LUBUK PAKAM, KOMPAS – Balap reli berskala internasional, Asia Pacific Rally Championship (APRC) Asia Cup digelar di lintasan perkebunan sawit Rambong Sialang, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Sebanyak 62 pereli dilepas dari Lubuk Pakam, Jumat (26/7/2019). Mereka akan bertanding pada Sabtu dan Minggu (27-28/7/2019).
“Reli APRC Asia Cup ini sebagai tanda kebangkitan kembali reli Indonesia, khususnya reli Sumatera Utara. Ini juga akan kami rancang menjadi sport tourism di Sumatera Utara,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat melepas para pereli.
Edy mengatakan, reli di Sumatera Utara pernah berjaya, sehingga menjadi tuan rumah World Rally Championship (WRC) pada tahun 1996 dan 1997. Karena itu, APRC ini akan menjadi momentum membangkitkan kembali reli di Indonesia.
Ketua Ikatan Motor Indonesia Sumatera Utara Faisal Arif Nasution mengatakan, APRC Asia Cup tersebut diikuti 62 peserta. Sebanyak 26 peserta dari Sumut, 17 dari Jakarta, empat dari Sulawesi Selatan, empat dari Kalimantan Selatan, lima dari Jawa Barat, dua dari Jawa Timur, dan dua dari Banten. “Satu pebalap lainnya berasal dari Italia yakni Fabio Frisiero yang didampingi navigator Gionvanni Aqnese,” kata Faisal.
Sejumlah pereli nasional pun ikut dalam APRC tersebut, seperti Rizal Sungkar, Harun Nasution, dan Erwin Mancha. Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah juga turut dalam perlombaan itu.
Faisal mengatakan, reli tersebut digelar di lintasan perkebunan sawit Rambong Sialang. Para pereli akan menjajal 10 special stage dalam dua hari dengan total jarak keseluruhan 169,53 kilometer. “Para pereli akan menjalani lintasan yang sangat bervariasi,” kata Faisal.
Musa Rajekshah, mengatakan, APRC terakhir sekali dilaksanakan di Indonesia sepuluh tahun lalu di Sulawesi Selatan. Ia berharap, ke depan, Indonesia bisa menjadi tuan rumah. Namun, menurut Musa, perlu dibenahi beberapa hal seperti lintasan, keamanan, keselamatan, fasilitas penyelamatan helikopter, dan rumah sakit.
“Di Sumatera Utara bahkan sudah pernah digelar World Rally Championship (WRC) pada tahun 1996 dan 1997. Saya menjadi salah satu peserta ketika itu. Para pereli dari berbagai negara sangat menikmati lintasan di Sumut karena sangat bervariasi mulai dari kebun sawit, karet, hingga kebun teh,” kata Musa.
Musa mengatakan, para produsen ban sangat tertantang dengan kondisi lintasan yang sangat bervariasi mulai dari tidak licin, licin, hingga sangat licin. Reli Indonesia yang sedang bangkit ketika itu, akhirnya runtuh karena kerusuhan politik 1998. “Sejumlah kejuaraan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari dipindahkan ke China,” kata Musa.
Perwakilan Federasi Otomotif Internasional (FIA) Vicky Chandhok mengatakan, Indonesia sangat berpotensi menjadi tuan rumah WRC. “Indonesia punya alam yang sangat indah yang sangat menarik untuk kejuaraan reli,” katanya.