sejarah baru bagi Indonesia. "Ini capaian terbesar selama 11 kali penyelenggaraan. Saya mengapresiasi kerja keras 178 atlet. Dedikasi mereka luar biasa," kata Ketua Kontingan (CdM) Indonesia pada ASG 2019, Yayan Rubaeni, Selasa (23/7/2019) malam.
Menurut Yayan, kerja keras para atlet berbuah manis, sebuah torehan membanggakan. Bukan hanya bagi mereka sendiri dan keluarga, tetapi juga seluruh anak di Indonesia. Cerita kesuksesan mereka di arena bertanding menjadi inspirasi bagi semua.
Mereka merupakan aset-aset bangsa, yang dalam tiga hingga empat tahun ke depan akan menjadi tulang punggung prestasi olahraga Indonesia. "Kami akan bangun sinergi untuk mengawal pertumbuhan serta pencapaian prestasi mereka," kata Yayan.
Guna mendukung itu, kata Yayan, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan melakukan pendampingan sentra-sentra pembinaan atau tempat berlatih para atlet. Juga, penyediaan fasilitasi kompetisi bagi para atlet, agar semakin matang di arena.
Mereka merupakan aset-aset bangsa, yang dalam tiga hingga empat tahun ke depan akan menjadi tulang punggung prestasi olahraga Indonesia.
Renang terbanyak
Pencapaian memukau Indonesia pada ASG 2019 merupakan akumulasi raihan medali demi medali di sejumlah cabang unggulan, seperti renang dan atletik. Tak hanya itu, sejumlah cabang yang semula tidak dijagokan, seperti sepak takraw, pun turut berkontribusi menyumbang emas.
Renang menjadi penyumbang medali terbanyak Indonesia dengan 13 emas, 15 perak, dan 11 perunggu. Hasil tersebut melebihi target 12 emas yang dibebankan. Apalagi, renang tak dalam kekuatan penuh, setelah andalan Indonesia, Azzahra Permatahani tak bisa turun.
Di ASG 2019, perenang putri spesialis gaya dada, Adelia, menyumbang empat emas yakni pada nomor 50 meter, 100 meter, dan 200 meter serta estafet 4x100 meter gaya ganti putri. "Di perorangan, sebenarnya hanya targetkan satu emas, tetapi ternyata saya mampu lebih," ujar Adelia.
Sementara itu, cabang atletik menyumbang 11 emas, delapan perak, dan lima perunggu. Hasil tersebut juga melebihi target delapan emas yang dibebankan kepada tim. Adapun bulutangkis untuk pertama kalinya menyapu bersih semua emas, yakni tujuh medali emas di ASG 2019.
Sepak takraw, meski hanya satu emas (nomor double putra) dan satu perak (tim putra), menorehkan catatan khusus. "Ini pertama kalinya sepak takraw mendapat emas. Setelah Asian Games berhasil, ASG juga. Kini kita percaya diri bisa bersaing dengan Thailand," kata Yayan.
Yayan menambahkan, pihaknya juga mengapresiasi cabang atletik. Dari 11 emas, delapan perak, dan lima perunggu yang didapat, para atlet memecahkan rekor nasional pada sembilan nomor. Bahkan, dua nomor di antaranya juga memecahkan rekor ASG.
Dukungan suporter
Pencapaian Indonesia di ASG 2019 juga tak terlepas dari suporter yang tak henti-hentinya memberi dukungan. Seperti pada final bulutangkis, Selasa (23/7), sejumlah penonton yang mayoritas pelajar, memadati tribun di GOR Universitas Semarang (USM).
Pada lima final yang dimainkan hari itu, terjadi tiga All Indonesian Final, sedangkan dua lainnya, yakni tunggal putri dan ganda putra, wakil Indonesia menghadapi Thailand. Setiap kok dikembalikan atlet Indonesia, suporter berteriak "eaa". Saat lawan mengembalikannya, para penonton meneriakkan "huu".
Antusiasme penonton itu menjadi pemacu semangat Aisyah Fatetani, tunggal putri Indonesia, yang menghadapi Natchananpon Roongpiboonsopit. “Harapan saya untuk membuat Indonesia Raya berkumandang terwujud. Selanjutnya, target saya bisa menjuarai grand prix junior,” kata siswi kelas XII SMA Kanisius, Kudus itu.
Dengan meraih gelar juara umum kedua kalinya, Indonesia menyalip Vietnam yang baru sekali melakukannya, serta mendekati Malaysia yang sudah tiga kali juara ASG. Adapun Thailand sudah lima kali menjadi juara umum. Dengan perjuangan keras serta konsistensi, bukan tak mungkin di kemudian hari Indonesia yang merajai ASG.