BRI Anggarkan Rp 4,5 Triliun untuk Transformasi Digital
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk fokus memacu transformasi layanan dari konvensional menjadi digital pada tahun ini. Layanan terpadu berbasis aplikasi terus dimatangkan untuk menjaring nasabah muda. Investasi transformasi digital ini mencapai Rp 4,5 triliun.
Direktur Bidang Jaringan dan Layanan Bank Rakyat Indonesia Osbal Saragi Rumahorbo mengatakan, target nasabah ke depan akan diremajakan. Nasabah yang dijaring tidak hanya berusia di atas 45 tahun, tetapi juga berusia 20-39 tahun. Peluang bisnis dari nasabah muda itu mesti ditangkap karena generasi mereka akan mendominasi masa depan.
“Semua produk kami arahkan ke layanan berbasis digital. Nasabah muda itu intinya butuh cepat dan nyaman,” kata Osbal dalam jumpa media di Denpasar, Bali, Sabtu (28/7/2019) malam.
Osbal mengatakan, layanan berbasis digital kini tersedia dalam aplikasi BRI Mobile yang memuat sekitar 100 fitur. Beberapa fitur baru yang jadi unggulan, antara lain pembukaan rekening secara daring, pengajuan pinjaman, pembayaran belanja daring, fasilitas kredit perumahaan, kredit mobil, asuransi, hingga pembelian saham.
Selain berbasis aplikasi, akses layanan transfer, setor, dan tarik tunai diakomodasi lewat mesin ATM. Fasilitas itu merespons aspek kemudahan yang diinginkan nasabah muda. Transformasi digital juga berlaku di internal korporasi melalui standardisasi sistem teknologi informasi dan peningkatan jumlah teller dan customer service usia muda.
“Saat ini porsi nasabah Bank BRI masih didominasi orang tua, porsi nasabah milenial hanya sekitar 30 persen. Peluang meningkatkan jumlah nasabah muda masih sangat terbuka,” kata Osbal.
Menurut Osbal, pengalaman pelanggan jadi kunci transformasi Bank BRI. Layanan untuk nasabah muda harus mengakomodasi semua kebutuhan. Harapannya, ketika mereka semakin produktif dan saldo tabungan naik, mereka tidak pindah ke lain bank. Investasi transformasi digital untuk tahun 2019 ini sekitar Rp 4,5 triliun.
Transformasi digital, kata Osbal, akan berimas ke efisiensi perusahaan. Bank BRI melakukan moratorium pembangunan gedung kantor baru mulai tahun 2019, dan belum ditentukan kapan moratorium itu dicabut. Jumlah mesin pembaca data elektronik (EDC) juga dikurangi karena mayoritas transaksi sudah berbasis aplikasi.
Daerah terpencil
Osbal menambahkan, nasabah muda yang dibidik bukan hanya yang tinggal di perkotaan. Mereka yang bermukim di pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir juga dijaring. Potensi nasabah muda di daerah itu cukup besar karena mereka sudah memiliki telepon pintar dan terjamah jaringan internet. Langkah ini juga untuk mendorong inklusi keuangan.
Nasabah muda yang dibidik bukan hanya yang tinggal di perkotaan. Mereka yang bermukim di pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir juga dijaring
“Kami akan dibantu oleh agen Bri-Link di daerah untuk menjaring nasabah muda. Jumlah agen Bri-Link saat ini berjumlah sekitar 400.000 orang,” kata Osbal.
Nantinya, agen Bri-Link tidak hanya memberikan fasilitas tarik dan setor tunai, tetapi bisa pembukaan rekening. Layanan pembukaan rekening ini bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk antisipasi potensi kejahatan. Regulasi dan izin juga masih dimatangkan bersama Otoritas Jasa Keuangan.
Bri-Link merupakan layanan perbankan nirkantor Bank BRI. Pada akhir 2014, BRI mulai merangkul pelaku usaha kecil di beberapa daerah untuk melayani transaksi sederhana. Jumlah agen Bri-Link ditargetkan mencapai 420.000 orang akhir tahun 2019. Mereka menggunakan aplikasi untuk melayani transaksi.
Kornelis Dagut, salah satu agen Bri-Link di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, menuturkan, akses layanan perbankan di pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir makin mudah. Warga cukup mendatangi agen Bri-Link setempat untuk tarik atau setor tunai. Selama ini geografis NTT menyulitkan warga datang ke bank.
“Kehadiran Agen Bri-Link memudahkan warga dari segi waktu dan biaya. Bulan Juni lalu, saya menangani hampir 4.000 transaksi,” kata Kornelis.