Produksi minyak kelapa sawit mentah atau CPO diperkirakan bertambah pada tahun ini. Oleh karena itu, permintaan dalam negeri perlu didorong agar tidak terjadi kelebihan produksi, yang dapat berdampak pada pembentukan harga.
Oleh
Ferry Santoso
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produksi minyak kelapa sawit mentah atau CPO diperkirakan bertambah pada tahun ini. Oleh karena itu, permintaan dalam negeri perlu didorong agar tidak terjadi kelebihan produksi, yang dapat berdampak pada pembentukan harga.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono di Jakarta, Jumat (26/7/2019). ”Tahun 2019, diperkirakan ada tambahan produksi 4 juta ton. Biasanya tambahan produksi hanya sekitar 2 juta ton,” kata Joko. Penambahan produksi yang lebih besar diperkirakan akan terus terjadi hingga 3-5 tahun mendatang. Produksi minyak sawit tahun 2018 43 juta ton.
Kelebihan produksi, kata Joko, dapat terjadi karena akumulasi produksi dari tanaman sawit yang ditanam sekitar 15 tahun lalu. ”Tanaman sawit yang ditanam 15 tahun lalu, kan, produktif,” katanya.
Oleh karena itu, selain pasar ekspor, menurut Joko, permintaan minyak sawit di dalam negeri perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat berdampak pada pembentukan harga yang rendah. Dengan demikian, kelebihan produksi dapat juga diserap di dalam negeri.
Untuk memaksimalkan penyerapan minyak sawit di dalam negeri, menurut Joko, pemerintah perlu mendorong agar penggunaan minyak sawit pada pembangkit listrik yang sudah dapat menggunakan minyak sawit, segera direalisasikan.
Joko menambahkan, kebutuhan CPO untuk pembangkit listrik diperkirakan 3 juta ton per tahun. Namun, diperlukan jaminan regulasi dari pemerintah terkait subsidi dari dana pengelolaan perkebunan kelapa sawit jika harga minyak sawit melebihi harga solar. Jaminan dapat menjamin pasokan.
Selain itu, lanjut Joko, percepatan program penggunaan solar dengan campuran minyak sawit sebesar 30 persen perlu dipercepat. Kebutuhan minyak sawit untuk program B 30 mencapai 9 juta ton per tahun.
Upaya lain untuk mengurangi laju produksi, menurut Joko, adalah program penanaman kembali. Jika penanaman kembali dilakukan secara serius dengan target 200.000 hektar per tahun, diperkirakan ada pengurangan produksi minyak sawit sebesar 600.000 ton.
B20
Executive Vice President Corporate Communication dan CSR PT PLN (persero) Dwi Suryo mengatakan, sejak Pertamina meluncurkan produk B20, sejumlah pembangkit listrik sudah menggunakan B20. Mandatori B20 adalah pencampuran 20 persen biodiesel ke dalam setiap liter solar.
Terkait penggunaan CPO untuk pembangkit listrik, menurut Dwi, tidak mudah mengubah penggunaan bahan bakar minyak sawit pada mesin pembangkit. Ibarat kendaraan yang menggunakan solar tidak serta-merta dapat diganti dengan bahan bakar minyak sawit.
Namun, lanjut Dwi, di Belitung (Bangka Belitung), pemerintah daerah melalui badan usaha milik daerah sudah membuat pembangkit sebesar 5 megawatt dengan bahan bakar minyak sawit yang murni atau B100. Diperkirakan pada Agustus mendatang pembangkit sudah beroperasi dan listrik yang dihasilkan dijual pada PLN.