Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, dinilai mulai mempertimbangkan risiko ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang terjebak di bawah target.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, membuka ruang penurunan suku bunga pada rapat Komite Pasar Terbuka akhir, 30-31 Juli 2019. Bank sentral dinilai mulai mempertimbangkan risiko ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang terjebak di bawah target.
Dilansir dari Bloomberg, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan pada 19-23 Juli 2019, sebanyak 80 persen responden ekonom optimistis The Fed melakukan pemotongan suku bunga hingga ke kisaran 1,75 persen hingga 2 persen, setidaknya hingga akhir 2021.
Chief Economist KPMG LPP Global Constance Hunter mengatakan, saat tingkat suku bunga acuan dipangkas The Fed, tingkat suku bunga kredit di AS bisa diturunkan sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya.
”Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang. Jika langkah The Fed berhasil, akan ada kenaikan suku bunga lagi sebelum resesei berikutnya,” kata Hunter dalam tanggapan survei Bloomberg.
Hingga saat ini, pejabat The Fed memberikan sinyal bahwa mereka serius untuk mengantisipasi pelemahan eknomi yang lebih dalam.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dijadwalkan merilis pernyataan pada 31 Juli 2019. Gubernur The Fed Jerome Powell akan mengadakan konferensi pers pada pukul 14.30 waktu setempat.
Sebelumnya, survei serupa yang dilakukan pada bulan lalu kurang lebih memberikan hasil yang senada di tengah sengketa perdagangan internasional yang membebani prospek ekonomi global dan inflasi yang tetap rendah.
Namun, hasil rapat FOMC yang berlangsung 18-19 Juni 2019 itu mempertahankan tingkat suku bunga pada kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Ekonom Senior AS, Brett Ryan, menyatakan, secara umum, para anggota FOMC disinyalir sepaham soal risiko terhadap prospek perekonomian yang telah meningkat sejak pertemuan pada bulan Mei.
Risiko tersebut terutama berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain.
”Setelah pertemuan FOMC pada Juli, prospek penyesuaian kebijakan lebih lanjut kemungkinan dilakukan berdasarkan pertemuan demi pertemuan,” kata Ryan.
Ekspektasi penurunan suku bunga terlihat kuat di kalangan ekonom dan investor global. The Fed tetap memiliki intensi untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat. Para pejabat bank sentral AS memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian ”Negeri Paman Sam”.
Meski begitu, dalam internal anggota FOMC sendiri disinyalir masih ada yang menentang pelonggaran kebijakan moneter, di antaranya Presiden The Fed Kansas City Esther George dan Presiden The Fed Boston Eric Rosengren.
Dalam konsensus ekonom yang dibuat Bloomberg, pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat dinilai dapat membantu meminimalkan dampak dari guncangan terhadap ekonomi pada masa depan.
Perang dagang antara AS dan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai 250 miliar dollar AS, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai 110 miliar dollar AS.