Kerugian Garuda Indonesia Berlanjut di 2018
JAKARTA, KOMPAS
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk rugi 175 juta dollar AS pada 2018. Kerugian ini disebutkan dalam laporan keuangan yang disajikan kembali setelah direvisi.
Revisi dilakukan atas permintaan Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Sebelum direvisi, laporan keuangan Garuda Indonesia menunjukkan laba 5 juta dollar AS pada 2018.
Dengan demikian, kerugian maskapai BUMN tersebut berlanjut. Pada 2017, Garuda Indonesia rugi 67,6 juta dollar AS atau sekitar Rp 923 miliar berdasarkan nilai tukar saat itu.
Adapun kerugian pada 2018 yang sebesar 175 dollar AS tersebut setara dengan Rp 2,45 triliun berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Jumat (26/7/2019).
"Penyajian kembali laporan keuangan ini salah satunya berdasarkan surat Otoritas Jasa Keuangan tentang sanksi administratif atas pelanggaran peraturan perundang-undang di bidang pasar modal," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal dalam konferensi pers di Cengkareng, Tangerang, Banten, Jumat.
Laba yang berubah menjadi rugi pada laporan keuangan yang direvisi terjadi karena perubahan sejumlah pos. Perubahan itu, antara lain, pendapatan/beban lain-lain bersih yang dialami Garuda Indonesia pada 2018 terkoreksi 239,94 juta dollar AS.
Di laporan keuangan sebelumnya, pendapatan lain-lain bersih Garuda Indonesia 278,8 juta dollar AS. Namun, setelah direvisi, angkanya anjlok menjadi 38,9 juta dollar AS.
Total aset Garuda Indonesia juga terkoreksi 204 juta dollar AS, dari 4,371 miliar dollar AS menjadi 4,167 miliar dollar AS. Adapun ekuitas Garuda Indonesia terkoreksi 180 juta dollar AS, dari 910,2 juta dollar AS menjadi 730,1 juta dollar AS.
Dibatalkan
Penyajian kembali laporan keuangan juga menyatakan, Garuda Indonesia membatalkan kontrak dengan PT Mahata Aero Teknologi. Nilai kontraknya sekitar 239 juta dollar AS.
Kontrak dengan PT Mahata Aero Teknologi tersebut menjadi permasalahan dalam laporan keuangan Garuda Indonesia 2018. Kontrak tersebut merupakan piutang Garuda Indonesia, namun dimasukkan ke dalam perhitungan laba.
Menurut Fuad, pencatatan piutang dalam pendapatan itu untuk menunjukkan kinerja kontribusi pendapatan pendukung. "Maskapai asing angkanya sudah berkisar 10-15 persen, sedangkan Garuda sekitar 5 persen," katanya.
Turun
Penyajian ulang laporan keuangan Garuda Indonesia diunggah di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia.
Pada perdagangan Jumat, harga saham Garuda turun 1,52 persen ke posisi Rp 390 per lembar.
Fuad menyatakan, Garuda Indonesia optimistis dapat membukukan laba 70 juta dollar AS pada tahun ini. "Salah satunya dengan efisiensi bahan bakar dan operasional rute penerbangan," katanya.
Berdasarkan data BEI, harga saham Garuda Indonesia pada penawaran perdana tahun 2011 ditetapkan pemerintah sebesar Rp 750 per lembar. Per akhir Desember 2018, pemerintah RI menjadi pemegang saham terbesar Garuda Indonesia, dengan kepemilikan 60,54 persen. Adapun sisanya dimiliki PT Trans Airways (25,62 persen) dan publik (13,85 persen).
Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, mengatakan, manajemen Garuda Indonesia harus berupaya meyakinkan investor. Perseroan mesti menunjukkan keseriusan dalam membenahi kinerja mereka yang terus menjadi sorotan publik. (DIM/JUD)